Keluhan Pemilik Apotek Pasar Pramuka Usai Kasus Obat Kedaluwarsa

Yoyon mengatakan, anjloknya transaksi jual beli obat sudah terasa sejak Senin 5 September lalu.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 09 Sep 2016, 21:05 WIB
Petugas BPOM bersama Polda Metro Jaya melakukan sidak di sejumlah apotek Pasar Pramuka, Jakarta Timur, Rabu (7/9). Saat razia petugas meminta ditunjukkan surat izin beroperasi dan daftar obat-obat yang dijual. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Pasca-kasus temuan obat kedaluwarsa di Pasar Pramuka, Matraman, Jakarta Timur, para pemilik apotek setempat mengeluh omzetnya kini terus menurun.

Yoyon, salah satu pemilik apotek di Pasar Pramuka mengatakan, anjloknya transaksi jual beli obat sudah terasa sejak Senin 5 September lalu. Dia mengaku kehilangan lebih dari separuh pelanggannya dibanding sebelumnya.

"Omzet saya turun drastis. Penjualan turun 60 persen, dari biasanya omzet kotor Rp 10 juta per hari sekarang hanya Rp 4 juta per hari," ujar Yoyon di Pasar Pramuka, Matraman, Jakarta Timur, Jumat (9/9/2016).

Pria 49 tahun itu menjelaskan, sebelumnya rata-rata dia punya pelanggan lebih dari 50 orang per harinya. Namun, kini apoteknya hanya didatangi kurang lebih 20 orang saja per hari.

Pria yang telah puluhan tahun berjualan obat di Pasar Pramuka ini pun menyayangkan adanya oknum yang berjualan obat kedaluwarsa.

"Meski sekarang suasana mulai kondusif, tapi untuk pulih belum," ujar Yoyon.

Senada dengan Yoyon, pemilik apotek lainnya yakni Edison (45) menambahkan penjualan obat di tokonya jadi anjlok karena masyarakat khawatir dengan obat kedaluwarsa.

"Ini ulah oknum. Saya sendiri kecewa karena jadi sepi. Konsumen jadi enggak percaya. Orang belanja jadi takut. Apalagi lihat banyak polisi sama media kemarin," kata Edison.

Dia kehilangan pelanggan lebih dari 50 persen. Padahal, sebenarnya para pemilik apotek di sana banyak yang mengikuti aturan soal penjualan dan distribusi obat.

"Kalau saya jamin di Pasar Pramuka ada oknum yang nakal, akan tindak lanjut ke pengurus," tukas Edison.

Para konsumen sekarang menjadi kerap bertanya sebelum membeli obat. Mereka takut pemilik apotek menjual obat dengan prosedur yang salah.

"Dengan adanya penggerebekan, banyak pembeli bertanya-tanya ada apa. Terus expired nggak. Dampaknya besar. Dari sisi jual beli merosot dan konsumen jadi takut," tutup Edison.

Sebelumnya, sebanyak 14 macam obat kedaluwarsa dijual bebas di Pasar Pramuka. Ribuan obat-obatan itu disita dari Toko Mamar Guci. Pemiliknya juga ikut digelandang ke Polda Metro Jaya.

Dirreskrimsus Polda Metro Jaya Kombes Muhammad Fadil Imran bersama jajarannya membekuk satu tersangka beinisial M (41) yang merupakan pemilik toko Mamar Guci, Senin 5 September lalu.

Dalam modusnya, M menghapus tanggal kedaluwarsa di kotak obat itu dengan pembersih kuku. M menjual obat alergi, penyakit gula, diare, obat mag, hingga obat kolesterol.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya