Sukses

Profil Eddie Van Halen, Gitaris Legendaris Berdarah Indonesia yang Tak Peduli Teori Musik

Eddie Van Halen adalah gitaris yang melegenda di dunia musik. Tapi rupanya instrumen pertama yang dikenalnya justru bukan gitar.

Liputan6.com, Jakarta Dunia musik berduka dengan kematian gitaris Eddie Van Halen, Selasa (6/10/2020). Kabar ini disampaikan anak Eddie Van Halen, Wolf Van Halen, lewat akun Twitter miliknya yang telah diverifikasi.

"Aku tak percaya harus menulis ini, tapi ayahku, Edward Lodewijk Van Halen, meninggal dalam perjuangannya yang panjang dan sulit melawan kanker pagi ini," tulisnya, Rabu (7/10/2020) dini hari waktu Indonesia.

Eddie Van Halen adalah seorang legenda bergitar dalam dunia musik. Tapi itu rupanya bukan instrumen pertama yang dikenalnya.

Dilansir dari Rolling Stone, Eddie Van Halen justru pertama kali berkenalan dengan piano dan alat musik tiup klarinet. Piano itu kado dari sang ayah, Jan.

Maklum, sang ayah yang memainkan tiga alat musik ini. Hal lain yang patut dicatat tentang keluarganya, ibunda Eddie yakni Eugenia ternyata berdarah Indonesia - Belanda yang lahir di Rangkasbitung.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Tertarik Drum, Kecantol Gitar

Tahun 1962, keluarga Van Halen pindah dari Belanda ke Pasadena, California. Di negara ini, ia dan kakak, Alex, mulai berkenalan dengan beragam jenis musik.

Eddie terutama terpesona dengan band The Dave Clark Five. Ia tergerak untuk belajar drum, sementara sang kakak mencoba menguasai gitar.

Satu hari, takdir akhirnya membawa Eddie Van Halen kepada gitar. Karena frustrasi tak bisa memainkan drum di lagu milik Surfari bertajuk "Wipe Out", Eddie dan Alex memutuskan untuk bertukar alat musik.

Ternyata mereka justru merasa berjodoh dengan instrumen baru ini. Eddie akhirnya setia dengan gitar, Alex keterusan bermain drum.

3 dari 6 halaman

Van Halen

Awal dekade 1970-an, adik beradik ini membentuk band dengan nama yang berganti-ganti. Dari Broken Combs, The Trojan Rubber Company, Genesis, hingga akhirnya menggunakan nama Van Halen.

Van Halen yang bermain dari panggung ke panggung pelan-pelan mulai memiliki nama, bahkan mendapat kontrak rekaman dengan Warner Records pada 1977.

Debut album mereka, Van Halen, sukses besar. Album eponim ini bahkan masuk dalam urutan ke-19 di Billboard 200. Nama mereka makin kondang dengan sejumlah hit seperti "Dance the Night Away" dan "Beautiful Girls".

4 dari 6 halaman

Finger Tapping

Rolling Stone mencatat salah satu keahlian yang membuat pria bernama asli Edward Lodewijk Van Halen tersohor, adalah finger tapping.

Ia memainkan gitar dengan dua tangan, layaknya bermain piano. Salah satunya ia lakukan dalam lagu "Eruption". Pendekatan ini dinilai revolusioner, bahkan membuat Alex Van Halen sempat meminta sang adik memunggungi penonton saat melakukannya, agar teknik ini tak dicuri sebelum mereka dapat kontrak rekaman.

Rolling Stone juga mencatat bahwa Eddie Van Halen berpengaruh besar dalam membuat genre heavy metal dan hard rock terasa asyik, bahkan bisa "dijogeti." Genre musik ini tak melulu seram dan bernuansa maskulin berlebih.

5 dari 6 halaman

Frankenstein

Eddie Van Halen juga dikenal mengotak-atik instrumennya agar ia mendapat hasil yang lebih "nendang."

Salah satunya adalah gitarnya yang paling terkenal, bernama "Frankenstrat" atau "Frankenstein," yang bahkan ia bikin sendiri. Ada pula gitarnya yang ia gergaji sehingga mirip dengan model lain.

"Tak ada yang mengajariku soal gitar. Aku belajar dari percobaan dan kegagalan," tuturnya kepada Guitar Player.

6 dari 6 halaman

Yang Terpenting adalah Emosi

Hal lain yang menarik dari Eddie Van Halen, sang legenda ternyata tak bisa membaca partitur musik. Dan ia, tak ambil pusing soal itu.

"Aku tak tahu per**t*n soal skala atau teori musik," tuturnya pada 1980.

"Aku tak mau dipandang sebagai gitaris tercepat, yang selalu siap sedia untuk berkompetisi. Yang kutahu gitar rok n roll seperti gitar blues, seharusnya memiliki melodi, kecepatan, dan cita rasa. Tapi yang lebih penting, harus punya emosi. Aku hanya ingin gitarku bisa membuat orang merasakan sesuatu: bahagia, sedih, atau bahkan terangsang," kata dia.

Mimpi Eddie Van Halen telah tercapai. Kini saatnya ia beristirahat dalam damai. Selamat jalan, sang legenda!

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.