Buruh Manufaktur AS Perlahan Rontok

Fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah hal yang lumrah dalam sebuah industri.

oleh Zulfi Suhendra diperbarui 30 Mar 2016, 19:30 WIB
Produksi dari proyek INDRA dilakukan pada manufaktur Yamaha di Chennai.

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah hal yang lumrah dalam sebuah industri. Pabrik, baik itu padat karya atau padat modal bisa saja melakukan PHK. Dengan alasan apa saja.

Tak terkecuali dengan pabrik yang ada di negara adidaya Amerika Serikat. Meski negara ini dikenal besar, PHK tetap saja PHK. Bahkan di negara yang dikenal punya industri besar seperti Jepang pun PHK kerap terjadi.

Kembali lagi ke PHK di Amerika Serikat. Dilansir dari CNN Money, Rabu (30/3/2016), di Negeri Paman Sam, lapangan kerja di sektor manufaktur sebenarnya meningkat pasca perjanjian North America Free Trade Agreement dengan Mexico dan Kanada di 1994.

Namun, tak berlangsung lama, 6 tahun setelahnya atau di 2000, lain cerita terjadi. AS mulai banyak merumahkann karyawannya. Hingga kini, jumlah pekerja pabrik yang di-PHK sejak 2000 mencapai 5 juta orang.

Tahun itu dianggap sebagai titik tolak dari fenomena PHK di sektor manufaktur AS. Donald Trump dan Bernie Sanders menyalahkan China karena menggeser pekerja AS dengan buruh murah.

Tapi sebenarnya ada faktor yang lebih besar: teknologi. Ya, abad milenium teknologi semakin maju dan banyak robot dan mesin menggantikan peran para pekerja.

Sektor padat karya yang tadinya menggantungkan pekerjaan pada karyawan, telah melancarkan aksi rasionalisasi dan mekanisasi. Itu pun terjadi di banyak belahan dunia lain.

Tapi bukan berarti angkatan kerja manufaktur di AS habis benar-benar habis. Saat ini, di sektor yang menjadi salah satu industri tumpuan Negeri Paman Sam masih ada sekitar 12,3 juta orang pekerja aktif.

Fenomena ini sebenarnya terjadi sejak 1960. Waktu berganti, pekerja di sektor ini kian ramping. Data dari BLS yang dikutip CNN menyebutkan, di 1960, sekitar 24 persen pekerja di AS adalah mereka yang bekerja di manufaktur. Itu berarti hampir seperempat angkatan kerja adalah pekerja sektor manufaktur.

Namun, seperti yang disebutkan tadi, angka ini kian turun. Di 1980, hanya sekitar 19 persen dari total pekerja di AS yang kerja di sektor ini. Pada tahun 2000 angka turun ke 13 persen dan di 2016 menjadi 8 persen.

Upah di sektor ini juga terhitung cukup lumayan. Rata-rata mereka dibayar US$ 20,17 per jam pada saat ini. Hampir 3 kali lipat dibanding upah minimum federal.(Zul/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya