Liputan6.com, Jakarta - Unan-Unan adalah salah satu upacara adat paling sakral dalam budaya Suku Tengger yang dilaksanakan setiap lima tahun sekali. Upacara ini merupakan bagian dari warisan leluhur yang bertujuan untuk menyelaraskan hubungan manusia dengan alam semesta, menjaga keseimbangan kosmis, serta menjauhkan masyarakat dari malapetaka dan bencana.
Sebagai suku yang menganut kepercayaan Hindu-Buddha dengan kearifan lokal yang kuat, Suku Tengger percaya bahwa kesejahteraan hidup mereka sangat bergantung pada hubungan harmonis dengan alam dan para leluhur. Oleh karena itu, Unan-Unan menjadi sebuah ritual besar yang dipersiapkan dengan penuh kesungguhan dan ketelitian.
Pelaksanaan Unan-Unan dilakukan di Pura Luhur Poten, yang terletak di lautan pasir Gunung Bromo. Upacara ini melibatkan berbagai prosesi ritual yang sarat dengan makna filosofis dan religius.
Advertisement
Baca Juga
Sebelum upacara utama dimulai, masyarakat Tengger melakukan serangkaian persiapan yang melibatkan seluruh lapisan komunitas. Persiapan ini mencakup pembuatan sesaji, penyucian diri melalui berbagai ritual keagamaan, serta pergelaran seni dan budaya khas Tengger.
Salah satu bagian penting dalam persiapan ini adalah pembuatan berbagai persembahan, termasuk hewan ternak seperti ayam, kambing, dan sapi yang nantinya akan dikorbankan sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Hyang Widhi Wasa dan para leluhur.
Selain itu, berbagai hasil bumi juga disiapkan sebagai simbol rasa syukur atas berkah yang telah diberikan kepada masyarakat Tengger. Upacara Unan-Unan terdiri dari beberapa tahapan utama yang harus dijalankan dengan penuh ketelitian.
Tahapan pertama adalah penyucian desa, di mana para tetua adat dan dukun Tengger melakukan ritual untuk membersihkan lingkungan dari segala bentuk energi negatif. Ritual ini dilakukan dengan menggunakan air suci yang diambil dari mata air keramat di sekitar Gunung Bromo.
Selanjutnya, dilakukan prosesi pembacaan mantra dan doa oleh para pemuka agama Hindu Tengger yang memohon perlindungan serta keberkahan bagi seluruh masyarakat. Setelah tahap penyucian, dilanjutkan dengan prosesi persembahan sesaji kepada para leluhur dan dewa-dewa yang dipercayai bersemayam di Gunung Bromo.
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Mengintip Ketatnya Lapas High Risk Karanganyar Nusakambangan, Lapas Untuk Koruptor?
Upaya Pelestarian
Prosesi ini menjadi momen sakral di mana seluruh masyarakat berkumpul di Pura Luhur Poten untuk berdoa bersama, memohon kesejahteraan, serta mengungkapkan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah.
Salah satu bagian paling menarik dari Unan-Unan adalah prosesi larung sesaji ke kawah Gunung Bromo. Dalam ritual ini, berbagai persembahan seperti hasil bumi, makanan, dan hewan kurban dihanyutkan ke kawah gunung sebagai bentuk penghormatan kepada Dewa Brahma yang diyakini bersemayam di sana.
Ritual ini melambangkan pelepasan segala bentuk kesialan dan energi negatif agar masyarakat Tengger bisa menjalani kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Meskipun terlihat seperti pengorbanan yang besar, bagi masyarakat Tengger, ritual ini merupakan bentuk keikhlasan dan pengabdian kepada kekuatan alam yang telah memberi mereka kehidupan.
Selain aspek religius, Unan-Unan juga memiliki nilai sosial yang sangat tinggi. Upacara ini menjadi momen di mana seluruh masyarakat Tengger berkumpul, mempererat tali persaudaraan, dan bekerja sama dalam berbagai aspek kehidupan.
Setiap individu, dari anak-anak hingga orang tua, memiliki peran dalam penyelenggaraan ritual ini. Tidak hanya itu, Unan-Unan juga menarik perhatian wisatawan dan peneliti budaya yang ingin menyaksikan langsung bagaimana masyarakat Tengger menjaga tradisi leluhur mereka.
Dengan semakin meningkatnya minat terhadap budaya lokal, Unan-Unan juga menjadi salah satu daya tarik utama pariwisata di kawasan Gunung Bromo. Namun, di balik kemegahan dan kesakralannya, Unan-Unan juga menghadapi tantangan besar di era modern.
Globalisasi dan perubahan gaya hidup masyarakat Tengger mulai memengaruhi pelaksanaan upacara ini. Beberapa generasi muda lebih tertarik pada kehidupan modern dan kurang memahami nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam Unan-Unan.
Oleh karena itu, peran para tetua adat dan sesepuh menjadi sangat penting dalam menjaga kelestarian tradisi ini. Melalui pendidikan budaya dan berbagai kegiatan sosial, mereka terus berupaya menanamkan rasa cinta terhadap adat dan kepercayaan leluhur kepada generasi muda.
Sebagai warisan budaya yang tak ternilai, Unan-Unan bukan sekadar ritual keagamaan, melainkan juga simbol hubungan erat antara manusia, alam, dan kekuatan spiritual. Upacara ini mengajarkan nilai-nilai kearifan lokal yang mengutamakan keseimbangan, harmoni, dan rasa syukur terhadap kehidupan.
Dengan tetap melestarikan Unan-Unan, masyarakat Tengger tidak hanya mempertahankan identitas budaya mereka, tetapi juga memberikan pesan penting bagi dunia tentang bagaimana manusia seharusnya hidup selaras dengan alam.
Penulis: Belvana Fasya Saad
Advertisement