Sukses

38 Perusahaan Masuk Pipeline IPO di BEI, Mayoritas Beraset Menengah

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat dari 38 perusahaan sedang proses pencatatan saham perdana di BEI, mayoritas berasal dari perusahaan dengan aset menengah.

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI)  mencatat 38 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham di BEI hingga kini.

BEI menyebutkan, hingga 4 Agustus 2023 telah tercatat 53 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan dana dihimpun Rp 47,9 triliun. Demikian mengutip dari keterangan tertulis BEI, Senin (7/8/2023).

Berdasarkan POJK Nomor 53/POJK.04/2017, saat ini klasifikasi aset Perusahaan yang berada dalam pipeline, Perusahaan aset skala menengah dengan aset Rp 50 miliar-Rp 250 miliar mendominasi dengan 22 perusahaan. Kemudian disusul 10 perusahaan aset skala besar atau aset di atas Rp 250 miliar. Selanjutnya enam Perusahaan aset skala kecil atau aset di bawah Rp 50 miliar.

Berikut rincian sektornya:

  • 3 perusahaan dari sektor basic materials
  • 8 perusahaan dari sektor consumer cyclicals
  • 8 perusahaan tercatat dari sektor consumer non-cylicals
  • 3 perusahaan dari sektor energi
  • 1 perusahaan dari sektor keuangan
  • 3 perusahaan dari sektor healthcare
  • 2 perusahaan dari sektor industri
  • 1 perusahaan dari sektor infrastruktur
  • 4 perusahaan dari sektor properties and real estate
  • 3 perusahaan dari sektor teknologi
  • 2 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik

Rights Issue

Untuk rights issue, BEI mencatat hingga 4 Agustus 2023 telah terdapat 26 perusahaan tercatat yang telah menerbitkan rights issue dengan nilai Rp 36,1 triliun.

Selain itu, terdapat 24 perusahaan tercatat dalam pipeline rights issue di BEI. Berikut sektornya:

  • 1 perusahaan dari sektor basic materials
  • 8 perusahaan dari sektor consumer cyclicals
  • 4 perusahaan dari sektor consumer non-cylicals
  • 4 perusahaan dari sektor energy
  • 5 perusahaan dari sektor keuangan
  • 1 perusahaan dari sektor infrastruktur
  • 1 perusahan dari sektor transportasi dan logistik

Penerbitan EBUS

BEI juga mencatat hingga kini telah diterbitkan 65 emisi dari 47 penerbit efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) dengan dana yang dihimpun sebesar Rp 74,1 triliun.

Hingga 4 Agustus 2023 terdapat 17 emisi dari 11 penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline dengan klasifikasi sektor antara lain:

  • 4 perusahaan dari sektor basic materials
  • 2 perusahaan dari sektor energi
  • 1 perusahaan dari sektor keuangan
  • 3 perusahaan dari sektor industri
  • 1 perusahaan dari sektor infrastruktur
  •  

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

OJK Harap Pasar Modal Dapat Himpun Dana Rp 200 Triliun pada 2023

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengincar penghimpunan dana di pasar modal hingga Rp 200 triliun pada 2023. Sebelumnya, OJK menargetkan penghimpunan dana senilai Rp 170 triliun. 

Namun, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi mengatakan, pihaknya melakukan revisi terkait target penghimpunan dana di pasar modal. 

"Tadinya targetnya Rp 170 triliun, kami sudah revisi menjadi Rp 200 triliun dan saat ini sudah mencapai Rp 162 triliun, alhamdulilah masih empat bulan kedepan dan kami rasa belum perlu untuk merevisi target," kata Inarno dalam konferensi pers, ditulis Jumat (4/8/2023).

Asal tahu saja, realisasi penghimpunan dana di pasar modal pada 2022 tercatat sebesar Rp 267,73 triliun. Artinya, target yang dipasang tahun ini lebih sedikit dibandingkan capaian tahun lalu.

Sementara itu, OJK mencatat penghimpunan dana di pasar modal hingga 31 Juli sebesar Rp 162,09 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 57 emiten. Nilai emisi emiten IPO tersebut lebih tinggi dibandingkan pencapaian sepanjang 2022 dan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dan ke-4 global pada semester I 2023. 

Adapun di pipeline, masih terdapat 101 rencana penawaran umum dengan perkiraan nilai sebesar Rp 72,85 triliun dan rencana IPO oleh emiten baru sebanyak 66 perusahaan.

 

3 dari 6 halaman

Penggalangan Dana SCF

Sedangkan untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi UKM, hingga 31 Juli 2023 telah terdapat 16 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 429 Penerbit, 156.916 pemodal, dan total dana yang dihimpun sebesar Rp 910 miliar. 

Inarno Djajadi mengatakan, sejalan dengan penguatan pasar keuangan global, pasar saham Indonesia sampai dengan 31 Juli 2023 juga mengalami penguatan sebesar 4,05 persen mtd ke level 6.931,36 (Juni 2023 menguat 0,43 persen mtd ke level 6.661,88), dengan non-resident mencatatkan inflow sebesar Rp2,72 triliun mtd (Juni 2023 outflow Rp4,38 triliun mtd). 

"Penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terbesar pada Juli 2023 dicatatkan oleh saham di sektor energi dan sektor basic material. Secara ytd, IHSG tercatat menguat sebesar 1,18 persen dengan non-resident membukukan net buy sebesar Rp18,92 triliun (Juni 2023 net buy sebesar 16,21 triliun ytd)," kata Inarno.

4 dari 6 halaman

OJK Catat 66 Perusahaan Antre IPO di Bursa

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penghimpunan dana di pasar modal hingga 31 Juli sebesar Rp 162,09 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 57 emiten. Nilai emisi emiten IPO tersebut lebih tinggi dibandingkan pencapaian sepanjang tahun 2022 dan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dan ke-4 global pada semester I 2023. 

Adapun di pipeline, masih terdapat 101 rencana penawaran umum dengan perkiraan nilai sebesar Rp 72,85 triliun dan rencana IPO oleh emiten baru sebanyak 66 perusahaan.

Sedangkan untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi UKM, hingga 31 Juli 2023 telah terdapat 16 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 429 Penerbit, 156.916 pemodal, dan total dana yang dihimpun sebesar Rp 910 miliar. 

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi mengatakan, sejalan dengan penguatan pasar keuangan global, pasar saham Indonesia sampai dengan 31 Juli 2023 juga mengalami penguatan sebesar 4,05 persen mtd ke level 6.931,36 (Juni 2023 menguat 0,43 persen mtd ke level 6.661,88), dengan non-resident mencatatkan inflow sebesar Rp2,72 triliun mtd (Juni 2023 outflow Rp4,38 triliun mtd). 

"Penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terbesar pada Juli 2023 dicatatkan oleh saham di sektor energi dan sektor basic material. Secara ytd, IHSG tercatat menguat sebesar 1,18 persen dengan non-resident membukukan net buy sebesar Rp18,92 triliun (Juni 2023 net buy sebesar 16,21 triliun ytd)," kata Inarno dalam konferensi pers, Kamis (3/8/2023).

5 dari 6 halaman

Pasar Obligasi

Di sisi likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi pasar saham termoderasi di bulan Juli 2023 menjadi Rp9,66 triliun mtd dan Rp10,24 triliun ytd (Juni 2023 Rp9,64 triliun mtd), dan secara umum di bawah level rata-rata transaksi harian di 2022 yang sebesar Rp 14,71 triliun.

Di pasar obligasi, indeks pasar obligasi ICBI menguat 0,56 persen mtd dan 7,07 persen ytd ke level 369,17 (Juni 2023 menguat 0,96 persen mtd dan 6,48 persen ytd). Untuk pasar obligasi korporasi, aliran dana keluar investor non-resident tercatat sebesar Rp 269,79 miliar mtd, dan secara ytd masih tercatat outflow Rp 880,16 miliar.

Pasar SBN masih melanjutkan tren positif dan membukukan inflow investor asing. Pada Juli 2023, non-resident mencatatkan inflow yang sebesar Rp 8,30 triliun mtd (Juni 2023 inflow Rp17,53 triliun mtd), sehingga mendorong penurunan yield SBN rata-rata sebesar 1,09 bps mtd di seluruh tenor. Secara ytd, yield SBN turun rata-rata sebesar 53,80 bps di seluruh tenor dengan non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp 93,00 triliun ytd. 

 

 

6 dari 6 halaman

Industri Reksa Dana

Di industri reksa dana, Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana per 31 Juli 2023 tercatat sebesar Rp 516,67 triliun atau naik 1,69 persen (mtd) dengan investor Reksa Dana membukukan net subscription sebesar Rp4,21 triliun (mtd). Secara ytd, NAB meningkat 2,34 persen dan tercatat net subscription sebesar Rp1,79 triliun. 

Dalam rangka penegakan hukum di bidang pasar modal, hingga Juli 2023, OJK telah mengenakan sanksi administratif atas pemeriksaan kasus di Pasar Modal kepada 28 Pihak yang terdiri dari sanksi administratif berupa denda sebesar Rp 12,9 miliar , 1 pencabutan izin, 4 perintah tertulis, dan 13 peringatan tertulis serta mengenakan sanksi administratif berupa denda atas keterlambatan dengan nilai sebesar Rp11.101.920.000,00 miliar kepada 155 pelaku jasa keuangan di pasar modal.

OJK telah mengenakan sanksi administratif berupa denda terhadap kasus Penawaran dan/atau Penjualan Medium Term Notes (MTN) PT Perum Perumnas (Persero), kepada 2 Lembaga Jasa Keuangan (LJK) karena telah menawarkan dan menjual Efek tersebut kepada lebih dari 50 pihak tanpa menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada OJK dan tanpa adanya surat Pernyataan Efektif yang diberikan OJK.

                                                                                           

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini