Sukses

Wall Street Jatuh karena Prospek Ekonomi Global Suram

Hampir semua sektor utama pembentuk S&P 500, mengalami tekanan. Hanya ada satu sektor yang menghijau yaitu utilitas.

Liputan6.com, New York - Wall Street harus berakhir di zona merah pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Pendorong utama pelemahan bursa saham di Amerika Serikat (AS) tersebut karena prospek pertumbuhan ekonomi dunia yang suram dan pembicaraan perang dagang yang belum sampai ujungnya.

Mengutip Reuters, Rabu (23/1/2019), Dow Jones Industrial Average turun 301,87 poin atau 1,22 persen menuju 24.404,48. Untuk S&P 500 kehilangan 37,81 poin atau 1,42 persen menjadi 2.632,9. Sedangkan Nasdaq Composite turun 136,87 poin atau 1,91 persen menjadi 7.020,36.

Ketiga indeks saham utama di Wall Street jatuh tersungkur usai penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow membantah laporan dari Financial Times yang menuliskan bahwa administrasi Trump membatalkan pembicaraan perdagangan dengan China.

Ketiga indeks utama tersebut yaitu S&P 500, Nasdaq dan Dow Jones semua membukukan penurunan persentase satu hari terbesar sejak 3 Januari.

Pada hari Senin, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memangkas estimasi pertumbuhan ekonomi global untuk 2019 dan China juga mengkonfirmasi tingkat pertumbuhan ekonomi paling lambat dalam 28 tahun.

"Tampaknya ada banyak berita negatif mengenai ekonomi global dan China sedangkan keuntungan perusahaan yang dilaporkan hari ini tidak dapat mengimbangi hal itu," kata Chuck Carlson, chief executive officer Horizon Investment Services, Hammond, Indiana, AS.

"Banyak emiten di Wall Street akan mengeluarkan laporan kinerja atau pendapatan pada minggu ini. Jadi ini akan menjadi pertempuran antara pendapatan dan persepsi tentang apa yang terjadi di China dan pasar global," tambah Carlson.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sektor Saham

Sentimen mengenai perlambatan pertumbuhan China mendorong penurunan saham-saham perusahaan pembuat chip. Philadelphia SE Semiconductor index turun 2,9 persen.

Sedangkan perusahaan teknologi lainnya yang bergabung dalam FAANG Facebook Inc, Apple Inc, Amazon.com, Netflix Inc dan induk usaha Google yaitu Alphabet Inc berakhir turun di antara 1,6 persen hingga 4,1 persen.

Beberapa perusahaan lain di luar sektor teknologi juga mengalami tekanan. Kekhawatiran akan melambatnya laba perusahaan meningkat karena perusahaan tersebut memberikan proyeksi ke depan yang mengecewakan.

Johnson & Johnson turun 1,4 persen setelah perkiraan penjualan pada 2019 jatuh di bawah ekspektasi analis.

Saham Stanley Black & Decker Inc melemah 15,5 persen setelah perkiraan 2019 yang mengecewakan juga.

Hampir semua sektor utama pembentuk S&P 500, mengalami tekanan. Hanya ada satu sektor yang menghijau yaitu utilitas.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.