Sukses

Festival Telaga Dondong, Sambung Ikatan Warga dengan Alam Gunungkidul

Festival Telaga Dondong digelar perdana di Gunungkidul sebagai upaya mengedukasi dan menggerakkan masyarakat untuk menjaga serta merevitalisasi telaga sebagai sumber kehidupan.

OlehHendro
Diperbarui 30 Apr 2025, 08:00 WIB Diterbitkan 30 Apr 2025, 08:00 WIB

Liputan6.com, Yogyakarta - Festival Telaga digear untuk pertama kali di Telaga Dondong, Padukuhan Dondong, Gunungkidul, pada 26-27 April 2025. Kegiatan ini diinisiasi oleh Komunitas Resan bersama Ikatan Pemuda-Pemudi Dondong (IPPD) sebagai upaya mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga dan merawat telaga.

Festival ini merupakan bagian dari rangkaian revitalisasi Telaga Dondong berbasis kearifan lokal yang telah dilakukan sejak April 2024 lalu. Ketua Penyelenggara, Dwi Paemo, menyebutkan kegiatan ini didukung berbagai komunitas pegiat lingkungan seperti Komunitas Nandur Tuk Memetri Tuk, Tree of Heart, Sekolah Banyu Bening, serta Komunitas Resan Gunungkidul.

"Kegiatan ini bertujuan mengembalikan fungsi Telaga Dondong sebagai sumber penghidupan warga yang selama ini mulai mengering. Dengan muatan pengetahuan lokal dalam setiap rangkaian acara, telaga diharapkan tak hanya lestari secara fisik, tetapi juga tetap hidup dalam hubungan batin masyarakat," ujar Dwi. Dia berharap Festival Telaga Gunung Sewu bisa menjadi inisiatif untuk menyambung kembali ikatan masyarakat dengan telaga.

Festival Telaga dimeriahkan berbagai kegiatan seperti Edrek se-kampung, Pawai Gunungan, Ritual Doa Baik, Pentas Warga, Musik Lestari, Pameran Seni Rupa Publik, penanaman pohon, dan Camping Ekologi. Antusiasme masyarakat begitu tinggi, terlihat dari partisipasi aktif seluruh warga, mulai dari anak-anak hingga orang tua, dalam Edrek Se-Kampung.

Dukuh Dondong, Wagiri, menjelaskan bahwa upaya pelestarian Telaga Dondong bermula dari kekhawatiran warga terhadap kondisi telaga yang kerap mengering. Telaga yang dibangun sekitar 15 tahun lalu oleh Balai Besar Serayu Opak ini mengalami keretakan pada talud, sehingga air mudah hilang.

"Maka dari itu kami meminta bantuan tenaga ahli dari universitas untuk mencari solusi terbaik," terang Wagiri. Ia menambahkan, bersama Komunitas Resan, warga mengajak masyarakat membawa pupuk kompos dan melakukan kegiatan "ngedreg" untuk menutup pori-pori tanah secara alami, guna memperbaiki daya tampung air telaga.

Wagiri juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat pada kegiatan tersebut. "Semoga Festival Telaga ini menjadi pembelajaran dan bisa terus berlanjut," harapnya.

Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih, yang hadir dalam acara tersebut, mengapresiasi penyelenggaraan Festival Telaga. Ia menekankan pentingnya merawat telaga sebagai warisan leluhur. "Dulu nenek moyang kita mengambil air dari telaga. Maka, kita wajib melestarikan dan menjaga sumber air ini," pesan Bupati Endah.

Lebih lanjut, Bupati mengingatkan agar revitalisasi telaga dilakukan dengan riset yang matang. "Tidak boleh asal, harus ada penelitian dan teori bagaimana menahan air agar tidak cepat habis. Ini juga bisa melibatkan Badan Riset," tegasnya.

Tak lupa, Bupati juga mengapresiasi kontribusi Komunitas Resan yang menanam pohon di sekitar telaga sebagai upaya memperbaiki ekosistem. "Kami berterima kasih kepada Komunitas Resan yang turut berperan dalam menjaga kelestarian telaga," pungkasnya.