4 Tips Agen Properti Sambut Akhir Tahun

Biasanya para pelaku bisnis di berbagai sektor sudah mulai berbenah dan menyusun strategi bisnis untuk awal tahun 2017.

oleh Kantrimaharani diperbarui 16 Nov 2016, 12:00 WIB

Liputan6.com, Jakarta Tak terasa, tahun 2016 akan segera berakhir. Biasanya para pelaku bisnis di berbagai sektor sudah mulai berbenah dan menyusun strategi bisnis untuk awal tahun 2017. Hal serupa tentunya juga dilakukan bagi pelaku bisnis sektor properti, khususnya agen properti.

Untuk itu, Monika Oyong, Principle LJ Hooker wilayah Kelapa Gading Square dan Kabupaten Tangerang berbagi pengalamannya dalam mengelola bisnis agen properti yang bisa menjadi inspirasi bagi Anda. Berikut ulasannya:

1. Akhir tahun, waktunya ‘berbenah internal’

“Akhir tahun merupakan siklus penjualan yang melambat. Serupa pada saat hari raya Idul Fitri lalu, di mana fokus masyarakat lebih cenderung memikirkan liburan dan bukan melirik properti. Berbeda bila dibandingkan dengan awal dan tengah tahun yang mana grafik penjualan masih tergolong meningkat,” kata Monika seperti dilansir dari laman Rumah.com, Selasa (15/11/2016).

Sehingga menurut Monika, hal yang paling utama adalah bagaimana menyiapkan kemampuan internal untuk menghadapi tantangan properti tahun depan.

“Biasanya kami melihat grafik performa dari para agen lalu melakukan perundingan di setiap divisi. Hal yang dibahas tentu saja capaian target tahun 2016 dan mengevaluasinya. Nanti, hasil evaluasi akan menjadi referensi target tahun 2017.”

“Misalnya, apakah menyentuh unsur-unsur mikro seperti kondisi kantor atau bisa juga dari sumber daya manusia yang dimiliki,” tutur Monika.

2. Merapikan data base terkait klien

“Langkah kedua, kami merapikan data base terkait klien selama satu tahun. Kemudian membuat kategorisasi klien menjadi tiga jenis yakni hot, warm, dan cold client. Ketiganya dilihat dari loyalitas klien selama ini. Klien yang loyal dan belum loyal harus diperhatikan pada tahun selanjutnya. Agar ada peningkatan,” tutur Monika.

3. Tanamkan pada diri sendiri untuk tetap memberikan kepercayaan kepada klien

Menurut Monika, agen properti biasanya memiliki mind set sebagai agen untuk secondary property. “Jenis ini memiliki perbedaan yang signifikan bila disandingkan dengan primary property. Saya selalu menguatkan kepada seluruh tim, secondary property sangat bertumpu pada kejujuran dan kepercayaan.”

“Karena, secondary property lebih didominasi oleh investor yang juga sama-sama mengambil keuntungan,” tambahnya.

4. Jangan lupa lihat secara makro (isu dan proses bisnis)

Dalam menjalankan bisnis properti, Monika merumuskan terdapat empat fase yang biasa dilakukan yakni Listing (daftar properti), promosi, follow-up (tindak lanjut), dan clossing (penutupan).

“Jangan lupa untuk meninjau media yang digunakan untuk menjalankan keempat fase tersebut, salah satunya media online yang digunakan. Lalu, sebaiknya juga tidak lupa untuk memerhatikan isu makro seperti tax amnesty. Kendati pada tahun ini masih belum terasa, diharapkan pada 2017 bisa menjadi awal yang baik,” ujarnya.

Simak juga: Daftar Rumah Rp100 Juta di Kabupaten Tangerang

Foto: Pixabay.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya