Sukses

Bos Facebook Dicecar Parlemen Eropa soal Privasi Data

Liputan6.com, Jakarta - Bos Facebook Mark Zuckerberg dipanggil ke Parlemen Eropa di Brussel, Swedia, untuk memberikan keterangan terkait masalah privasi dan keamanan data pengguna yang dilanggar oleh konsultan politik Cambridge Analytica, Selasa (22/5/2018) waktu setempat.

Namun, hasil pertemuan itu tampaknya tidak begitu baik. Pasalnya, para anggota Parlemen Eropa belum puas dengan jawaban-jawaban yang dikemukakan Zuck.

Dalam pertemuan itu, para anggota Parlemen Eropa mencecar suami Priscilla Chan dengan pertanyaan terkait privasi data selama satu jam. Setelah mendengarkan pertanyaan dari anggota Parlemen Eropa, Zuck pun memberikan jawaban.

Sayangnya, Zuck hanya menjawab pertanyaan selama 25 menit, tidak sebanding dengan lama para anggota Parlemen mencecarnya dengan pertanyaan. Mengutip laman CNET, Rabu (23/5/2018), Zuck tidak memberikan jawaban jelas untuk beberapa pertanyaan.

Politikus Belgia, Guy Verhofstadt, kesal dengan Zuck. "Saya bertanya enam butir pertanyaan dengan opsi jawaban ya atau tidak, tapi saya tidak mendapat satu pun jawaban," ujarnya mengeluhkan soal jawaban Mark Zuckerberg.

Zuck pun obral janji dengan menjawab, "Saya akan memastikan kami (Facebook) mem-follow up dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam beberapa hari ke depan."

Salah satu miliarder dunia itu menjawab beberapa pertanyaan terkait dengan keterlibatan Rusia terhadap Pemilihan Presiden AS 2016 lalu. Terkait dengan Pilpres itu pula, 87 juta data pengguna disalahgunakan oleh Cambridge Analytica.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Parlemen Eropa Tak Senang

Tentunya, regulator Eropa tidak senang dengan hal tersebut. "Ini merupakan bentuk serangan terhadap nilai-nilai fundamental kami dan kita perlu mencegah hal seperti ini terulang kembali," kata Presiden Parlemen Eropa, Antonio Tajani.

Adapun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan misalnya tentang Cambridge Analytica yakni soal Facebook yang tidak menindak tegas konsultan politik tersebut saat ketahuan menyimpan data pengguna.

Verhofstadt menyebut Facebook mungkin telah melanggar Undang-Undang Antimonopoli Eropa berkaitan dengan Facebook Messenger dan WhatsApp yang merupakan aplikasi chatting populer di dunia. Dia menyebut, Facebook tidak cukup mengatakan perusahaan akan memperbaiki sendiri.

Sementara itu, Head Europe of Freedom and Direct Democracy European Parliament Nigel Farage meminta Zuck adanya transparansi.

"Apakah Anda setuju jika saat ini Facebook tidak dianggap sebagai platform yang memihak?" tanyanya. Zuck pun berkeras, Facebook bukanlah platform yang mendukung ujaran kebencian, teror, dan kekerasan.

3 dari 3 halaman

Janji Hadirkan Perangkat Kecerdasan Buatan

Zuck menyebut, tim Facebook kini tengah menciptakan perangkat teknologi kecerdasan buatan untuk mengidentifikasi berbagai hal terkait ISIS. Dia juga mengatakan, Facebook kini makin baik dalam mengidentifikasi tindak bullying dan bunuh diri.

"Kami tidak akan pernah sempurna. Iklan kami, terutama iklan politik, orang mencoba melakukan intervensi. Kami juga akan menggunakan AI untuk itu. Intinya kami terus memperbaiki diri," tutur Zuck.

(Tin/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.