Sukses

Pertumbuhan Investor Saham Syariah Loyo Selama Pandemi COVID-19, Kok Bisa?

Sepanjang 2021, jumlah investor saham syariah telah bertambah sebanyak 19.283 investor atau mengalami pertumbuhan 22,5 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Hingga kuartal I 2022, jumlah investor saham syariah mencapai 108.345 investor. Direktur Pengembangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Hasan Fawzi mengungkapkan, jumlah investor tersebut dihimpun dari data anggota bursa penyelenggara syariah online trading sistem (ABSOTS).

"Kalau kita lihat perkembangan hampir 4 kali lipat dari 2017, 367 persen dan dengan tingkat keaktifan yang mencapai angka 16,4 persen," ungkap Hasan dalam edukasi wartawan pasar modal, ditulis Jumat (15/4/2022).

Sepanjang 2021, jumlah investor saham syariah telah bertambah sebanyak 19.283 investor atau mengalami pertumbuhan 22,5 persen. Dari 85.861 investor pada 2020 menjadi 105.170 investor pada 2021 dengan tingkat keaktifan sepanjang 2021 sebanyak 34 persen.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Divisi Pasar Modal Syariah BEI, Irwan Abdullah mengatakan, meski tercatat tumbuh, namun kenaikan investor saham syariah jauh lebih lambat dibandingkan saham konvensional.

"Kita masih tetap tumbuh tapi lambat. Menariknya adalah perlambatan terjadi selama pandemi di 2020-2021,” kata Irwan.

Rasio investasi syariah terhadap total investor mengalami penurunan sejak 2020, setelah mencapai puncaknya di 2019 sebesar 6,2 persen. Kemudian merosot menjadi hanya 5,1 persen pada 2020 dan 3 persen pada 2021.

Irwan menilai, hal ini bisa terjadi lantaran percepatan penambahan investor konvensional lebih lebih tinggi dibandingkan dengan investor saham syariah selama periode 2020-2021.

“Biasanya sebelum 2020 itu ke pertumbuhan investor saham syariah lebih tinggi dari growth total. Kemarin saja kita kesalip. Penyebabnya apa? pasar modal syariah itu ketinggalan dari sisi teknologi,” kata Irwan.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Transaksi Efek Syariah Kian Ramai, Kapitalisasi Pasar Tembus Rp 4.315 Triliun

Sebelumnya, memasuki kuartal II 2022, kinerja pasar modal syariah juga terus menunjukkan kinerja yang baik dan memuaskan. Sejalan dengan pertumbuhan yang baik di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), indeks saham syariah indonesia (ISSI) rupanya juga ikut naik.

Direktur Pengembangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Hasan Fawzi menyebutkan, IHSG sudah menembus level psikologis di atas Rp 7.000, bahkan sempat di atas 7.300. Sementara ISSI juga telah melampaui level psikologis di angka 200, dan sempat mencatatkan angka tertingginya di level 206,4 pada penutupan perdagangan 8 April 2022.

"Berdasarkan data yang kami miliki per 12 April 2022, ISSI secara year to date ditutup mengalami kenaikan 5,76 persen, yaitu di level 203,5,” kata Hasan dalam edukasi wartawan pasar modal, Kamis, 14 April 2022.

Saham syariah juga tercatat masih mendominasi pasar saham keseluruhan di BEI. Saat ini terdapat sebanyak 480 saham yang masuk ke dalam kelompok saham syariah atau masuk dalam daftar efek syariah yang tergabung dalam ISSI. Setara 61,38 persen dari total keseluruhan saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia saat ini.

"Total kapitalisasi pasar saham syariah mencapai Rp 4.315,5 triliun atau 46 persen dari total keseluruhan saham yang tercatat di BEI. Di sisi lain, data juga menunjukkan bahwa mayoritas saham yang diperdagangkan di BEI, selain merupakan saham syariah juga mayoritas aktivitas transaksinya juga terhadap saham-saham syariah,” kata Hasan.

Dari rata-rata nilai transaksi harian (RNTH), transaksi saham syariah berkontribusi sebesar 52,3 persen dari total RNTH bursa. Sementara frekuensi transaksi berkontribusi sebesar 64,4 persen dan volume transaksi sebesar 53,8 persen.

Sampai dengan saat ini, terdapat 13 saham syariah baru yang tercatat di bursa. Setara 81 persen dari total pencatatan saham baru yang saat ini sebanyak 16 perusahaan.

 

3 dari 4 halaman

Pasar Modal Syariah Butuh Dukungan Agen Literasi hingga Digitalisasi

Sebelumnya, potensi pasar modal syariah di Indonesia dinilai luar biasa. Untuk mengembangkan potensi pasar modal syariah itu dibutuhkan agen literasi dan memanfaatkan perkembangan teknologi.

Direktur Utama Phintraco Sekuritas Jeffrey Hendrik menuturkan, sosialisasi investasi pasar modal sempat sulit lantaran ada stigma investasi saham dan pasar modal adalah judi.

Namun, berkat fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 80 Tahun 2011 menegaskan investasi dan transaksi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah sesuai dengan prinsip syariah. Jadi masyarakat tidak perlu khawatir lagi untuk investasi di pasar modal. Apalagi saat ini BEI juga mengembangkan pasar modal syariah.

"Potensi pasar modal syariah luar biasa," ujar Jeffry saat acara Sharia Week: Pasar Modal Syariah dan Tren Digital dalam Berinvestasi, dikutip Sabtu, 13 November 2021.

Jeffrey menuturkan, saat ini pihaknya mencatatkan investor syariah mencapai 30.156 dari total investor perseroan. Jumlah investor itu merefleksikan sekitar 26-27 persen dari total investor. Jeffry melihat potensi meningkatkan jumlah investor syariah di luar Jawa.

Oleh karena itu, perseroan juga bekerja sama dengan komunitas dan galeri investasi syariah untuk dongkrak jumlah investor syariah dan literasi investasi di pasar modal. Saat ini perseroan juga didukung 25 cabang di 23 provinsi.

Jeffry meyakini semakin banyaknya edukasi dari komunitas serta pembukaan galeri syariah akan meningkatkan awareness lebih tinggi terhadap investasi syariah.

"Kita kerja bareng garap potensi yang tersebar di seluruh Indonesia. Ada Papua, Papua Barat ada investor syariah. Di beberapa darah yang awalnya kita tidak sangka, ada di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Maluku Utara, bisa lebih besar dari Aceh yang kita kira potensi." kata dia.

 

4 dari 4 halaman

Perkembangan Teknologi

Ia berharap perkembangan teknologi juga dapat dongkrak jumlah investor syariah. Apalagi saat awal pengembangan pasar modal syariah juga sudah hadir Sistem Online Trading Syariah (SOTS). Saat ini baru 14 perusahaan sekuritas menerapkan SOTS ini.

"SOTS lahir sudah melalui proses digital. Kalau saham syariah lahir sudah langsung digital karena saat ini penyelenggara perdagangan saham syariah kini online," ujar dia.

Jeffrey menuturkan, SOTS awal kemunculannya merupakan platform yang kompleks. Oleh karena itu, pihaknya pun mulai memudahkan layanan dengan mengeluarkan istilah-istilah Bahasa Arab antara lain muamalah, riba, gharor menjadi lebih sederhana.

"Ketemulah SOTS sejatinya hanya soal risk management dan filtering. Artinya sistem treding online yang sudah ada tinggal kami modifikasi sehingga investor hanya bisa membeli saham yang sudah terdaftar di bursa efek syariah,” ujar Jeffry.

Harapannya dengan membuat SOTS lebih ramah dipakai penggunanya, dapat membantu calon investor untuk tertarik menjadi investor saham syariah. 

"Saya yakin teman-teman implementasikan SOTS. Saat ini punya online trading segera punya SOTS akibatkan pertumbuhan investor syariah luar biasa," kata dia.

Selain itu, Direktur Pasar Modal Syariah OJK Fadillah Kartikasari juga berharap perusahaan sekuritas makin bertambah ke depan untuk menerapkan SOTS. Dengan demikian dapat mendukung pertumbuhan investor.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.