Sukses

United Tractors Cetak Laba Rp 11,2 Triliun pada Semester I 2023

PT United Tractors Tbk (UNTR) mencatat pertumbuhan pendapatan 14 persen dan laba 8 persen pada semester I 2023.

Liputan6.com, Jakarta - PT United Tractors Tbk (UNTR) telah mengumumkan laporan keuangan konsolidasian hingga semester I 2023. Perseroan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 68,7 triliun atau naik sebesar 14 persen dari Rp60,4 triliun pada periode yang sama pada 2022.

Seiring dengan peningkatan pendapatan bersih, laba bersih Perseroan meningkat 8 persen menjadi Rp 11,2 triliun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 10,4 triliun.

Masing-masing segmen usaha, yaitu Kontraktor Penambangan, Mesin Konstruksi, Pertambangan Batu Bara, Pertambangan Emas, Industri Konstruksi, dan Energi secara berturut-turut memberikan kontribusi sebesar 35 persen, 30 persen, 29 persen, 5 persen, 1 persen, dan kurang dari 1 persen terhadap total pendapatan bersih konsolidasian. 

Segmen Usaha Mesin Konstruksi

Segmen usaha Mesin Konstruksi mencatat peningkatan penjualan alat berat Komatsu sebesar 9 persen menjadi 3.145 unit dibandingkan tahun lalu sebesar 2.873 unit. Berdasarkan riset pasar internal, Komatsu memimpin pangsa pasar alat berat sebesar 32 persen. Pendapatan Perseroan dari penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat juga mengalami peningkatan sebesar 24 persen menjadi Rp6,0 triliun.

Penjualan Scania mengalami peningkatan dari dari 111 unit menjadi 449 unit, sedangkan penjualan produk UD Trucks turun dari 258 unit menjadi 170 unit.

Penurunan penjualan UD Trucks disebabkan oleh adanya kendala pasokan produk dari prinsipal. Secara total, pendapatan bersih dari segmen usaha Mesin Konstruksi meningkat sebesar 16 persen menjadi Rp20,3 triliun dibandingkan periode yang sama pada 2022.

Segmen Usaha Kontraktor Penambangan

Segmen usaha Kontraktor Penambangan United Tractors yang dioperasikan oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA). Sampai dengan Juni 2023, Kontraktor Penambangan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp24,3 triliun, naik 22 persen dari Rp20,0 triliun.

Pamapersada Nusantara mencatat peningkatan volume produksi batu bara sebesar 18 persen dari 50 juta ton menjadi 59 juta ton, dan volume pekerjaan pemindahan tanah (overburden removal) sebesar 20 persen dari 437 juta bcm menjadi 524 juta bcm, dengan rata-rata stripping ratio sebesar 8,9x, meningkat dari 8,7x.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Segmen Tambang Batu Bara hingga Konstruksi

 

Segmen Usaha Tambang Batu Bara

Segmen usaha Pertambangan Batu Bara dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (TTA).

Sampai dengan Juni 2023 total penjualan batu bara mencapai 6,4 juta ton, termasuk 1,3 juta ton batu bara metalurgi, atau meningkat 11 persen dibandingkan semester I 2022. Pendapatan segmen usaha Pertambangan Batu Bara meningkat sebesar 8 persen menjadi Rp20,1 triliun dari Rp18,7 triliun di periode yang sama pada 2022.

Segmen Usaha Pertambangan Emas

Segmen usaha Pertambangan Emas dijalankan oleh PT Agincourt Resources (PTAR) yang mengoperasikan tambang emas Martabe di Sumatera Utara.

Sampai dengan Juni 2023, total penjualan setara emas dari Martabe mencapai 110 ribu ons, turun 24 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2022 sebesar 144 ribu ons. Penurunan penjualan emas tahun ini dimaksudkan agar PTAR dapat fokus pada rencana jangka panjang dan untuk meningkatkan keberlanjutan tambang. Pendapatan bersih segmen usaha Pertambangan Emas turun 18 persen dari Rp3,9 triliun menjadi Rp3,2 triliun.

Segmen Usaha Industri Konstruksi

Segmen usaha Industri Konstruksi dijalankan oleh PT Acset Indonusa Tbk (ACSET). Sampai dengan bulan Juni 2023, Industri Konstruksi membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 798 miliar, dibandingkan Rp476 miliar pada periode yang sama pada 2022. ACSET membukukan rugi bersih sebesar Rp55 miliar, yang mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 114 miliar.

 

3 dari 4 halaman

Segmen Usaha Energi

Sejalan dengan strategi pengembangan usaha di sektor energi yang ramah lingkungan, Perseroan telah menetapkan bisnis Energi Baru dan Terbarukan sebagai salah satu strategi transisi Perseroan. Bisnis energi Perseroan dijalankan melalui anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya, PT Energia Prima Nusantara (EPN).

Pada semester I 2023, EPN telah memasang Rooftop Solar PV mencapai 7,0 MW, sehingga total Solar PV terpasang mencapai 12,4 MWp di grup UT dan Astra.

EPN saat ini dalam proses membangun satu Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM), yaitu PLTM Besai Kemu di Lampung, Sumatra. PLTM Besai Kemu memiliki kapasitas sebesar 7 MW dan diperkirakan akan beroperasi pada akhir tahun 2023.

Selain itu, EPN juga menargetkan beberapa proyek pembangkit listrik tenaga minihidro di area Sumatra dengan total potensial kapasitas lebih dari 20 MW.

Pada Agustus 2022, Perseroan melakukan investasi pada PT Arkora Hydro Tbk (Arkora) dengan kepemilikan saham sebesar 31,49 persen. Arkora saat ini mengoperasikan dua PLTM, yaitu PLTM Cikopo 2 di Jawa Barat dengan kapasitas 7,4 MW dan PLTM Tomasa dengan kapasitas 10 MW di Sulawesi Tengah.

4 dari 4 halaman

Pembangunan PLTM

Arkora juga sedang membangun dua PLTM lainnya, yaitu PLTM Koro Yaentu berkapasitas 10 MW dan PLTM Kukusan 2 berkapasitas 5,4 MW yang masing-masing diperkirakan akan beroperasi pada 2024 dan 2025. Setelah kedua PLTM ini beroperasi nanti, Arkora akan memiliki pembangkit listrik dengan total kapasitas terpasang sebesar 33 MW.

Perseroan berencana melakukan pengembangan proyek energi terbarukan lainnya seperti solar PV, geothermal, dan waste-to-energy. Proyek-proyek ini konsisten dengan strategi Perseroan untuk meningkatkan kompetensi di berbagai potensi energi terbarukan dalam rangka mencapai portofolio bisnis yang berkelanjutan.

Pada Juni 2023, Perseroan melalui anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya, PT Danusa Tambang Nusantara (DTN) mengumumkan penandatanganan subscription agreement untuk mengakuisisi 19,99 persen saham di Nickel Industries Limited (NIC) dengan total nilai transaksi sebesar USD 943 juta.

Penyelesaian transaksi ini tunduk pada terpenuhinya syarat-syarat pendahuluan tertentu, termasuk persetujuan pemegang saham NIC berdasarkan Peraturan Pencatatan Australian Securities Exchange.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini