Sukses

Kimia Farma: Permintaan Obat untuk ISPA Meningkat di Tengah Polusi Udara Jakarta

Direktur Utama Kimia Farma Apotek (KFA) Agus Chandra mengimbau masyarakat lebih menjaga kesehatan di tengah polusi udara Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta - PT Kimia Farma Tbk (KAEF) mengaku penjualan obat untuk infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) di Kimia Farma Apotek meningkat di tengah isu polusi udara Jakarta mencuat di masyarakat. 

Terkait hal tersebut, Direktur Utama Kimia Farma Apotek (KFA) Agus Chandra menuturkan, penjualan obat ISPA meningkat. Sehingga, ia berharap masyarakat mampu menjaga kesehatannya. 

“Kalau obat di Jakarta meningkat untuk ISPA. Tapi kita pengen masyarakat lebih menjaga (kesehatan). Supaya enggak kena ISPA ya perkuat dengan vitamin ada blackmorse dan vitamin lain,” kata Agus saat ditemui di Jakarta, Jumat (1/9/2023). 

Sementara itu, dengan adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan. Kebutuhan obat di masyarakat pun turut melonjak

“Tapi dari sisi peningkatan masyarakat untuk kebutuhan obat ada peningkatan sekitar di bawah 5 persen. Karena mungkin masyarakat semakin sadar akan kesehatan. Jadi dia ingat sehat, ingat Kimia Farma terus,” ujar dia.

Sebelumnya, Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Bud Hartono membenarkan adanya kenaikan angka penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Ibu Kota akibat polusi udara. Kenaikan jumlah penderita ISPA terjadi pada balita.

"Memang benar ISPA ada kenaikan sedikit, 24 sampai 31 persen khususnya balita," kata dia dalam konferensi pers membahas Peningkatan Kualitas Udara Kawasan Jabodetabek di akun YouTube, Sekretariat Presiden, Senin, 28 Agustus 2023. 

Oleh sebab itu, Heru mengimbau kepada anak-anak agar menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah. "Jadi kami mengimbau anak-anak kecil kalau bisa keluar rumah bisa menggunakan masker," kata Heru.

Sebelumnya, berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) hingga 28 Agustus 2023 disebutkan bahwa di Jabodetabek meningkat. Kasus ISPAmencapai di atas 200.000 per bulan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kemenkes Tak Bekerja Sendiri

Data ISPA ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu. Hal ini, kata dia disebabkan oleh polisi udara di Jabodetabek yang belakangan memburuk.

"Kita tahu isu polusi udara di Jabodetabek. Faktanya, terjadi peningkatan masalah terkait dengan polusi udara dan seiring dengan itu data kami di surveilans penyakit menunjukkan peningkatan kasus ISPA yang dilaporkan di Puskesmas maupun rumah sakit," papar Maxi saat 'Press Briefing-Penanganan Dampak Polusi Udara Bagi Kesehatan Masyarakat' di Gedung Kemenkes RI Jakarta, Senin, 28 Agustus 2023.

"Itu per bulan rata-rata di atas 200.000 kasus," sambung dia.

Kemenkes Tak Mungkin Bekerja Sendiri

Maxi menegaskan, untuk penanganan masalah polusi udara Kemenkes tak mungkin bekerja sendiri.

Dia menyebut butuh kerja sama lintas kementerian dan lembaga terkait. "Butuh kerja sama dengan kementerian dan lembaga terkait. Tugas kami di Kementerian Kesehatan yang pertama adalah yang kita lakukan adalah melakukan edukasi kepada masyarakat," kata dia.

 

 

3 dari 4 halaman

Kinerja Semester I 2023

Sebelumnya, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) mengumumkan kinerja perseroan untuk periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2023. Pada periode tersebut, perseroan membukukan penjualan Rp 4,95 triliun. Raihan itu naik 11,78 persen dibandingkan semester I 2022 yang tercatat sebesar Rp 4,43 triliun.

"Raihan pendapatan Kimia Farma secara konsolidasi hingga Juni 2023 disokong oleh kuatnya penjualan produk dan peningkatan jasa layanan laboratorium medis dan klinik," ungkap Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk, David Utama dalam keterangan resmi, Senin (31/7/2023).

David mengatakan, dari sisi kategori produk, obat generik menyumbang pendapatan sebesar Rp 1,07 triliun atau meningkat sekitar 25,26 persen dari Rp 858,96 miliar. Selain itu, penjualan produk etikal dan lisensi juga meningkat 13,99 persen menjadi sebesar Rp 1,89 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun 2022 yaitu sebesar Rp 1,65 triliun.

Adapun penjualan obat over the counter (OTC) dan kosmetika tumbuh 4,85 persen, dari periode tahun 2022 sebesar Rp1,01 triliun menjadi Rp 1,06 triliun pada semester I tahun 2023.

Sementara itu, kategori alat kesehatan berkontribusi senilai Rp 49,02 miliar, terkontraksi 14,75 persen dibanding periode tahun sebelumnya sebesar Rp 57,50 miliar. Di tengah rebranding yang tengah digencarkan, layanan laboratorium medis dan klinik berkontribusi baik terhadap pendapatan.

Dalam laporan keuangan tercatat capaian layanan laboratorium medis dan klinik sebesar Rp 488,16 miliar atau meningkat 16,60 persen dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 418,66 miliar. 

Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin, 31 Juli 2023, beban pokok penjualan ikut naik menjadi Rp 3,11 triliun dari Rp 2,95 triliun pada semester I 2022.

Meski begitu, laba kotor perseroan pada paruh pertama tahun ini masih naik menjadi Rp 1,83 triliun dibanding semester I 2022 sebesar Rp 1,48 triliun. 

 

4 dari 4 halaman

Kinerja Laba

Pada periode yang sama, laba usaha tercatat sebesar Rp 236,3 miliar. Berbanding terbalik dengan posisi Juni 2022 di mana perseroan membukukan rugi usaha Rp 15,67 miliar.

Hal ini umumnya ditopang selisih kurs mata uang asing pada paruh pertama 2023 sebesar Rp 901,45 juta, dibanding periode yang sama tahun lalu yang tercatat minus Rp 1,76 miliar. Hingga 30 Juni 2023, perseroan membukukan beban keuangan Rp 256,56 miliar dan penghasilan keuangan Rp 17,33 miliar, dan manfaat pajak penghasilan sebesar Rp 3,82 miliar.

"Pencapaian kinerja positif tersebut mampu mendorong bottom line Kimia Farma dengan membukukan laba bersih sebesar Rp 19,47 miliar sepanjang semester I 2023. Jika dibandingkan pada periode sama tahun lalu, Kimia Farma mencatat kerugian bersih Rp 206,30 miliar," ujar David.

Sementara, pada periode tersebut perseroan masih membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 21,76 miliar, susut dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 205,12 miliar.

Aset perseroan hingga  30 Juni 2023 naik menjadi Rp 20,6 triliun ari Rp 20,35 triliun pada Desember 2022. Liabilitas naik dari Rp 11,01 triliun pada akhir tahun lalu menjadi Rp 11,23 triliun per Juni 2023. Ekuitas sampai dengan 30 Juni 2023 naik tipis menjadi Rp 9,37 triliun dibandingkan posisi 31 Desember 2022 sebesar Rp 9,34 triliun.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.