Sukses

Deretan Saham Tercuan pada 2023, Ada Milik Prajogo Pangestu dan Lo Kheng Hong

Pada 2023, sektor saham konsumer nonsiklikal dan basic material mencatat lonjakan signifikan, sedangkan sektor energi lesu.

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada perdagangan Kamis, 28 Desember 2023. IHSG naik 0,80 persen ke posisi 7.303,888.

Sejak awal tahun atau secara year to date (YTD), IHSG telah naik 6,62 persen. Kenaikan IHSG juga diikuti saham-saham di bawahnya. Sebanyak 307 saham menguat, 210 saham terkoreksi, dan 248 saham stagnan.

Melansir data RTI, kebanyakan saham yang mencatatkan kenaikan signifikan sejak awal tahun berasal dari sektor konsumer non siklikal dan basic material. Di antaranya ada saham andalam investor kawakan Lo Kheng Hong, yakni saham PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) dan saham milik Prajogo Pangestu, PT Barito Pacific Tbk (BRPT).

Sedangkan beberapa emiten paling boncos sepanjang 2023 berasal dari sektor konsumer dan energi. Lebih lanjut, berikut Liputan6.com teah merangkum emiten paling cuan dan paling boncos sejak awal 2023 hingga 28 Desember 2023 sebagai berikut:

Top Gainers

1. PANI - PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk, naik 407,37 persen sejak awal tahun

2. KAYU - PT Darmi Bersaudara Tbk, naik 272,00 persen sejak awal tahun

3. UNIQ - PT Ulima Nitra Tbk, naik 262,71 persen sejak awal tahun

4. SGER - PT Sumber Global Energy Tbk, naik 216,30 persen sejak awal tahun

5. TPIA - PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, naik 133,46 persen sejak awal tahun

6. MAPA - PT Map Aktif Adiperkasa Tbk, naik 110,39 persen sejak awal tahun

7. META - PT Nusantara Infrastructure Tbk, naik 96,69 persen sejak awal tahun

8. FILM - PT MD Pictures Tbk, naik 96,34 persen sejak awal tahun

9. GJTL - PT Gajah Tunggal Tbk, naik 88,39 persen sejak awal tahun

10. BRPT - PT Barito Pacific Tbk, naik 82,12 persen sejak awal tahun

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Top Losers

1. PADA - PT Personel Alih Daya Tbk, turun 80,31 persen sejak awal tahun

2. DEWI - PT Dewi Shri Farmindo Tbk, turun 71,63 persen sejak awal tahun

3. CARE - PT Metro Healthcare Indonesia Tbk, turun 66,39 persen sejak awal tahun

4. GIAA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, turun 65,69 persen sejak awal tahun

5. BSBK - PT Wulandari Bangun Laksana Tbk, turun 65,10 persen sejak awal tahun

6. COAL - PT Black Diamond Resources Tbk, turun 65,07 persen sejak awal tahun

7. SLIS - PT Gaya Abadi Sempurna Tbk, turun 64,29 persen sejak awal tahun

8. NATO - PT Surya Permata Tbk, turun 60,79 persen sejak awal tahun

9. MARI - PT Mahaka Radio Integra Tbk, turun 60,16 persen sejak awal tahun

10. IATA - PT MNC Energy Investments Tbk, turun 58,33 persen sejak awal tahun

 

3 dari 4 halaman

Menakar Arah Pasar Saham di Tengah Tahun Politik, IPO Bakal Semarak?

Sebelumnya diberitakan, PT BNI Sekuritas (BNI Sekuritas) menyebutkan 2023 telah membawa tantangan besar bagi pasar keuangan global. Dunia harus beradaptasi dengan kehidupan setelah pandemi Covid-19. Seiring perubahan yang terjadi, 2023 dianggap menjadi awal dari penyesuaian diri terhadap kondisi yang baru. Sedangkan, 2024 dianggap sebagai tahun normalisasi. 

SEVP Research BNI Sekuritas Erwan Teguh mengungkapkan, pada 2023, gejolak ekonomi diwarnai oleh ketidakpastian. Stimulus ekonomi dari era pandemi mendorong pergerakan di pasar investasi, tetapi ketakutan akan resesi menjadi fokus bersama, terutama terkait kebijakan suku bunga AS yang menurun di tengah risiko inflasi yang begitu mengkhawatirkan.

Ia melanjutkan, pada Maret 2023 fluktuasi risiko terlihat pada bank-bank kelas menengah AS, yang menambah kekhawatiran pasar. China juga mengalami kesulitan dalam pemulihan ekonominya meskipun telah membuka kembali perekonomian lebih awal dari yang diperkirakan. 

Namun, pada semester II 2023, sentimen mulai membaik dengan harapan pasar beralih dari stagflasi ke narasi “soft landing", meskipun kemudian terdapat kekhawatiran suku bunga kemungkinan akan berada di level yang tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.

Sementara itu, Indonesia juga menghadapi tantangan serupa dalam beradaptasi dengan lingkungan pasca pandemi. Penurunan tajam dalam harga komoditas utama dan lonjakan harga beras menjadi penghambat utama, yang memaksa bank sentral untuk meningkatkan suku bunga pada Oktober 2023 secara tak terduga. 

Pada November 2023, Bank Indonesia menghentikan kenaikan suku bunga karena stabilnya nilai tukar Rupiah yang menguat sekitar 2,5% secara bulanan.

 

4 dari 4 halaman

Optimisme Pasar Bakal Naik

Memasuki 2024, optimisme pasar akan kembali naik. Kekhawatiran terhadap inflasi dan resesi mulai mereda, dengan proyeksi pertumbuhan yang diharapkan akan kembali normal seiring dengan tren sebelum pandemi.

"China tetap menjadi perhatian khusus dengan banyaknya konsensus yang pesimis terkait risiko sektor properti, tantangan demografis, dan restrukturisasi rantai pasokan global. Meskipun demikian, hubungan AS-China mungkin telah mencapai titik terendahnya, dan risiko tinggi geopolitik tercermin dalam konflik Israel-Gaza yang berpotensi meluas,” kata Erwan.

Pertumbuhan PDB Indonesia juga diperkirakan kembali ke normalisasi sekitar 5%, dengan risiko inflasi yang mungkin meningkat karena fenomena cuaca El-Nino. Namun, Tim makroekonomi BNI Sekuritas memperkirakan Bank Indonesia akan melakukan pemotongan suku bunga sebesar 50 bps pada akhir 2024 sebagai langkah dalam mendukung pertumbuhan. 

"Proyeksi pertumbuhan agregat laba bersih diperkirakan sebesar 8% atau 11% pada FY24F, didorong oleh sektor konsumen dan keuangan, dengan risiko penurunan masih berasal dari perusahaan komoditas,” imbuhnya. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini