Sukses

Ketidakpastian Ekonomi AS Masih Membayangi Pasar

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada 30 Oktober-3 November 2023 di tengah keputusan the Fed dan ketegangan geopolitik.

Liputan6.com, Jakarta - Ketidakpastian di Amerika Serikat (AS) masih tetap ada. Dari pertemuan federal open market committee (FOMC) terbaru memutuskan mempertahankan suku bunga acuan.

Keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) mempertahankan suku bunga sudah sesuai harapan pelaku pasar. The Fed mengambil langkah yang lebih hati-hati untuk menentukan kebijakan suku bunga ke depan.

"Meskipun ada jeda baru-baru ini, kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut masih tetap ada, dan penurunan suku bunga tidak dipertimbangkan saat ini,” demikian mengutip dari riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Minggu (5/11/2023).

Sementara itu, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun turun dan stabil di bawah 4,7 persen. Sedangkan obligasi tenor 2 tahun merosot dan stabil di bawah 5 persen.

“Mayoritas ekonom saat ini percaya kenaikan suku bunga sudah berakhir tetapi masih ada kemungkinan naik lagi hampir 20 persen,” demikian dikutip dari riset Ashmore.

Hal yang jadi bahaya jika the Fed salah melihat kemungkinan tidak ada resesi dan terjadi soft landing. Selain imbal hasil obligasi AS, saham real estate juga mencatat kinerja baik seiring optimisme terhadap kenaikan suku bunga yang sudah capai puncak.

Setelah pengumuman ketua the Fed Jerome Powell dan pernyataan untuk berhenti sejenak menaikkan suku bunga, pasar Indonesia bereaksi positif. Hal ini seiring optimisme skenario kenaikan suku bunga sudah mencapai puncak. Mirip dengan imbal hasil obligasi AS, obligasi pemerintah tenor 10 tahun dan dua tahun turun menjadi 7,07 persen dan 6,89 persen dari posisi puncak pada Oktober 7,26 persen 7,08 persen.

IHSG pun menguat sejak pengumuman the Fed dari titik terendah pada 1 November ke level tertinggi sehingga menguat 2,2 persen dalam tiga hari.Di sisi lain, rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat ke posisi 15.728 setelah dekati 16.000 pada pekan ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ketegangan Geopolitik Masih Tetap Tinggi

"Ketegangan geopolitik global masih tetap tinggi seiring konflik antar Israel-Hamas semakin memburuk, dan kami masih menunggu penyelesaiannya dalam waktu dekat, harga komoditas yang menguat. Kami terus jaga diversifikasi di antara kelas aset dan merekomendasikan ASDN dan ADPN untuk reksa dana saham, dan ADON serta ADOUN untuk obligasi,”

Sementara itu, pada pekan ini, IHSG naik 0,44 persen ke posisi 6.789 dibandingkan pekan lalu terutama didorong sektor saham teknologi dan properti real estate yang sumbang masing-masing 5,54 persen dan 1,9 persen terhadap indeks.

Pada pekan ini, sejumlah negara besar antara lain AS, Eropa dan China merilis indikator yang beragam tetapi menunjukkan perlambatan. AS mengalami kontraksi pada PMI manufaktur, tetapi ada lowongan pekerjaan sedikit lebih tinggi.

Di sisi lain, Eropa alami pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) YoY lebih lemah dari perkiraan, dan inflasi turun ke level terendah sejak Juli 2021. Data manufaktur China dari NBS dan Caixin kembali masuk wilayah kontraksi dari bulan sebelumnya.

Sedangkan Indonesia mencatat inflasi tahunan pada Oktober 2023 lebih rendah dari perkiraan, tetapi tetap berada dalam target Bank Indonesia.

3 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street pada 3 November 2023

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melonjak pada penutupan perdagangan saham Jumat, 3 November 2023. Wall street melesat setelah laporan pekerjaan AS yang lemah sehingga mendorong imbal hasil obligasi AS tergelincir.

Seiring kenaikan wall street itu membawa rata-rata indeks acuan mencatat kinerja mingguan terbaik pada 2023. Demikian dikutip dari laman CNBC, Sabtu (4/11/2023).

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melesat 222,24 poin atau 0,66 persen menjadi 34.061,32. Indeks S&P 500 bertambah 0,94 persen menjadi 4.358,34. Indeks S&P 500 mencatat kenaikan lima hari sejak Juni 2023. Indeks Nasdaq melesat 1,38 persen menjadi 13.478,28.

Wall street mencatat kenaikan mingguan cukup besar seiring investor semakin berharap kebijakan moneter bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) untuk menaikkan suku bunga telah berakhir.

Selama sepekan, indeks Dow Jones melesat 5,07 persen, dan mencatat kinerja terbaik sejak Oktober 2022. Indeks S&P 500 menguat 5,85 persen dan indeks Nasdaq melesat 6,61 persen. Indeks tersebut mencatat kenaikan terbaik dalam sepekan sejak November 2022.

Indeks S&P 500 menguat pada Jumat pekan ini tanpa partisipasi dari anggota terbesarnya. Saham Apple turun 0,5 persen setelah produsen iPhone mengeluarkan prospek pendapatan lebih lemah pada kuartal yang berakhir Desember.

Reli pekan ini terjadi ketika S&P 500 menutup kinerja saham dengan kerugian selama tiga bulan berturut-turut.

Sedangkan selama sepekan, reli dipicu keputusan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) mempertahankan suku bunga untuk kedua kalinya berturut-turut, serta rencana pinjaman Departemen Keuangan yang tidak terlalu memberatkan dibandingkan yang dikhawatirkan.

 

4 dari 4 halaman

Data Ekonomi AS

Laporan ketenagakerjaan pada Oktober 2023 lebih lemah dari harapan sehingga menunjukkan upaya the Fed untuk mendinginkan perekonomian dan menekan inflasi mungkin berhasil.

Perekonomian AS pada bulan lalu menambahkan 150.000 pekerjaan di bawah perkiraan konsensus. Peningkatan gaji sebelumnya diprediksi 170.000. Data tenaga kerja AS itu juga lebih rendah dari September 2023 sebesar 297.000.

Tingkat pengangguran naik menjadi 3,9 persen dibandingkan dengan ekspektasi yang akan tetap stabil di posisi 3,8 persen. Penghasilan rata-rata per juga meleset dari perkiraan secara bulanan naik 0,2 persen pada Oktober, di bawah perkiraan dengan kenaikan 0,3 persen.

“Dari perspektif pasar saham, angka ini mengurangi tekanan terhadap inflasi dan kekhawatiran tehradap suku bunga, namun tetap mencerminkan pasar tenaga kerja yang kuat dan menambah lapangan kerja lebih cepat dibandingkan tingkat netral sekitar 100 ribu,” ujar Portfolio Strategist  Global X, Michelle Cluver.

Imbal hasil obligasi yang telah membebani pasar saham dalam tiga bulan terakhir anjlok pada perdagangan Jumat pekan ini akibat gaji yang lebih lemah dari perkiraan dan kenaikan pendapatan rata-rata per jam yang lebih rendah.

Imbal hasil treasury bertenor 10 tahun turun lebih dari 9 basis poin menjadi 4,57 persen turun dari level tertinggi 5 persen yang dicapai bulan lalu. Imbal hasil obligasi bertenor dua tahun turun 13 basis poin menjadi 4,8 persen.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini