Sukses

Saham Emiten Bank Kakap Jadi Pilihan pada 2023, Ini Kata Analis

Sektor saham bank diperkirakan masih tumbuh pada 2023 didukung penyaluran kredit.

Liputan6.com, Jakarta - Sektor saham perbankan diprediksi masih bertumbuh pada 2023 terutama saham emiten bank kapitalisasi besar. Hal ini didukung dari penyaluran kredit.

Head of Research Sucor Sekuritas, Edward Lowis menuturkan, seluruh sektor masih tumbuh pada 2023. Untuk sektor saham bank terutama berkaitan dengan pertumbuhan penyaluran kredit yang didukung likuiditas besar. Edward menuturkan, hal tersebut dimiliki oleh bank kapitalisasi besar. Bank tersebut antara lain PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI).

“Likuiditas besar ada di bank besar, big four. Dan bank kecil mungkin karena satu dan hal lain likuiditas lebih tight. Beberapa bank masih istilahnya nyangkut di SUN. Jadi harus bank besar, growthnya masih oke,” kata dia di webinar Indonesia Investment Education, Sabtu, 14 Januari 2023, dikutip Minggu (15/1/2023).

Untuk pilihan saham di sektor perbankan, Edward menuturkan,  saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi pilihan. Hal ini menurut dia lantaran pertumbuhan kredit BRI yang paling tinggi. Hingga kuartal III 2022, secara konsolidasi, kredit BRI tumbuh 7,9 persen secara tahunan menjadi Rp 1.111,4 triliun. “ROE dan NIM paling tinggi di industrinya, valuasi menarik. Tahun lalu sempat lagging. BRI paling menarik dibandingkan lainnya,” kata dia.

Terkait efek pemilihan umum (pemilu), Edward menilai, jika dilihat secara historis, sektor saham konsumsi dan telekomunikasi akan berdampak. Demikian juga sektor peternakan.

"Tahun ini cost mulai turun harga komoditas, harusnya ada sedikit margin. Earning growth paling tinggi juga. Average tumbuh 17 persen, consumer earning growth, lebih ke consumer related untuk pemilu,” tutur dia.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pembukaan Kembali China hingga Pemilu Bayangi IHSG

Sebelumnya, sejumlah faktor global akan mempengaruhi pasar saham pada 2023. Sentimen tersebut antara lain pembukaan kembali China, risiko geopolitik, pemilihan umum (pemilu) dan penguatan dolar Amerika Serikat.

Sentimen tersebut juga sudah berdampak terhadap pasar saham Indonesia pada awal Januari 2023. Indeks Harga Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 2,42 persen pada 2-6 Januari 2023. Koreksi IHSG tersebut terjadi seiring China berencana impor batu bara dari Australia sehingga menekan harga batu bara. Selain itu, investor global yang mulai mengalihkan dana seiring pembukaan kembali China dan valuasi saham menarik dan laba solid menekan pasar saham Indonesia.

Di sisi lain, pasar juga berharap kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve melambat pada 2023. Hal ini juga yang terlihat dapam pertemuan FOMC. Diprediksi tingkat suku bunga yang tadinya 5,1 persen menjadi 4 persen pada 2024. “Niat bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga lebih rendah sambil pertahankan bunga tinggi menyiratkan pemerintah AS bersandar ke arah soft landing,” demikian mengutip riset Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Sabtu (!4/1/2023).

Sementara itu, saat dolar AS mencapai puncaknya, tekanan pada utang negara berkembang akan terus menurun. Dari sentimen pembukaan kembali China juga diharapkan berdampak positif untuk Indonesia.

Hal ini seiring kontribusi ekspor Indonesia mencapai 22,3 persen ke China hingga Oktober 2023 dan aliran investasi asing mengalir mencapai 15,5 persen hingga September 2022. Angka ini relatif tinggi dibandingkan ekspor ke Amerika Serikat 10,4 persen dan aliran dana investasi asing mencapai 1 persen hingga September 2022.

“Oleh karena itu kami mengharapkan pembukaan kembali China membawa manfaat bagi Indonesia dan pembukaan kembali ekonomi secara penuh kuartal II 2023 dan bertahap,”

 

3 dari 4 halaman

Sentimen Lainnya

Sentimen lainnya yaitu risiko geopolitik yang meningkat antara Barat-China dan konflik Rusia-Ukraina.

Selain itu, ketergantungan rantai pasokan telah menjadi perhatian nasional yang bertentangan dengan globalisasi memberikan peluang bagi Indonesia.

Pemerintah mengungkapkan, industralisasi nikel menjadi besi dan baja serta bahan baku baterai kendaraan listrik meningkatkan nilai ekspor menjadi USD 35 miliar-USD 50 miliar pada 2024. Hal ini berlanjut dari sebelumnya nilai ekspor USD 1 miliar pada 2014 menjadi USD 26 miliar-USD 29 miliar pada 2022.

Sentimen lainnya Indonesia akan selenggarakan tiga pemilihan umum (pemilu) berbeda secara serentak pada 2024 yaitu pemilihan presiden, parlemen dan daerah. Hal ini siratkan aliran dana akan sangat tinggi. Perputaran uang diperkirakan meningkat saat pemilu sekitar Rp 119 triliun-Rp 270 triliun atau 0,6 persen-1,3 persen dari produk domestik bruto (PDB) terutama didistribusikan pada semester II 2023.

Dalam siklus pemilu empat tahunan, secara historis, kinerja IHSG tumbuh rata-rata 14,7 persen sebelum pemilu dan 10,1 persen dalam satu tahun pemilu. "Kami tetap optimis terhadap saham sementara tetap awasi obligasi seiring puncak obligasi pada pertengahan 2023,”

 

4 dari 4 halaman

Kinerja IHSG pada 9-13 Januari 2023

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih kurang bergairah memasuki pekan kedua Januari 2023.  IHSG yang masih tertekan itu dibayangi aliran dana investor asing yang keluar dari bursa saham Indonesia dan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS).

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (14/1/2023), IHSG merosot 0,64 persen ke posisi 6.641,83. Pada pekan lalu, IHSG merosot 2,4 persen ke posisi 6.684,55. Kapitalisasi pasar bursa pun terpangkas pada 9-13 Januari 2023. Kapitalisasi pasar saham susut 0,82 persen menjadi Rp 9.182,35 triliun dari pekan sebelumnya Rp 9.258,26 triliun. Meski demikian, pekan ini, rata-rata nilai transaksi harian melompat tajam.

Rata-rata nilai transaksi harian bursa naik 24,04 persen menjadi Rp 11,53 triliun dari Rp 9,30 triliun pada pekan sebelumnya. Rata-rata volume transaksi harian bursa bertambah 4,77 persen menjadi 17,23 miliar saham dari 16,45 miliar saham pada pekan lalu. Kenaikan juga terjadi pada rata-rata frekuensi transaksi harian bursa 0,48 persen menjadi 1.109.809 transaksi selama sepekan dari 1.104.455 transaksi pada pekan sebelumnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.