Sukses

Goldman Sachs Prediksi Wall Street Bakal Tertekan Akhir 2022

Pada Kamis, 22 September 2022, Goldman Sachs memangkas indeks acuan S&P 500 dari 4.300 menjadi hanya 3.600.

Liputan6.com, Jakarta - Goldman Sachs memperingatkan bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bakal catat kinerja kurang baik pada akhir 2022.

Pada Kamis, 22 September 2022, Goldman Sachs memangkas indeks acuan S&P 500 dari 4.300 menjadi hanya 3.600. Revisi indeks acuan tersebut sekitar 2 persen dari level saat ini tidak ada pembalikan arah yang menguat bertahan laam.

Selain itu, wall street juga memperingatkan lebih banyak masalah bagi saham seiring potensi resesi dan risiko yang menekan prospek saham. “Prospeknya luar biasa suram,” tulis Analis Goldman Strategist dalam laporannya dikutip dari CNN, Minggu (25/9/2022).

"Inflasi, pertumbuhan ekonomi, suku bunga, laba dan valuasi ke depan semuanya berubah lebih dari biasanya dengan distribusi hasil potensial yang lebih luas,”

Goldman Sachs menilai, dengan kata lain tidak ada yang benar-benar tahu apa yang terjadi selanjutnya. Ketidakpastian itu berkontribusi pada aksi jual yang sedang berlangsung di pasar saham. Indeks Dow Jones turun di bawah level 30.000 pada Jumat, 23 September 2022. Indeks Dow Jones susut 2,2 persen. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing melemah 2,4 persen.

Inflasi tinggi telah memaksa bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve untuk tetap menginjak rem.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Upaya The Fed Kendalikan Inflasi

Sejumlah investor berharap inflasi mereda. The Fed sengaja memperlambat ekonomi untuk mengendalikan inflasi. Kenaikan suku bunga yang drastic, dan potensi lebih banyak yang akan datang meningkatkan risiko the Fed dan menyebabkan resesi.

“Berdasarkan diskusi klien kami, mayoritas investor saham telah adopsi pandangan skenario hard landing tidak bisa dihindari. Fokus mereka adalah waktu, besarnya, dan durasi potensi resesi dan strategi investasi,” tulis Analis Goldmas Sachs.

Tentu saja, tidak ada yang tahu pasti apakah akan terjadi resesi. Ada kemungkinan investor terlalu pesimistis dan ekonomi akan terhindar dari penurunan. Namun, jika terjadi resesi, Goldman Sachs prediksi S&P 500 akan terus melemah dan mencapai level titik terendah di 3.150. Itu berarti penurunan lebih lanjut sebesar 14 persen dari level saat ini.

Salah satu kekhawatiran adalah dampak penuh dari kenaikan suku bunga membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk dirasakan. Itu berarti the Fed mungkin tidak tahu telah berlebihan hingga semuanya terlambat.

“Suku bunga the Fed mendaki pada kecepatan tercepat baru-baru ini dengan ketidakpastian maksimum pada prospek makro,” tulis Ahli Strategi Bank of America.

3 dari 4 halaman

Kinerja IHSG 19-23 September 2022

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat terbatas pada 19-23 September 2022. Analis menilai kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (24/9/2022), IHSG menguat 0,14 persen menjadi 7.178,58 dari posisi pekan lalu di kisaran 7.168,87 pada penutupan pekan sebelumnya.

Di sisi lain, kapitalisasi pasar bursa melemah tipis 0,02 persen menjadi Rp 9.424,93 triliun. Kapitalisasi pasar bursa turun Rp 1,26 triliun dari pekan lalu Rp 9.426,53 triliun. Rata-rata volume transaksi harian bursa merosot 12,13 persen menjadi 28,07 miliar saham dari 31,94 miliar saham pada pekan lalu.

Selanjutnya rata-rata frekuensi transaksi harian bursa turun 14,97 persen menjadi 1.343.102 kali transaksi dari 1.579.486 kali transaksi pada pekan lalu. Rata-rata nilai transaksi harian anjlok 30,90 persen menjadi Rp 14,13 triliun dari Rp 20,45 triliun pada pekan lalu.

Sementara itu, investor asing melakukan aksi jual Rp 768 miliar pada Jumat, 23 September 2022. Sepanjang 2022, investor asing mencatatkan beli bersih Rp 72,33 triliun.

Analis PT Jasa Utama Capital, Cheryl Tanuwijaya menuturkan, IHSG dibayangi aksi ambil untung jelang pidato Gubernur The Fed Jerome Jowell pada Sabtu pagi pekan lalu. Investor khawatir jika Powell kembali menyampaikan pidato yang hawkish terkait kebijakan moneter yang agresif.

Sedangkan sentimen dalam kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia hingga 50 basis poin (bps). Kenaikan suku bunga acuan itu lebih tinggi dari perkiraan pasar untuk antisipasi kenaikan inflasi dan menjaga nilai tukar rupiah.

“Pekan depan (IHSG-red) berpotensi lanjut melemah dengan kisaran 7.000-7.200,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Ia mengatakan, pelaku pasar akan mencerna sejauh mana pengaruh kenaikan suku bunga baik di Amerika Serika dan domestik terhadap perekonomian.

4 dari 4 halaman

Pencatatan Obligasi

Pada pekan ini, ada sejumlah pencatatan obligasi. Pada 19 September 2022, PT Global Mediacom Tbk. menerbitkan Obligasi Berkelanjutan III Global Mediacom Tahap II Tahun 2022 dan Sukuk Ijarah Berkelanjutan III Global Mediacom Tahap II Tahun 2022, yang resmi dicatatkan di BEI dengan nominal obligasi sebesar Rp 600 miliar  serta sukuk senilai Rp 400 miliar.

PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) menetapkan peringkat idA+ (Single A Plus) untuk obligasi dan idA+(sy) (Single A Plus Syariah) bagi sukuk. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. bertindak sebagai wali amanat dalam emisi ini.

Selanjutnya pada Kamis, 22 September 2022, PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) menerbitkan Obligasi Berkelanjutan VI Sarana Multigriya Finansial Tahap III Tahun 2022, yang resmi dicatatkan di BEI dengan nilai obligasi sebesar Rp 3 triliun. PEFINDO memberikan peringkat idAAA (Triple A) untuk obligasi ini dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. bertindak sebagai wali amanat .

Total emisi obligasi dan sukuk yang telah tercatat sepanjang tahun 2022 adalah 100 emisi dari 73 emiten senilai Rp125,03 triliun. Secara keseluruhan, total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 515 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp461,37 triliun dan USD47,5 juta, diterbitkan oleh 125 emiten.

Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 173 seri dengan nilai nominal Rp5.027,67 triliun dan USD411,08 juta. Efek beragun Aset (EBA) sebanyak 10 emisi senilai Rp3,50 triliun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.