Liputan6.com, Jakarta - Seragam loreng kembali digunakan anggota Brimob Polri dalam perayaan HUT ke-69 Korps Brigade Mobil itu. Dengan berseragam loreng seperti TNI, Polri dinilai bakal kesulitan move on atau berubah menjadi polisi sipil.
Ketua Presidium Ind Police Watch (IPW) Neta S Pane mengecam keras penggunaan seragam loreng bagi jajaran Brimob. Menurutnya, penggunaan seragam loreng, meski di lokasi terbatas, menggambarkan sebuah kemunduran dari semangat polisi sipil yang profesional menjadi polisi yang militeristik yang mengedepankan sikap represif.
"IPW menilai, meski reformasi sudah berjalanan 15 tahun, jajaran Polri masih terlalu asyik dengan atribut dan hal-hal bernuansa militer. Seperti tanda kepangkatan jenderal, komisaris jenderal, inspektur jenderal, dan brigadir jenderal adalah gambaran masih bangganya Polri menggunakan atribut militer," kata Neta dalam keterang tertulisnya, Minggu (16/11/2014).
Kemudian, lanjut Neta, Penggunaan seragam loreng di Brimob juga gambaran betapa jiwa militeristik masih sulit dilepaskan dari kalangan Polri. Hal inilah yang membuat Polri sulit berubah menjadi polisi sipil yang profesional.
Jika jajaran Polri selalu asyik dengan atribut dan semangat militeristik, lanjut dia, bukan mustahil posisi Polri direposisi kembali di bawah militer atau TNI, seperti era Orde Baru. Atau malah didorong ke Departemen Dalam Negeri agar jiwa militeristiknya terkikis habis.
"Tampilnya Brimob menggunakan seragam loreng akan membuat kerancuan mana polisi dan mana tentara, terutama di kalangan pedesaan. Jika terjadi konflik atau ada oknum aparat berbuat negatif, masyarakat akan sulit membedakan, apakah oknum tersebut Brimob atau militer. Penggunaan seragam loreng pada Brimob hanya akan merugikan korps militer, khususnya TNI Angkatan Darat," papar Neta.
"Untuk itu, Menko Polhukam dan Menteri Pertahanan harus segera melarang Brimob menggunakan seragam loreng militer. Sebab Brimob bukanlah aparat militer. Loreng adalah identik dengan seragam korps militer," tegas dia.
Neta menyatakan, bila Polri atau Brimob bersikeras tetap ingin menggunakan seragam loreng, sebaiknya Presiden Jokowi segera melibatkan TNI untuk mengawasi Polri. "Sehingga TNI bisa melakukan kontrol ketat terhadap penyalahgunaan atribut militer yang dilakukan oknum-oknum Brimob," pungkas Neta.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Sutarman menyatakan, penggunaan kembali seragam loreng Brimob untuk mengingat dan bisa memberi motivasi dari nilai sejarah perjuangan pasukan Brimob dalam perjuangan Indonesia.
"Hal ini untuk historis sejarah perjuangan Brimob Polri. Khususnya pengamanan khusus di wilayah seperti hutan, seperti hutan di Poso yang menjadikan korban anggota kita. Seragam ini diharapkan mampu mendorong dan memberikan motivasi pasukan Brimob dalam tugas," beber Sutarman.
Seragam Loreng Brimob Bikin Polisi Susah Move On dari Militer
Penggunaan seragam loreng di Brimob juga gambaran betapa jiwa militeristik masih sulit dilepaskan dari kalangan Polri.
diperbarui 16 Nov 2014, 13:06 WIBSeragam baru Brimob. (Antara Foto)
Advertisement
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Gasak 22 Tabung Gas, Residivis di Gorontalo Kembali Diringkus Polisi
4 Alasan Pluto Dikeluarkan dari Daftar Planet Bima Sakti
Kisah Mbah Kholil Bangkalan Berguru dalam Mimpi Langsung Hafal 3 Kitab, Karomah Wali
Sederet Prestasi Muslim Alibar, Mantan Kadivmin Kemenkumham Babel yang Dimutasi ke NTB
Resmi Berganti, Intip Profil Kadivmin Kemenkumham Babel yang Baru
Buka Rapimwil PPP Jabar, Mardiono Bahas Persiapan Pilkada 2024
Hasil Undian 8 Besar Piala Thomas 2024, Kapan Tim Putra Indonesia Tanding di Perempat Final?
Jumlah Kumulatif Kasus DBD Kota Bandung 2024 Tembus 3.035 Kasus
Gebuk Mafia Tanah di Sultra dan Jatim, AHY Klaim Amankan Uang Negara Rp324 Miliar
Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor ke NasDem
Restoran di Jepang Sajikan Menu Sushi Terkecil di Dunia
Kakek 72 Tahun Terinfeksi Covid Terlama di Dunia, Rekor 613 Hari dan Meninggal