Sukses

Ajakan Cinta Lingkungan Aryo Wahab Lewat Musik

Sambil bermusik, Aryo Wahab dan lainnya juga mengajak penggemarnya untuk memelihara lingkungan.

Liputan6.com, Jakarta - Keprihatinan terhadap lingkungan, membuat empat musikus bergabung dan membentuk band bernama Wolftank. Beranggotakan Aryo Wahab dari The Dance Company, Tyo Nugros eks Dewa, Kin Aulia dari The Fly, dan Noey Java Jive, mereka bukan sekedar untuk melepas rindu dengan para penggemar.

Sambil bermusik, Aryo Wahab dan lainnya juga mengajak penggemarnya untuk memelihara lingkungan. Dan pada 28 Oktober 2019 mendatang, Wolftank akan menggelar konser bertajuk "I Like Monday, I Like Nature: Music for Conservation" di Hard Rock Cafe Jakarta.

"Alam seringkali menjadi inspirasi dalam berkarya. Kami percaya, musik dan kegiatan konservasi dapat berkolaborasi untuk menginspirasi dan mengajak semakin banyak lagi orang terlihat, berkontribusi langsung melestarikan bumi," jelas Aryo Wahab, di Fourtain, Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (11/10/2019).

Kehadiran Wolftank yang beraliran pop rock ini, ingin membuat para pecinta musik khususnya, dan masyarakat umum bisa lebih sadar dalam memelihara lingkungan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Generasi Terpilih

Ariyo Wahab mengajak kaum milenial, untuk menjaga dan menyembuhkan alam. Meski kerusakan bukan disebabkan oleh mereka.

"Kita punya power. Alam punya power sembuhkan diri. Cepat atau lambat, suka atau tidak suka, dampak pasti akan datang. Untuk para milenial, jangan sedih. Ini bukan dosa dan salah kamu. Justru kamu adalah generasi terpilih untuk menjaha dan sembuhkan bumi Indonesia," papar Ariyo.

 

3 dari 3 halaman

Buruknya Kualitas Udara Jakarta

Acara I Like Monday, I Like Nature: Music for Conservation ini bekerja sama dengan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN). Dan tiket yang nanti terjual untuk mendanai penanaman bibit mangrove di Hutan Angke Kapuk pada November 2019 mendatang.

Berdasarkan data dari Airvisual.com pada Senin (7/10/2019), Jakarta kembali bertengger di peringkat keempat sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. Melansir riset dari The Nature Conservancy yang dilakukan pada 2016, salah satu solusi untuk menciptakan kota yang sehat adalah dengan memanfaatkan infrastruktur alami. Dalam hal ini, hutan mangrove menjadi salah satu infrastruktur alami dengan kemampuannya menyerap karbon hingga 1.000 ton per hektar.

“Saat ini kita tengah menghadapi tantangan krisis iklim terbesar dalam sejarah peradaban manusia. Laju pemanasan global kian cepat akibat pelepasan emisi gas rumah kaca yang terus berlangsung. Wilayah perkotaan pun menghadapi isu yang hampir seragam seperti kualitas udara yang buruk, pulau panas perkotaan (urban heat island), serta kelangkaan air bersih dan sumber pangan,” ujar Sally Kailola, Head of Nature & People Partnership YKAN.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini