Sukses

Kisah Ariani, Dokter Penggagas Komunitas Pendonor Plasma Konvalesen

Sudah 400 an penyintas Covid-19 bergabung dalam Komunitas Pendonor Plasma Konvalesen

Liputan6.com, Malang - Dokter Ariani tak menyangka gagasannya bakal mendapat respon yang luar biasa. Gagasan berupa memfasilitasi penyintas Covid-19 yang suka rela berdonor plasma konvalesen ke pasien yang sangat membutuhkan.

Sudah hampir empat bulan ini ia menggerakkan Komunitas Pendonor Plasma Konvalesen atau Plasma Hero. Sebuah komunitas nirlaba yang mempertemukan pasien Covid-19 dan pendonor plasma konvalesen.

Plasma Hero didirikan pada 25 Desember 2020. Ia suka rela membagi waktu di tengah kesibukannya bekerja sebagai dokter anak di RS Saiful Anwar Malang, sekaligus pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

“Saat itu puncak keributan pandemi di Jawa Timur, saat tinggi-tingginya Covid-19,” kata Ariani di Malang, akhir pekan lalu.

Semua bermula dari banyak pesan di layanan WhatsApp sampai media sosial. Tentang banyak pasien membutuhkan bantuan donor plasma konvalesen, baik golongan darah A, B sampai C. Menunjukkan situasi kala itu sungguh genting.

Tidak mudah mendapatkan plasma sebab ketersediannya sangat terbatas. Ditambah lagi para penyintas sulit mendapat informasi bila ingin berdonor. Padahal

“Saya merasa gundah, banyak yang membutuhkan tapi tidak ada wadah yang bisa membantu para pencari plasma bisa mendapatkan informasinya,” tutur Ariani.

Dari situ tercetus keinginannya mendirikan sebuah komunitas, wadah bersama bagi penyintas Covid-19 yang mau berdonor plasma konvalesen. Sekaligus tempat bagi keluarga pasien untuk mendapat akses informasi untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan.

“Saya kan bekerja di rumah sakit rujukan Covid-19, Jadi saya harus berbuat sesuatu. Banyak teman dokter yang bisa mengorganisir para peyintas,” ujar Ariani.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mewujudkan Gagasan

Meski punya gagasan, sempat muncul keraguan pada diri Ariani. Ia tidak yakin bisa merealisasikan ide tersebut. Tidak demikian dengan teman – teman di sekitarnya yang terus memberi dorongan semangat agar rencana itu dapat terwujud.

“Awalnya ada dua orang, lalu gagasan itu saya sebar ke grup dan ternyata banyak yang bersedia membantu,” kata Ariani.

Perlahan tapi pasti, banyak relawan ikut bergabung. Mereka bergerak dengan tugasnya sendiri-sendiri. Langkah berikutnya, mengunggah poster digital di media sosial. Dari situlah ia tak menyangka ternyata mendapat banyak respon positif.

“Begitu poster dishare, responnya luar biasa. Alhamdulillah tak sulit untuk meyakinkan teman-teman,” ujarnya.

Poster donor plasma konvalesen semula hanya dibagikan ke grup dokter rumah sakit tempatnya bekerja, lalu menyebar cepat ke berbagai daerah di Indonesia. Lalu dalam satu hari bisa 50-70 pesan masuk ke WhatsApp menyatakan diri siap membantu.

“Saya tak membayangkan ternyata ada antusiasme luar biasa seperti itu,” ucap Ariani.

Lalu banyak penyintas dari berbagai kota di Indonesia menghubungi Plasma Hero. Hingga hari ini sudah 395 orang terdaftar sebagai pendonor. Secara statistik jumlahnya memang terbilang kecil dibanding jumlah pasien sembuh ada sebanyak 1,3 juta orang.

“Mereka rela mendaftar jadi pendonor itu saja sudah membuat kami terharu,” katanya.

3 dari 4 halaman

Jejaring Relawan

Plasma Hero lalu membuka diri terhadap siapa saja yang ingin bergabung menjadi relawan. Jejaring relawan inilah yang membantu, jadi penggerak di berbagai kota. Bila ada yang calon pendonor di sebuah kota menghubungi, maka mereka diarahkan ke relawan di kota itu.

Dari situ lalu diarahkan ke Palang Merah Indonesia (PMI) ke masing – masing kota. Jejaring relawan tersebar dari Padang, Jakarta, Bandung dan banyak kota lainnya. Mereka selalu terhubung dengan PMI.

“Di awal-awal komunitas ini berdiri kami dihubungi PMI Jakata agar bila ada yang hendak donor bisa diarahkan,” kata Ariani.

Sebagai sebuah komunitas sosial, seluruh relawan murni bergerak swadaya. Karena itu komunitas tak menuntut lebih kepada setiap relawan yang sudah pasti punya kesibukan dengan pekerjaan masing-masing.

Kerelaan para relawan menyediakan waktu paling tidak 2 jam dalam satu hari untuk kegiatan komunitas itu sudah luar biasa. Tapi semua yang bergabung dalam Plasma Hero punya tanggungjawab untuk melayani pendonor maupun yang membutuhkan donor.

“Bila semua digerakkan dengan hati pasti bisa. Kita punya tanggungjawab harus segera melayani siapa saja yang membutuhkan,” ucap Ariani.

4 dari 4 halaman

Harapan Komunitas

Tren kasus Covid-19 dalam beberapa bulan itu menunjukkan penurunan. Di rumah sakit sudah tidak lagi tampak ruang isolasi maupun ranjang penuh sesak dengan pasien. Ariani berharap situasi itu akan terus berangsur turun agar pandemi segera berakhir.

“Mungkin karena protokol kesehatan dan vaksinasi sudah mulai berjalan. Saya berharap semoga semua masyarakat juga bisa segera mendapat vaksin,” tuturnya.

Kelak bila pandemi berakhir, maka selesai pula sebagian dari kerja – kerja relawan di komunitas. Sebab sudah tidak ada lagi yang kesulitan bila membutuhkan donor plasma. Tapi tugas Plasma Hero belum sepenuhnya selesai.

“Kami berharap pandemi segera berakhir dan tugas kami tinggal mengedukasi saja,” katanya.

Selain menjembatani pendonor dan pasien yang membutuhkan, tugas Komunitas Pendonor Plasma Konvalesen adalah mendidik masyarakat. Terus memberi pemahaman tentang apa itu Covid-19 serta bagaimana menjaga pola hidup sehat bagi penyintas.

“Kami juga bekerjasama dengan pihak swasta untuk menggelar seminar daring. Edukasi publik juga sangat penting dilakukan,” kata Ariani.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.