Sukses

Alasan Wall Street Kembali Cetak Rekor pada Awal 2024

Sejumlah sentimen negatif tidak mempengaruhi pelaku pasar sehingga berdampak terhadap pergerakan wall street.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street terus mencapai titik tertinggi baru karena investor fokus pada sentimen positif dan mengabaikan sentimen negatif. Bahkan tidak peduli seberapa buruk bagiannya terkadang terlihat.

Dikutip dari CNBC, ditulis Minggu (21/1/2024), prospek perlambatan ekonomi, gejolak geopolitik dan gejolak di Washington tidak membuat pelaku pasar takut karena ancaman-ancaman itu belum menjadi kenyataan.

Yang menjadi pusat perhatian adalah kinerja ekonomi yang sangat baik, penurunan inflasi, dan serangkaian perkembangan positif di bidang teknologi besar yang melampaui segala kemungkinan yang harus ditanggung oleh pasar.

"Jika investor mencari alasan untuk bersikap negatif, hal itu sulit ditemukan,” ujar Presiden ClientFirst Strategy Mitchell Goldberg.

"Siklus berita 24 jam sangat intens. Namun faktanya, sebagian besar hanya berupa kebisingan dan sebagian besar tidak ada hubungannya dengan ekonomi dan keuangan. Ada begitu banyak informasi yang berlebihan saat ini. Namun, untuk menguraikannya dan memberikan perspektif terhadap berbagai hal, apa yang tidak disukai dari statistik yang akan datang,” ia menambahkan.

Seiring pasar telah mencerna berbagai hambatan, wall street bergerak menuju rekor penutupan tertinggi. Faktanya, indeks S&P 500 menembus puncak intraday pada Jumat pekan ini, melanjutkan momentum yang dibangun hingga akhir 2023.

Saham perusahaan teknologi besar telah memimpin kenaikan. Saham Juniper Networks, Nvidia dan Advanced Micro Devices merupakan saham yang catat keuntungan terbesar pada 2024 di indeks S&P500. Kenaikan itu sebagian besar didukung oleh antusiasme terhadap teknologi kecerdasan buatan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Didukung Ekonomi yang Kuat

Pada saat yang sama, data ekonomi di luar sektor manufaktur dan perumahan sebagian besar solid terutama jika menyangkut pasar tenaga kerja yang tampaknya tidak dapat dipecah-pecahkan.

Dengan tingginya harapan kenaikan suku bunga menimbulkan ancaman terhadap pertumbuhan perekrutan yang berkelanjutan. Klaim pengangguran awal pekan lalu mencapai level terendah sejak September 2022.

Seiring komentar dari pejabat the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS, ketatnya pasar tenaga kerja telah mengurangi antisipasi pasar terhadap penurunan suku bunga pada 2024.

Ketika pasar pada pekan lalu hampir yakin the Fed akan memangkas suku bunga pada Maret, dan potensi penurunan lagi pada 2024, harga berubah jelang akhir pekan ini.

Pelaku pasar sekarang menilai  peluang pemotongan suku bunga pada Maret hanya ada kurang dari 50 persen dan sekarang melihat kemungkinan lebih besar untuk memangkas suku bunga, berdasarkan data CME Group.

Namun, pasar tetap positif meski prospek pelonggaran kebijakan melemah.

“Sejauh the Fed menaikkan suku bunga, hal ini terbukti selama kenaikan suku bunga tidak menyebabkan kerusakan pasar baik-baik saja,” ujar Goldberg.

Ia melihat tidak ada yang berdampak. “Tidak ada krisis utang subprime, saya tidak melihat krisis hipotek, ada banyak prediksi besar dan berani. Satu demi satu tidak terjadi, atau justru diundur ke tahun depan,” kata dia.

3 dari 4 halaman

Sentimen Suku Bunga

Pasar dinilai bergerak cukup baik sejak the Fed mulai menaikkan suku bunga sebanyak 11 kali mencapai 5,25 persen dan tercatat masuk siklus paling agresif sejak awal 1980-an.

Sejak kenaikan pertama pada 17 Maret 2022, indeks S&P 500 telah menguat lebih dari 8 persen. Sejak kenaikan terakhir pada 27 Juli 2023, indeks saham kapitalisasi besar telah meningkat lebih dari 5,5 persen.

Saat ini pasar mengantisipasi the Fed akan memangkas suku bunga.

"Investor bergerak secara bullish ke arah yang dituju, yang berarti suku bunga the Fed lebih rendah,” ujar Bank of America Investment Strategist Michael Hartnett.

Sementara itu,menggabungkan ekonomi yang tangguh dengan kebijakan the Fed yang lebih akomodatif dan sektor teknologi yang berkinerja lebih baik akan hasilkan formula kemenangan.

"Tujuh nama perusahaan teknologi telah menjadi khayalan. Mereka menarik dua latar belakang ekonomi yang sangat berbeda,” ujar Chief Global Strategist LPL Financial, Quincy Krosby.

“Salah satunya adalah kami khawatir perekonomian akan melambat secara drastic. Alasan lainnya adalah mereka merupakan katalis khusus untuk kecerdasan buatan karena pasar telah fokus pada pengembangan bisnis dengan teknologi besar dan inovasi bisnis untuk AI. Dan sekarang apa yang Anda lihat dan apa yang dilaporkan oleh perusahaan adalah monetisasinya,” ujar Chief Global Strategist LPL Financial, Quincy Krosby.

Krosby menyebutkan, salah satu kinerja laba yang menonjol dari Taiwan Semiconductor sebagai penentu arah bagi sektor ini dan potensi yang dimiliki oleh teknologi disruptif. “Itu adalah sesuatu yang ditunggu-tunggu pasar,” tutur dia.

4 dari 4 halaman

Data Ekonomi

Dengan pasar tenaga kerja yang mampu menahan tekanan inflasi dan tingkat suku bunga lebih tinggi, hal ini membuka peluang bagi peningkatan kekuatan konsumen pada 2024. Sentimen konsumen mencapai level paling optimistis sejak Juli 2021, berdasarkan survei Universitas Michigan yang dirilis Jumat pekan ini.

“Anda selalu mencari sinyal awal menuju resesi. Mereka keluar dari pasar tenaga kerja. Apa yang Anda lihat adalah fondasi ekonomi membantu menjaga belanja konsumen yang merupakan 70 persen perekonomian, itu adalah latar belakang yang diapresiasi pasar,” kata dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini