Sukses

Surplus US$ 7,5 Miliar pada 2015, IHSG Naik 16 Poin

Ada sebanyak 142 saham menguat sehingga mendorong penguatan IHSG ke 4.529.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona hijau pada penutupan sesi pertama perdagangan saham Jumat pekan ini.

Pada penutupan perdagangan saham sesi pertama Jumat (15/1/2016), IHSG naik 16,59 poin atau 0,39 persen ke level 4.529,78. Indeks saham LQ45 menguat 0,16 persen ke level 787,64. Sebagian besar indeks saham acuan menguat selama sesi pertama.

Ada sebanyak 142 saham menguat sehingga mengangkat IHSG ke zona hijau. Sedangkan 96 saham melemah dan 62 saham lainnya diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 89.925 kali dengan volume perdagangan 2,1 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 2,2 triliun.

Sebagian besar sektor saham perdagangan menguat kecuali sektor saham infrastruktur turun 0,39 persen dan sektor saham keuangan melemah 0,17 persen. Sektor saham barang konsumsi naik 1,37 persen, dan memimpin penguatan terbesar pada sesi pertama Jumat pekan ini.

Disusul sektor saham manufaktur naik 1,13 persen dan sektor saham aneka industri mendaki 0,94 persen.

Berdasarkan data RTI, investor asing masih melakukan aksi jual bersih sekitar Rp 151 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi beli sekitar Rp 195 miliar.

IHSG sempat berada di level tertinggi 4.542 dan terendah 4.516 di sesi pertama Jumat pekan ini. Nilai tukar rupiah berada di posisi 13.891 per dolar Amerika Serikat.

Saham-saham yang menguat pada hari ini antara lain saham INAF naik 14,37 persen ke level Rp 183 per saham, saham ASJT mendaki 11,83 persen ke level Rp 189 per saham, dan saham TOBA naik 9,73 persen ke level Rp 620 per saham.

Sedangkan saham-saham tertekan antara lain saham JKSW turun 9,21 persen ke level Rp 69 per saham, saham MBSS susut 8,6 persen ke level Rp 255 per saham, dan saham ARTO melemah 7,59 persen ke level Rp 134 per saham.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2015 defisit senilai US$ 235,8 juta. Sementara secara akumulatif, Januari-Desember 2015 mencatatkan surplus perdagangan US$ 7,51 miliar.

Analis PT First Asia Capital David Sutyanto menuturkan, langkah BI melonggarkan likuiditas akan menopang sentimen positif atas saham-saham sektoral yang sensitif terhadap suku bunga seperti perbankan, otomotif dan properti. Sedangkan harga minyak mentah menjadi momentum positif untuk menguat terutama saham berbasiskan komoditas. (Ahm/Igw)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.