Gugusan Bintang yang 'Mengadopsi Anak'

Gugusan bintang selama ini diperkirakan membentuk bintang hanya dari dalam gugusan. Namun, ada bintang hasil 'adopsi'.

oleh Indy Keningar diperbarui 28 Jan 2016, 20:25 WIB
Gugusan globular NGC 1783. (foto: NASA)

Liputan6.com, Chicago - Gugusan globular adalah julukan bagi gugusan yang terdiri dari jutaan bintang yang saling berdekatan.

Baru-baru ini ditemukan, gugusan bintang itu menghasilkan bintang-bintang 'bayi', dengan 'mengadopsi gas dan debu ruang angkasa yang menelusuri kosmos.

Penemuan ini menjadi kejutan bagi ilmuwan. Mereka mengetahui keberadaan formasi bintang yang terbilang baru dalam gugusan yang sudah lama terbentuk.

Penemuan ini juga menjelaskan fenomena munculnya 'bintang bersaudara'. Bintang yang muncul ratusan juta tahun setelah bintang utama terbentuk dari gas yang sama.

Awalnya, diperkirakan bintang-bintang dari gugusan globular diduga adalah awan bulat padat dari bintang-bintang yang mengorbit di luar galaksi, terbentuk pada waktu yang sama.

Namun perkiraan ini terbantahkan, ketika gambar-gambar dari Hubble Space Telescope mengungkapkan keberadaan bintang-bintang yang terbentuk pada generasi berbeda.

Dengan kata lain, mekanisme formasi bintang yang selama ini disimpulkan meleset, dan harus kembali dicari teorinya.

Teleskop Hubble. (foto: NASA)

Kini, astronomer dari Peking University, Northwestern University, Adler Planetarium Chicago, dan the Chinese Academy of Sciences mengklaim memiliki penjelasan yang lebih baik.

Penemuan bintang-bintang muda berkembang dari aliran gas, membentuk formasi bintang dari luar gugusan. Dengan kata lain, mereka 'diadopsi'. Teori ini didasarkan gambar-gambar Hubble dari Large and Small Magellanic Clouds, galaksi kecil dekat Bima Sakti.

Ilmuwan mengungkapkan hal ini dengan meneliti tiga gugusan globular bernama NGC 1783, NGC 1696, and NGC 411.

Usia masing-masing bintang ditentukan dari warna dan cahayanya. Seperti, NGC 1783 berisikan bintang-bintang berusia 1,4 triliun tahun.

Namun dalam gugusan, ada dua kelompok populasi bintang yang tahun kelahirannya berbeda. Kedua kelompok, secara berturut-turut terbentuk 890 juta dan 450 juta tahun lalu.

"Penjelasan kami adalah populasi bintang sekunder itu berasal dari tambahan gas dari lingkungan sekitar gugusan. Teori itu menjadi yang terkuat hingga saat ini," jelas Richard de Grijs, astronomer dari Kavli Institute for Astronomy and Astrophysics (Kiaa) di Peking University, dikutip Daily Mail.

"Gugusan globular ternyata lebih kompleks dari yang dikira sebelumnya."

Beberapa gugusan globular bahkan memiliki gas yang cukup untuk menghasilkan bintang-bintang dengan generasi berbeda. Namun, kasus ini terkesan tak biasa, menurut wakil penyusun studi Aaron M Geller dari Northwestern University dan Adler Planetarium.

"Sekali bintang-bintang raksasa terbentuk, calon bintang itu akan berubah menjadi bom waktu. 'Tinggal' 10 juta tahun lagi sampai meledak menjadi megabintang dan menghilangkan sisa gas dan debunya," ungkap Geller.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya