Ditemukan Vaksin Antimalaria, dari Nyamuk Anopheles

Ilmuwan dari Universitas kedokteran di Jepang berhasil menemukan vaksin antimalaria dengan mengembangkan rekayasa genetika dari spesies nyamuk Anopheles, berdasarkan hasil Uji coba penyuntikkan vaksin ke tikus percobaan.

oleh Liputan6 diperbarui 20 Mar 2010, 21:20 WIB
Liputan6.com, Tokyo: Ilmuwan dari Universitas kedokteran di Tokyo, Jepang, berhasil menemukan vaksin antimalaria dengan mengembangkan rekayasa genetika dari spesies nyamuk Anopheles. Demikian diliris jurnal ilmiah Inggris, Insect Molecular Biology dikutip situs CNN, Sabtu (19/3).

Dalam rilis situs, Ketua tim peneliti Professor Shigeto Jichi Yoshida mengatakan, peneliti berhasil mengubah air kelenjar ludah nyamuk Anopheles jenis Stephensi, menjadi vaksin Leishmania. Padahal nyamuk berjulukan "pencacar terbang" merupakan penyebar utama malaria pada manusia.

Yoshida menjelaskan, uji penyuntikan vaksin ke tikus percobaan di laboratorium, berhasil menghasilkan antibodi dari serangan nyamuk di wilayah tropis dan subtropis. Sehingga, serum antibodi tersebut, bisa digunakan dalam merumuskan strategi baru memerangi malaria secara global, kata Yoshida, menambahkan.

Saat ini Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, memperkirakan sekitar satu juta, dari 250 juta penderita malaria meninggal setiap tahunnya, bahkan di Afrika, satu dari setiap lima kasus kematian anak, disebabkan oleh malaria.(ARL)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya