Sukses

Pembuat Spyware NSO Group Masuk Daftar Hitam AS, Israel Buka Suara

Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid, menepis anggapan kedekatan pemerintah dengan NSO Group.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid, menepis anggapan kedekatan pemerintah dengan NSO Group, sebuah perusahaan yang masuk daftar hitam Amerika Serikat (AS) atas dugaan penyalahgunaan spyware.

"NSO adalah perusahaan swasta, itu bukan proyek pemerintah dan tidak ada hubungannya dengan kebijakan pemerintah Israel," kata Lapid dalam konferensi pers di Yerusalem, sebagaimana dilansir Reuters, Minggu (7/11/2021).

"Saya tidak berpikir ada negara lain di dunia yang memiliki aturan ketat seperti itu menurut perang dunia maya dan yang memberlakukan aturan tersebut lebih dari Israel dan kami akan terus melakukannya," sambung Lupid.

Komentarnya adalah yang pertama dibuat secara terbuka oleh seorang menteri senior Israel sejak Departemen Perdagangan AS mengumumkan daftar hitam pada Rabu (3/11/2021).

Investigasi oleh 17 organisasi media yang diterbitkan pada Juli 2021, mengatakan perangkat lunak (spyware) Pegasus besutan NSO telah menargetkan smartphone wartawan, aktivis HAM, dan pejabat pemerintah di beberapa negara.

Perusahaan mengirimkan produknya ke luar negeri di bawah lisensi Kementerian Pertahanan Israel, yang telah melakukan penyelidikan sendiri atas praktik perusahaan setelah dugaan penyalahgunaan perangkat lunak mencuat.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

NSO Ditudung Jual Alat Peretasan ke Rezim Otoriter

Sebelumnya, NSO Group dituduh menjual alat peretasan kepada rezim otoriter. NSO mengatakan hanya menjual produknya ke badan penegak hukum dan intelijen, juga mengambil langkah-langkah untuk mengekang penyalahgunaan.

NSO masuk ke dalam daftar AS karena terlibat dalam kegiatan yang bertentangan dengan keamanan nasional AS atau kepentingan kebijakan luar negeri, berarti ekspor ke mereka dari mitra AS akan dibatasi.

NSO mengatakan pihaknya kecewa dengan keputusan AS dan telah mengakhiri kontrak dengan lembaga pemerintah yang menyalahgunakan produk. Perusahaan mengklaim yang dipromosikannya sebagai alat yang sah untuk membantu otoritas memerangi kejahatan memerangi terorisme.

 

3 dari 4 halaman

Apa Itu Pegasus?

Sebagai informasi, Pegasus adalah program yang dirancang untuk menginfeksi target tanpa diketahui pengguna, memungkinkan polisi dan badan intelijen untuk mendapatkan akses ke pesan teks, foto, dan kata sandi ponsel.

The Washington Post melaporkan pada bulan Juli, spyware Pegasus buatan NSO ini dapat menginfeksi ponsel seseorang dengan satu pesan teks yang tidak terlihat.

Korban tidak perlu mengklik link atau melakukan apa pun agar smartphone mereka terinfeksi spyware Pegasus buatan NSO Group tersebut.

Pegasus buatan NSO Group yang berbasis di Israel juga digunakan untuk menargetkan ponsel milik dua wanita yang dekat dengan Jamal Khashoggi, seorang kolumnis The Washington Post yang dibunuh di konsulat Saudi di Turki pada 2018, sebelum dan setelah kematiannya.

Sementara The Guardian mewartakan penyalahgunaan yang meluas dan berkelanjutan dari perangkat lunak peretasan NSO, merupakan malware yang menginfeksi smartphone untuk megekstraksi pesan, foto, dan email. Juga merekam panggilan dan diam-diam mengaktifkan mikrofon.

4 dari 4 halaman

Infografis Waspada WhatsApp Rentan Dibobol Hacker

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.