Sukses

Rajin Ibadah tapi Ogah Belajar Ilmu Agama, Buya Yahya: Tertipu Dia!

“Ada ahli ibadah tapi tidak mau belajar, tertipu dia. Belajar tidak ada batasnya. Imam Syafi’i belajar sampai menjelang ajal beliau. Kalau sudah orang tidak mau belajar, dia tertipu. Saat itu dia menjadi orang yang paling bodohnya manusia,” kata Buya Yahya.

Liputan6.com, Jakarta - Rajin beribadah adalah hal yang baik. Namun jika getol ibadah tapi tidak mau belajar ilmu agama bagaimana? Pertanyaan seperti ini pernah muncul di kajian Al Bahjah yang dipimpin KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya.

“Yang ingin saya tanyakan, bagaimana hukumnya orang rajin ibadah tapi dia tidak mau belajar ilmu agama, khususnya mengaji. Bagaimana orang yang belajar agama tetapi dia tidak berguru, tidak mendatangi majelis taklim seperti ini? Dia belajarnya lewat media seperti buku-buku, radio dan sebagainya,” kata penanya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Ahad (26/5/2024).

Buya Yahya mengatakan, Rasulullah SAW telah bersabda bahwa menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun perempuan. Kewajiban menuntut ilmu ini dari buaian hingga liang lahat. 

“Ada ahli ibadah tapi tidak mau belajar, tertipu dia. Belajar tidak ada batasnya. Imam Syafi’i belajar sampai menjelang ajal beliau. Kalau sudah orang tidak mau belajar, dia tertipu. Saat itu dia menjadi orang yang paling bodohnya manusia,” kata Buya Yahya.

Belajar agama bernilai ibadah. Bahkan, menuntut ilmu lebih bagus dari sholat di tengah malam. Pemahaman agama yang baik akan membantu dalam mengerjakan ibadah lainnya, sehingga ibadahnya dilakukan dengan ilmu.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pentingnya Mengaji

Buya Yahya melanjutkan, bagi iblis, menjerumuskan 1.000 ahli ibadah lebih enteng ketimbang menjerumuskan 100 orang alim. Ibadah seorang alim tidak bisa dibanding dengan 1.000 ahli ibadah.

“Ibadah seorang alim dilakukan dengan ilmu. Ibadah tanpa ilmu bisa masuk bid'ah, masuk sesuatu yang diharamkan ALlah SWT. Maka tertipu dia kalau tidak mau ngaji. Dan belajar itu ada nilai ibadah, paham atau tidak paham,” tutur Buya Yahya.

Buya Yahya mengutip hadis nabi bahwa suatu ketika Rasulullah SAW menemukan dua kelompok berbeda di majelisnya. Satu kelompok berdzikir, dan satunya kelompok belajar.

“Nabi mengatakan, semuanya baik, tapi aku lebih senang dengan majelis untuk menuntut ilmu, karena dengan ilmulah akan menjadi benar ibadahnya,” ucap Buya Yahya berdasarkan hadis.

“Makanya, (ibadah tanpa ilmu) tetap melakukan yang haram. Riba tidak ngerti. Pasti tertipu dia, karena menuntut ilmu itu adalah kewajiban sampai kita mati,” tambah Pengasuh LPD Al Bahjah ini. 

3 dari 4 halaman

Belajar Hendaknya dengan Guru

Buya Yahya mengatakan, belajar ilmu agama tidak boleh otodidak, harus ada gurunya. Sebaiknya belajar agama langsung berhadapan dengan gurunya. Prasangka baiknya seorang murid kepada guru akan menjadi nur (cahaya), terlepas dari gurunya benar atau tidak. 

“Jadi berhadapan dengan seorang guru punya makna. Di mana pun kita berada. Bukan karena gurunya, akan tetapi keadaan semacam itu lah yang diridhai Allah SWT,” terangnya.

Kata Buya Yahya, majelis ilmu adalah tempat yang dicari oleh malaikat. Kemudian malaikat mendoakan kepada Allah SWT agar diberikan pengampunan dan rahmat-Nya kepada mereka yang hadir. 

 

4 dari 4 halaman

Bolehkah Belajar Agama dari Internet?

Buya Yahya bilang, tidak semua informasi dari internet itu baik dan benar. Sebab, semua orang bisa membagikan tentang ilmu agama di internet, termasuk mereka yang kurang paham agama. 

Dengan begitu, harus dicek dulu sumbernya dari mana dan siapa yang menyampaikannya. Itu penting dilakukan, karena nabi mengajarkan agama adalah amanah, jangan mengambil dari asal orang. Syukur-syukur informasi dari internet itu didapat dari gurunya.

“Sebab yang namanya dunia informasi ini macam-macam. Setan memberi informasi, iblis memberikan informasi, dunia kebaikan juga memberikan informasi. Makanya kalau belum tahu alamatnya berbahaya. Web bagaimana? Buku bagaimana? Sama, kalau salah pengarangnya juga bermasalah,” jelas Buya Yahya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.