Sukses

Melihat Prospek Saham Emiten Kendaraan Listrik

Dalam analisis Ajaib Sekuritas, komitmen pemerintah Indonesia untuk menekan jumlah emisi karbon ini menjadi pendorong pergerakan emiten pada sektor kendaan listrik.

Liputan6.com, Jakarta - Emiten yang ekspansi kendaraan listrik menyita perhatian. Apalagi setelah pemerintah Indonesia berkomitmen menekan jumlah emisi karbon.

Dalam analisis Ajaib Sekuritas, komitmen pemerintah Indonesia untuk menekan jumlah emisi karbon ini menjadi pendorong pergerakan emiten pada sektor kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).

Indonesia berupaya mengurangi emisi karbon sebesar 29 persen pada 2030, dan net zero carbon pada 2060. Strategi mengurangi jumlah emisi karbon tersebut salah satunya beralih pada kendaraan listrik.

“Dukungan dari pemerintah inilah yang menjadi booster bagi emiten sektor terkait karena akan lebih mudah dalam mendapatkan pendanaan untuk mengembangkan bisnisnya,” ujar Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, dikutip dari keterangan tertulis, ditulis Minggu (25/9/2022).

Sejauh ini Kementerian Perindustrian memproyeksikan 20 persen penggunaan kendaraan berbasis baterai listrik pada 2025. Adapun untuk produksi mobil listrik dan bus listrik diprediksikan mencapai 600 ribu unit pada 2030.

Ratih menuturkan, sentimen positif lainnya yaitu, kenaikan harga bensin menyusul kenaikan harga minyak mentah yang terjadi secara global membuat produk EV menjadi lebih kompetitif.

Meningkatnya permintaan Electric Vehicle (EV) secara global turut memberikan multiplier effect pada kenaikan harga komoditas nikel, tembaga, kobalt, lithium serta material baterai lainnya.

Perusahaan tambang nikel yaitu PT Vale yang berpusat di Brazil, dalam keterangannya mengungkapkan permintaan global terhadap nikel akan meningkat 44 persen pada 2030, jika dibandingkan dengan tahun ini.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sentimen Lainnya

Permintaan nikel diprediksikan mencapai 6,2 juta ton sering dengan transisi energi terbarukan yang semakin gencar.

Selain nikel, permintaan terhadap tembaga sebagai bahan dalam pembuatan baterai kendaraan juga akan mengalami peningkatan sekitar 20 persen pada 2030 menjadi 37 juta ton.

Kenaikan harga komoditas komponen pembuatan baterai akibat melesatnya permintaan yang saat ini dikenal dengan greenflation dapat menekan margin profitabilitas perusahaan EV.

Mengingat biaya baterai sendiri saat ini mencangkup 30 persen dari total biaya pembuatan EV. Hal ini tentunya menjadi tantangan kedepan bagi perusahaan EV untuk menerapkan model bisnis yang efisien demi mengurangi tekanan biaya produksi.

“Beberapa emiten saat ini gencar melakukan diversifikasi bisnis energi terbarukan khususnya pada kendaraan listrik mengingat potensi bisnis pada segmen ini masih sangat besar,” kata dia.

 

 

3 dari 4 halaman

Dampak terhadap Emiten Kendaraan Listrik

Ratih mencontohkan, , PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) melalui anak usahanya PT WIKA Industri dan Konstruksi (WIKON) memiliki 10,63 persen saham produsen motor listrik Gesits yang telah menguasai 26 persen market share motor listrik di Indonesia.

Emiten lainnya yaitu PT Indika Energy Tbk (INDY) yang telah meluncurkan produk motor listrik bernama ALVA. Hal tersebut sejalan dengan komitmen INDY yang menargetkan pendapatan non batu bara sebesar 50 persen pada 2025.

Kemudian, PT Gaya Abadi Sempurna Tbk (SLIS) yang berfokus pada produksi kendaraan listrik, seperti sepedah listrik dan motor listrik. Selain itu  PT NFC Indonesia Tbk (NFCX) membentuk joint venture dengan SiCepat membentuk PT Volta Indonesia, mengembangkan produk motor listrik bernama Volta dengan target produksi 10 ribu unit motor listrik  pada 2022.

“Secara teknikal kami melihat beberapa saham-saham di atas saat ini bergerak bullish dalam jangka pendek hingga menengahnya,” ujar dia.

4 dari 4 halaman

Sejumlah Saham Emiten Kendaraan Listrik yang Dapat Dicermati

Ratih menuturkan, sejumlah emiten di sektor kendaraan listrik yang perlu dicermati oleh investor antara lain:

SLIS

(Buy) di area Rp304 dengan target harga pada resistance terdekat di level Rp340 serta pertimbangkan cut loss apabila break support pada area MA-5 nya di level harga Rp260.

INDY

(Buy on Weakness) di area Rp2.920 sampai Rp2.940, dengan target harga pada resistance terdekat di level Rp3.180 serta pertimbangkan cut loss jika break support di level harga Rp2.850.

WIKA

(Buy on Weakness) di area Rp1.050 sampai Rp1.060, dengan target harga pada resistance terdekat di level Rp1.140 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp1.025.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.