REI Bantah Tudingan UU Tapera Untungkan Pengembang

Tabungan perumahan rakyat sangat penting mengingat di negara lain sudah menerapkan kebijakan.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 24 Feb 2016, 21:10 WIB
Sejumlah maket perumahan saat pameran Indonesia Properti Expo 2016 di Senayan, Jakarta, Rabu (17/2). Penjualan properti tahun ini diprediksi mengalami peningkatan di kisaran 5%-10% jika suku bunga acuan BI turun 50 basis poin (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Realestat Indonesia (REI) membantah tudingan sejumlah pihak yang menyebut pengesahan Undang-undang Tabungan Perumahan Rakyat (UU Tapera) hanya menguntungkan para pengembang rumah. Keuntungan ini didapat dari dana murah ratusan triliun yang berasal dari iuran Tapera.

"Jangan seakan-akan ini manfaat buat pengembang, tapi ini buat masyarakat supaya bisa punya rumah. Jangan disalahartikan, karena buat kita mau UU Tapera batal atau tidak, REI tetap berjuang bangun rumah," tegas Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat REI, Eddy Hussy saat ditemui usai FGD UU Tapera di Gedung DPD RI, Jakarta, Rabu (24/2/2016).

Menurutnya, tabungan perumahan rakyat sangat penting mengingat di negara lain sudah menerapkan kebijakan. Tabungan ini, sambung Eddy, akan membantu masyarakat Indonesia memiliki hunian layak.

Kebijakan tersebut dinilainya sangat bagus untuk mengajarkan masyarakat Indinesia menabung demi bisa membeli rumah.

"Tapera ini penting, duitnya punya rakyat, digunakan untuk rakyat. Sangat bagus karena masyarakat diajak menabung untuk perumahan. Masa orang mau punya rumah pada tidak setuju," keluh Eddy.

Sebagai pengembang, ia berharap, Badan Pengelola Tapera betul-betul mengelola penghimpunan dana ratusan triliun secara transparan dan akuntabel.

Dirinya pun mengerti kondisi pengusaha yang keberatan dengan kewajiban membayar Tapera 0,5 persen dari 3 persen. Sedangkan sisanya 2,5 persen adalah jatah iuran pekerja.

"Memang pungutan harus dipertimbangkan baik-baik, berapa persen. Kalau dianggap berat, mungkin 0,1 persen dulu, buat pekerja 1 persen. Jangan sampai dunia usaha terbebani sehingga perlambatan ekonomi kita makin melambat," kata Eddy. (Fik/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya