Klinik Berhenti Merokok di Bandung Kurang Diminati

Dari 10 pasien di puskesmas yang dirujuk ke klinik berhenti merokok, hanya 4 pasien yang datang.

oleh Arie Nugraha diperbarui 07 Jan 2016, 10:58 WIB
Siswa mengamati banner saat mengikuti kegiatan 'Sekolah Tanpa Asap Rokok (STAR): Menolak Diam' di Taman Menteng, Jakarta, Sabtu (21/11). Aksi ini untuk mendeklarasikan penolakan menjadi target industri rokok melalui iklan. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Bandung - Dinas Kesehatan Kota Bandung menyatakan, sejumlah klinik berhenti merokok kurang diminati pasien. Itu terlihat dari jumlah pasien yang dirujuk dari puskemas ke klinik berhenti merokok.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Ahyani Raksanagara, dari 10 pasien di puskesmas yang dirujuk ke klinik berhenti merokok, hanya 4 pasien yang datang. Pasien yang datang itu tidak semuanya konsisten dengan tahap pengobatan yang diprogramkan.

"Misalnya, di puskesmas ada pasien yang batuk terus-menerus dan harus dikonsulkan ke klinik berhenti merokok. Dari 10 pasien itu paling yang datang 4 karena kan dianjurkan. Yang datang 4 itu tidak bisa sekali datang kayak sakit gigi sekali datang dicabut giginya selesai, dan itu tingkat kepatuhannya juga belum mulai," ujar Ahyani di Bandung, Jawa Barat, Rabu (6 Januari 2016).


Ahyani menerangkan, klinik berhenti merokok itu mengobati kecanduan pasien secara medis dan psikologis. Di Bandung, klinik berhenti merokok tersebar di sejumlah rumah sakit dan puskesmas, di antaranya Rumah Sakit Paru Rotin Sulu, Rumah Sakit Advent dan sejumlah puskemas.

Ahyani menyatakan, keengganan pencandu nikotin untuk berobat mengganggu kampanye program keluarga sehat. Data Dinas Kesehatan Kota Bandung menyebutkan, jumlah keluarga yang tidak sehat akibat rokok mencapai 80 persen. Karena itu, keluarga juga berperan penting dalam upaya mengubah kebiasaan buruk itu.

"Jadi, (upaya berhenti merokok) itu memang membutuhkan support dari keluarga," ucap Ahyani.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya