Sukses

Sejumlah Pengiklan Besar Kabur Usai Twitter Dikuasai Elon Musk

Sejumlah perusahaan yang angkat kaki sementara untuk beriklan di Twitter usai diambil alih Elon Musk dalam beberapa hari terakhir termasuk GM, Audi, Pfizer, General Mills, dan Volkswagen

Liputan6.com, Jakarta - Tak cuma dilanda kabar pemangkasan karyawan, Twitter juga harus menghadapi masalah lain usai diambil alih oleh Elon Musk, yaitu perginya para pengiklan besar.

Elon Musk melalui akun Twitter resminya, pada Jumat pekan lalu. juga menyebutkan adanya penurunan pendapatan besar-besaran, yang ia klaim karena para aktivis menekan pengiklan.

"Twitter mengalami penurunan pendapatan besar-besaran, karena kelompok aktivis menekan pengiklan, meskipun tidak ada yang berubah dengan moderasi konten dan kami melakukan segala yang kami bisa untuk menenangkan para aktivis," ujarnya.

Dilansir Engadget, dikutip Senin (7/11/2022), sejumlah perusahaan besar ikut angkat kaki sementara untuk beriklan di Twitter dalam beberapa hari terakhir termasuk GM, Audi, Pfizer, General Mills, Volkswagen, dan sejumlah merek lainnya.

Mereka disebut-sebut mewaspadai potensi perubahan kebijakan Twitter, serta perginya para petinggi eksekutif. Kelompok industri juga menyatakan keprihatinan tentang keamanan brand di bawah Musk.

The New York Times melaporkan, IPG, salah satu perusahaan periklanan terbesar di dunia, mengeluarkan rekomendasi bagi klien untuk menghentikan sementara pengeluaran mereka di Twitter.

National Association for the Advancement of Colored People (NAACP), menjadi yang terbaru bergabung dengan kelompok hak-hak sipil lain, untuk menyerukan boikot pengiklan di Twitter.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Lonjakan Ujaran Kebencian

"Tidak bermoral, berbahaya, dan sangat merusak demokrasi kita bagi pengiklan mana pun yang mendanai platform yang memicu ujaran kebencian, penolakan pemilu, dan teori konspirasi," kata Presiden NAACP Derrick Johnson.

Dilaporkan bahwa Twitter sempat mencatat lonjakan ujaran kebencian setelah berita resminya akuisisi oleh Elon Musk.

Kepala keamanan Twitter menyebut, aktivitas itu terjadi karena adanya aksi trolling yang terkoordinasi. Namun, aksi itu memicu kekhawatiran dari kelompok hak-hak sipil.

Meski sudah diyakinkan oleh Musk, kelompok dan aktivis hak-hak sipil sayangnya menolak karakterisasi Musk.

Kepada media, mereka menyebut pemutusan hubungan kerja (PHK) massal karyawan, termasuk mereka di bagian moderasi dan keamanan, merusak komitmen yang dibuat saat bertemu CEO Tesla itu.

 

3 dari 4 halaman

Elon Musk Ungkap Alasan Beli Twitter

Elon Musk sendiri sempat merilis catatan yang ia tujukan kepada para pengiklan di Twitter, jelang penutupan akuisisi perusahaan media sosial tersebut.

"Ada banyak spekulasi soal mengapa saya membeli Twitter dan apa yang saya pikirkan tentang iklan. Sebagian besar salah" kata CEO Tesla itu," ujarnya, dikutip Jumat (28/10/2022).

Di surat untuk pengiklan itu Musk mengatakan, di masa depan penting untuk memiliki "alun-alun kota digital" yang sama, di mana banyak kepercayaan bisa diperdebatkan secara sehat, tanpa harus mengarah ke kekerasan.

"Saat ini ada bahaya besar media sosial akan terpecah menjadi ruang gema untuk sayap kanan dan sayap kiri yang menimbulkan lebih banyak kebencian dan pembagian bagi masyarakat kita," ujarnya.

Di sisi lain, media tradisional, dianggap oleh Musk hanya mengejar klik tanpa henti sehingga "memicu dan melayani polarisasi ekstrem tersebut, karena mereka percaya inilah yang menghasilkan uang."

Musk juga mengklaim, dirinya membeli Twitter bukan karena kemudahan atau untuk menghasilkan lebih banyak uang.

"Saya melakukannya untuk membantu kemanusiaan, yang saya cintai. Dan saya melakukannya dengan kerendahan hati, mengakui kegagalan dalam mengejar tujuan ini, terlepas dari upaya terbaik kami, adalah kemungkinan yang sangat nyata," katanya.

 

4 dari 4 halaman

Tak Bisa Jadi Neraka yang Bebas untuk Semua

Musk menambahkan, Twitter tidak bisa menjadi "neraka yang bebas untuk semua, di mana semua hal bisa diungkapkan tanpa konsekuensi."

Dia mengatakan selain tetap mematuhi hukum negara, platform tersebut harus ramah untuk semua, di mana pengguna bisa memilih preferensi yang diinginkan oleh semua usia.

"Saya juga sangat percaya periklanan, jika dilakukan dengan benar, dapat menyenangkan, menghibur, dan memberikan informasi pada Anda," katanya.

CEO SpaceX itu mencontohkan, iklan bisa menunjukkan seseorang layanan atau perawatan atau pengobatan, yang mungin tidak pernah diketahui, namun cocok buat dirinya.

Sehingga menurutnya, penting untuk menunjukkan kepada pengguna Twitter iklan yang paling relevan dengan kebutuhan mereka. "Iklan dengan relevansi rendah adalah spam, tapi iklan yang sangat relevan sesungguhnya adalah konten!" tegas Elon Musk.

Dia menutup, Twitter pada dasarnya ingin menjadi platform periklanan yang paling dihormati di dunia, yang memperkuat brand dan mengembangkan perusahaan.

(Dio/Ysl)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.