Sukses

e-Ticket Rawan Digandakan, Konser Bon Jovi Berpotensi Ricuh

Menurut pakar keamanan cyber Pratama Persadha, sistem otentikasi tiket konser Bon Jovi hanya mengandalkan kode unik atau barcode.

Liputan6.com, Jakarta - Konser musik Bon Jovi berpotensi mengundang kericuhan. Hal itu disebabkan karena sistem otentikasi tiket yang dikirimkan melaui email dan agen tiket memiliki celah keamanan yang dapat dimanfaatkan oleh para calo tiket.

Menurut pakar keamanan cyber Pratama Persadha, sistem otentikasi tiket konser Bon Jovi hanya mengandalkan kode unik atau barcode di tiket. Meski pihak penyelenggara mengklaim bahwa sistemnya dapat mendeteksi bila tiket ini digandakan, namun Pratama berpendapat lain.

"Apabila tiket itu dibeli calo dan kemudian digandakan 100 kali, atau tiket secara sengaja di-copy oleh orang lain yang iseng, sistem apa yang akan mendeteksi siapa pemilik asli dari tiket tersebut," kata Pratama, Jumat (11/9/2015) sore.

Menurut Pratama, begitu salah satu pemilik tiket tersebut masuk ke dalam event, berarti tiket duplikasi yg lainnya akan dibilang invalid. Akan ada 99 orang lainnya yang marah karena tidak bisa masuk ke dalam event. Di sinilah salah satu letak kelemahan sistem tersebut

"Kemudian yang kedua, jika ketahuan tiket VIP palsu, panitia akan sedikit lebih mudah mendatangi pemilik tiket tersebut untuk mengusir keluar dan memberikan tempatnya pada pemilik tiket yang sah. Tapi bagaimana dengan tiket festival? Orang sudah membaur dengan ribuan penonton yang lainnya dan akan sulit untuk mengetahui penonton mana yang memiliki tiket palsu, ini berpotensi menimbulkan chaos," tambah mantan ketua Tim Keamanan IT Kepresidenan.

Pada syarat dan ketentuan yang tertera di e-ticket menyebutkan pembeli wajib menunjukkan kartu identitas yang valid dan berlaku. Dengan begitu, diperlukan otentifikasi ulang secara manual untuk menyamakan nama di tiket dengan kartu identitas.

Yang jadi masalah adalah, terdapat 40 ribu tiket yang terjual, butuh waktu lama untuk melakukan hal itu. Belum lagi penonton yang membeli tiketnya menggunakan nama orang lain, atau membeli tiket dari orang lain. 

"Pada syarat dan ketentuan poin 17, yang menyebutkan penyelenggara tidak bertanggung jawab atas kelalaian pembeli tiket yang mengakibatkan tiket jatuh ke tangan orang lain. Seharusnya menjadi tanggung jawab penyelenggara untuk bisa membuat tiket yang tidak bisa atau sulit untuk dipalsukan," tambah Pratama.

Otentifikasi memang menjadi hal krusial untuk mengamankan tiket dari usaha penggandaan yang bisa menimbulkan kericuhan. Hal ini sebenarnya bisa diantisipasi jika penyelenggara peduli terhadap pengamanan informasi.

(Edhie/dhi)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini