Kapolri Ungkap Penyebab Kepercayaan Masyarakat pada Polri Rendah

Selanjutnya, Tito juga mengakui masih kurangnya manajemen media yang baik untuk memantau 400 ribu anggota polisi di seluruh Indonesia.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 11 Okt 2016, 15:43 WIB
Mabes Polri resmi melantik Irjen Moecghiyarto mengantikan irjen Tito Karnavian. Selain itu, turut dilantik Kapolda Riau Brigjen Supriyanto (Liputan6.com/ Ferbian Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyadari kepercayaan publik terhadap institusinya masih rendah. Ada berbagai faktor yang menyebabkan turunnya kepercayaan publik terhadap Polri.

Berdasarkan analisisnya, Tito menuturkan, masih tingginya angka kejahatan seperti narkoba dan kejahatan jalanan menjadi penyebab turunnya kepercayaan publik terhadap Korps Bhayangkara.

"Profesionalisme penegak hukum, kamtibmas, narkoba, pelanggaran kejahatan masih cukup banyak bisa menurunkan kepercayaan pada publik," tutur Tito dalam acara Coffee Break 100 hari kepemimpinannya di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Selasa (11/10/2016).

Kemudian, sambung Tito, aspek lainnya yang menjadi perhatian masyarakat adalah perilaku arogan dari sejumlah oknum anggota Polri. Seperti contohnya, kasus pembakaran Mapolres Meranti, Riau yang dipicu kasus pembunuhan akibat cinta segitiga anggotanya.

"Selanjutnya kultur seperti perilaku koruptif di kepolisian, arogansi juga budaya kekerasaan berlebihan. Contohnya di Riau kemarin, tersangka ditangkap sehat, tapi sampai di kantor polisi meninggal dan kantor polisi diserang ini faktor kultural yang harus diperbaiki," kata Tito.

Selanjutnya, Tito juga mengakui masih kurangnya manajemen media yang baik untuk memantau 400 ribu anggota polisi di seluruh Indonesia.

Meski begitu, mantan Kapolda Metro Jaya itu menyayangkan, media ramai mengekspos segilintir anggotanya yang melakukan kesalahan. Misalnya ketika foto mantan Wakapolsek Kemayoran AKP Jamal Alkatiri yang mabuk dan tertidur di emperan toko di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur kemudian menjadi viral di media sosial.

"Manajemen media yang kurang pas. Karena ada 400 ribu anggota polisi baik tapi tidak termonitor oleh media. Tentunya ketika satu anggota perwira yang ditemukan di emperan toko, kemudian menjadi viral berkembang terus menerus. Ini saya yakin harus diperbaiki yakni kinerja, kultur dan ketiga pengelolaan manajemen medianya," tandas Tito.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya