Obesitas Malah Rentan Diderita Orang Bergaji Rendah?

Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengakses kebutuhan akan makanan.

oleh Risa Kosasih diperbarui 13 Nov 2015, 12:00 WIB
Petugas mengambil beberapa sampel makanan untuk diuji saat sidak di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (16/6/2015). Sidak memastikan bahan pangan yang dijual aman dan layak dikonsumsi jelang ramadan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Washington - Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengakses kebutuhan akan makanan. Tapi ketahanan pangan dan obesitas ternyata tidak terkait dengan penghasilan tinggi.

Sebuah studi menemukan bahwa orang berpenghasilan rendah justru rentan menderita obesitas akibat kendala mengakses makanan bergizi serta punya tekanan kemiskinan. Dikutip dari laman The Food Research and Action Center (FRAC), Jumat (13/11/2015) siang, obesitas diderita masyarakat berpenghasilan rendah karena mereka tak mampu melawan perubahan budaya di negaranya.

Berikut lima alasan mengapa kalangan tersebut rentan terhadap obesitas:

1.Lingkungan berpenghasilan rendah masih kekurangan toko kelontong serta pasar yang menjual buah-buahan, sayuran, produk susu rendah lemak sampai biji-bijian berkualitas tinggi. Sebaliknya, warga yang tidak punya kendaraan mungkin terbatas aksesnya untuk belanja ke toko-toko produk makanan sehat yang tersebar di kotanya.

2. Departemen Agrikultur Amerika Serikat (USDA) mengungkapkan mungkin akses pada kendaraan merupakan penentu yang paling penting kenapa sebuah kelurga tidak dapat mengakses makanan yang bergizi. Sebuah keluarga akan menggunakan angkutan umum untuk belanja bulanan dan mereka pasti membatasi bahan-bahan makanan yang bakal dihabiskan dalam sebulan untuk menekan biaya transportasi.

3. Kalaupun makanan sehat sudah tersedia, biasanya lebih mahal dan untuk beberapa item, makanan tersebut mudah basi. Kalangan bergaji minim pasti akan memilih yang tahan lama, enak, punya komposisi gula dan lemak tambahan.

Untuk mengakalinya, mereka juga ingin berhemat dengan prinsip 'murah dan cepat kenyang'. Untuk itu masyarakat berpenghasilan rendah memaksimalkannya dengan mengonsumi makanan bergizi rendah yang kelebihan kalori. Hal inilah yang dapat memicu obesitas.

4. Kalaupun tersedia makanan sehat, dalam hal ini produk yang segar yang dijual di kawasan berpenghasilan rendah, kualitasnya bisa lebih buruk. Hal ini mengurangi daya tarik pembeli.

5. Masyarakat berpenghasilan rendah punya akses yang mudah untuk menuju ke restoran cepat saji, terutama yang letaknya dekat dengan sekolah. Restoran ini menyediakan makanan relatif murah, padat energi, tapi miskin gizi. Mengonsumsi makanan cepat saji inilah penyebab kenaikan berat badan. (*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya