Sukses

Apple: Epic Games Bikin Model Bisnis App Store Berisiko

Apple menyebut, tuntutan dan permintaan Epic Games terkait pembayaran komisi pada in-app purchase membuat model bisnis di App Store jadi berisiko.

Liputan6.com, Jakarta - Apple merespons gugatan anti-trust Epic Games terhadap kebijakan App Store milik iOS, setelah dihapusnya aplikasi Fortnite dari toko aplikasi.

Apple meminta pengadilan untuk tidak melarang sementara App Store ketika gugatan tengah berlangsung.

Apple juga menuding Epic menciptakan situasi darurat, dengan menerima pembayaran langsung atas Fornite dan hal ini melanggar aturan Apple.

Kepada pengadilan, eksekutif Apple Phil Schiller memberikan penjelasan dari awal. Menurut Schiller, CEO Epic Tim Sweeney mulanya meminta kesepakatan khusus Apple hanya dengan Epic, yang akan mengubah cara Epic menawarkan aplikasi di platform iOS.

Saat Apple menolak, Epic mengubah kebijakannya, menghentian pembelian via Apple pada in-app purchase. Apple pun menghapus gim Fornite dari aplikasinya. Apple juga menganggap, masalah Epic ini disebabkan oleh Epic sendiri.

"Setelah tindakan sukarela sendiri, Epic sekarang mencari bantuan darurat. Namun kondisi darurat ini sepenuhnya dibuat oleh Epic sendiri. Pengembang yang melanggar Apple, seperti Epic, diberhentikan," kata Apple.

Tidak hanya itu, Apple membela aturan pembelian di dalam aplikasinya.

"Jika pengembang menghindari pembayaran digital, ini sama seperti ketika pelanggan meninggalkan toko retail Apple tanpa membayar produk. Apple tidak mendapatkan bayaran," demikian bunyi Apple dalam pembelaannya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kata Bos Epic

Tim Sweeney pun menyebut, pembelaan Apple bersifat misleading. Ia juga membantah telah minta diistimewakan.

"Secara spesifik saya meminta Apple menghadirkan opsi ini tersedia untuk seluruh pengembang iOS," kata Sweeney.

Epic meminta Apple mengubah kontrak dan dokumen standar untuk menghapus batasan terkait in-app purchase. Apple menolak permintaan Epic.

"App Store bukanlah marketplace. App Store merupakan sebuah kumpulan tool, teknologi, dan layanan yang disediakan Apple untuk para pengembang. Kami tidak bisa percaya begitu saja bahwa Epic atau pengembang mana pun akan menjunjung standar privasi, keamanan dan konten yang sama ketatnya dengan Apple," kata Penasihat Umum Associate Apple Douglas Vetter pada pertengahan Juli lalu.

"Karena Apple memperlakukan semua pengembang dengan persyaratan yang sama, Epic pada dasarnya meminta Apple mengalihkan keselamatan dan keamanan pengguna Apple ke ratusan ribu pengembang iOS," katanya.

3 dari 3 halaman

Membuat Model Bisnis App Store Berisiko

Apple juga menjelaskan, sistem di dalam App Store menciptakan tempat yang aman dan terpercaya bagi pengguna.

"Jika tiap pengembang bebas melanggar kontrak dengan Apple dan diizinkan untuk menghindari proses peninjauan aplikasi, maka App Store tidak bisa memberikan keamanan kepada konsumen dan pengembang seperti saat ini," kata pihak Schiller.

Dia melanjutkan lagi, jika pengembang mengelak dari in-app purchase dan menghindari pembayaran komisi terhadap Apple sesuai kontrak, Apple tidak bisa melanjutkan berbagai investasi keamanan yang berjalan di dalamnya.

"Langkah Epic ini bisa membuat bisnis model App Store dalam risiko," kata Schiller.

Lebih lanjut, Apple berpendapat, praktik yang dijalankan App Store --termasuk in-app purchase-- tidak ada bedanya dengan pembelian pada platform konsol gim seperti Sony PlayStation atau Xbox Microsoft.

"Apple butuh sebuah cara memastikan bahwa itu benar-benar dibayar. In-app purchase adalah mekanisme fundamental, di mana banyak platform lainnya mengimplementasikan model bisnis serupa untuk mendapatkan kembali investasi dalam platform tersebut," kata Apple.

(Tin/Isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.