Sukses

3,7 Miliar Serangan Siber Targetkan Layanan Jasa Keuangan di Asia Pasifik dan Jepang

Dalam laporan terbaru Akamai Technologies, jumlah serangan aplikasi web dan API terhadap layanan jasa keuangan bertambah sebanyak 36 persen, dengan lebih dari 3,7 miliar serangan siber pada Q2 2022 hingga Q2 2023.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam laporan terbaru Akamai Technologies, sektor layanan jasa keuangan di Asia Pasifik dan Jepang (APJ) masih menjadi industri yang paling sering diserang di dunia.

Dalam laporan bertajuk 'The High Stakes of Innovation: Attack Trends in Financial Services', dikutip Selasa (17/10/2023), jumlah serangan aplikasi web dan API terhadap industri ini bertambah sebanyak 36 persen, dengan lebih dari 3,7 miliar serangan siber pada Q2 2022 hingga Q2 2023.

Menurut laporan tersebut, Local File Inclusion (LFI) tetap menjadi vektor serangan teratas dan 92,3 persen serangan siber terhadap sektor keuangan APJ menjadikan bank sebagai target utama mereka, sehingga menimbulkan ancaman besar bagi lembaga keuangan dan juga konsumen/nasabah.

Perusahaan layanan jasa keuangan di APJ juga diketahui menggunakan skrip pihak ketiga untuk mengembangkan lebih banyak saluran dan memberikan pengalaman konsumen lebih baik. Sekitar 40 persen skrip yang mereka gunakan berasal dari pihak ketiga.

Data ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut, khususnya bank dan lembaga yang berpusat pada konsumen, berisiko tinggi mengalami serangan ketika memperluas jejak digital mereka untuk menjangkau lebih banyak konsumen dan mendapatkan keunggulan dari kompetitor.

Security Technology and Strategy Director (APJ) Akamai, Reuben Koh, mengatakan, sektor layanan jasa keuangan APJ adalah salah satu sektor yang paling inovatif dan kompetitif di dunia.

"Saat ini makin banyak lembaga keuangan yang beralih ke skrip pihak ketiga agar dapat memberikan penawaran, fitur, serta pengalaman interaktif baru kepada konsumen dengan cepat," ujarnya.

Akan tetapi, ia menambahkan, perusahaan biasanya memiliki visibilitas yang terbatas pada autentisitas dan potensi kerentanan dari skrip ini, sehingga menimbulkan lapisan risiko lain pada usaha mereka.

"Akibat terbatasnya visibilitas tentang risiko yang dikandung skrip pihak ketiga, pelaku serangan kini memiliki vektor baru yang dapat digunakan untuk melancarkan serangan terhadap bank dan juga konsumen mereka,” Reuben Koh menjelaskan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bot Berbahaya Meningkat 128 Persen

Laporan Akamai juga menemukan bahwa lalu lintas bot berbahaya di APJ meningkat 128 persen dari 2022, menegaskan bahwa serangan tiada henti terhadap konsumen layanan jasa keuangan dan data mereka.

Pelaku kejahatan siber menggunakan bot untuk meningkatkan skala, efisiensi, dan efektivitas serangan. APJ ada di posisi kedua di dunia sebagai kawasan yang paling sering menjadi target permintaan bot berbahaya terhadap layanan jasa keuangan, yakni 39,7 persen dari total permintaan bot berbahaya di seluruh dunia.

Kasus yang terjadi meliputi website scraping dengan meniru situs web merek layanan jasa keuangan untuk melakukan penipuan phishing dan pengisian kredensial palsu melalui injeksi otomatis nama pengguna dan kata sandi curian guna mengambil alih akun.

Hal ini menunjukkan bahwa pelaku serangan selalu mengembangkan teknik yang mereka gunakan dan mulai memfokuskan serangan terhadap konsumen layanan jasa keuangan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.

3 dari 4 halaman

4 Temuan Penting Lainnya

Temuan-temuan penting lain dalam laporan 'The High Stakes of Innovation: Attack Trends in Financial Services' mencakup:

1. Aplikasi Web dan API tetap menjadi vektor serangan utama di APJ. Serangan terhadap sektor keuangan yang menggunakan metode tersebut berjumlah 50 persen, diikuti oleh perdagangan (19,99 persen), dan media sosial (8,3 persen).

2. Australia, Singapura, dan Jepang dinobatkan sebagai tiga negara yang paling sering diserang di APJ. Tiga perempat dari total seluruh serangan aplikasi web dan API menyasar ketiga negara tersebut.

Sebagai pusat keuangan global, tidak mengherankan apabila perusahaan di negara-negara tersebut terus menjadi target serangan besar-besaran.

3. Local File Inclusion (LFI) tetap menjadi vektor serangan teratas dengan 63,2 persen serangan – posisi kedua ditempati Cross-Site Scripting (XSS) dengan 21,3 persen, sementara PHP Injection (PHPi) ada di posisi ketiga dengan 6,32 persen serangan.

Serangan LFI mengeksploitasi praktik pengodean yang tidak aman atau kerentanan yang sebenarnya pada server web untuk menjalankan kode dari jarak jauh atau mengakses informasi sensitif yang disimpan secara lokal.

Server web berbasis PHP yang sudah lama misalnya, lebih rentan terhadap serangan LFI karena keberadaan metode yang dapat melewati filter input server tersebut.

4. Perusahaan di sektor layanan jasa keuangan di APJ harus terus memperhatikan pengawasan terhadap peraturan tambahan dan kewajiban pelaporan baru.

Sebagai contoh, meningkatnya penggunaan skrip pihak ketiga bisa menyulitkan lembaga keuangan untuk memenuhi persyaratan Standar Keamanan Data Industri Kartu Pembayaran (PCI DSS) v4.0 mendatang, di mana akan ada bagian-bagian spesifik yang terkait dengan visibilitas dan manajemen skrip dari sisi klien.

Peraturan baru mungkin akan semakin ketat, dan perusahaan harus memastikan untuk mempertimbangkan kepatuhan terhadap persyaratan baru ini jika tidak ingin reputasi mereka rusak atau terkena denda.

4 dari 4 halaman

Infografis Kejahatan Siber (Liputan6.com/Abdillah)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.