Pengungsi Ilegal dari 3 Negara Bikin Gerah Wali Kota Batam

Jumlah pengungsi ilegal itu mulai tidak terkendali, sebagian melahirkan anak-anaknya.

oleh Ajang Nurdin diperbarui 07 Sep 2016, 12:33 WIB
Pengungsi ilegal itu mulai tidak terkendali karena beranak pinak dan menyekolahkan anaknya. (Liputan6.com/Ajang Nurdin)

Liputan6.com, Batam - Jumlah pengungsi ilegal yang berdatangan ke Batam, Kepulauan Riau (Kepri) semakin membuat gerah Wali Kota Batam Muhammad Rudi. Ia menganggap keberadaan mereka menambah persoalan bagi Batam.

"Banyaknya pengungsi ilegal yang tinggal liar tidak dibiayai oleh IOM (Internasional Organitation Of Migran) berdampak kepada persoalan Batam ke depan berkaitan ekonomi dan investasi," ucap Rudi di kantornya, Batam, Kepri, Selasa sore 6 September 2016.

Menurut dia, hal itu ini tidak bisa dibiarkan. Ia meminta pemerintah pusat turun tangan mengatasi masalah pengungsi, apalagi Batam merupakan sentra ekonomi khusus di bawah Dewan Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Khusus. Keberadaan mereka juga bahkan meresahkan warga setempat.

"Dalam waktu dekat, pemerintah daerah Batam akan melayangkan surat kepada Menteri Polhukam agar pengungsi ilegal segera ditarik dari wilayah Batam," ujar Rudi.

Ia mengatakan, berdasarkan data imigrasi Klas I Batam, jumlah imigran ilegal yang ditempatkan di Taman Inspirasi kini bertambah dari 13 orang menjadi 94 orang pada tahap II. Sebelumnya, pada tahap I, sekitar 400 orang imigran sudah ditempatkan di hotel dan dibiayai IOM.

"Dari mana biaya hidup mereka, tidak bekerja pastinya akan menimbulkan kesenjangan sosial ke depan bagi Batam yang seharusnya menjadi kawasan industri," ujar Rudi.

Dari 94 pengungsi ilegal itu, sebagian ada yang melahirkan, sebagian lainnya juga menyekolahkan anak-anak mereka.

Sementara, Yahya Mahmud (32), pengungsi asal Sudan tidak mengetahui nasibnya di masa depan. "Kami tidak tahu ke depan ditempatkan di mana. Sampai saat ini belum ada kejelasan dari UNHCR," ujar Yahya.

Ia mengaku sebelumnya pernah tinggal di pengungsian di Perintis 7 Makassar selama tiga tahun. Namun, ia akhirnya memasuki Batam melalui jalur laut.

"Kami bersama kawan-kawan memilih ke Batam karena sudah tidak nyaman lagi di sana," kata Yahya.

Ia menyebutkan jumlah pengungsi yang sekarang tinggal di Taman Aspirasi sebanyak 94 orang. Terdiri dari 51 dari Afganistan, Sudan 28, dan 14 dari Somalia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya