Sukses

Jurus Membangun Bisnis Tanpa Privilege ala Desainer Sutardi

Dalam kesempatan tersebut, Sutardi turut membagikan cara bagaimana ia membangun bisnis fesyen yang kini beromset miliaran itu.

Liputan6.com, Yogyakarta - Membangun bisnis dari nol tanpa modal bukanlah perkara mudah, namun juga bukanlah hal yang mustahil. Hal ini dibuktikan oleh Sutardi desainer sekaligus pemilik binis fesyen Farah Button.

Ia menceritakan sepak terjangnya membangun produk fesyen Farah Button dan STRD dalam sebuah talkshow yang diinisiasi Indonesia Fashion Chamber (IFC) Yogyakarta di Pakuwon Mall Jogja, Kamis (21/3/2024). Dalam kesempatan tersebut, Sutardi turut membagikan cara bagaimana ia membangun bisnis fesyen yang kini beromset miliaran itu.

Lantas bagaimana caranya membangun bisnis dari nol?

1. Rencanakan dengan matang

Sutardi mengakui tidak sedikit orang yang ingin memulai usaha tetapi bingung mulai dari mana.

“Lakukan saja, jangan kebanyakan planning (rencana). Coba terus dan tanggung jawab dari apa yang sudah dimulai, harus sampai selesai jangan setengah-setengah saat menjalaninya,” ucapnya.

Membuat perencanaan dimulai dari hal yang paling mudah dan mulai dijalankan. Jangan pernah menyepelekan pekerjaan yang terlihat mudah dan ditumpuk di belakang.

“Akibatnya bisa fatal,” kata desainer Sutardi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ambil Peluang

2. Ambil peluang dan perluas relasi

Sutardi masih ingat, saat itu hanya tidak ingin melewatkan semua peluang yang ada. Ia tidak pernah absen mengikuti bazar fesyen.

Ia juga rajin berkenalan dengan orang-orang baru tanpa pandang bulu.

“Jadi yang saya lakukan adalah setiap orang menjadi teman dan minta kontak semua orang sebagai data base yang saya olah menjadi customer,” ujar Sutardi.

Kendati demikian, ia mengingatkan dalam menjalin relasi dengan orang baru tidak bisa didasari mencari keuntungan. Artinya, relasi yang dibangun harus berlandaskan ketulusan dan kejujuran.

3. Jangan malas

Sutardi tidak menampik, kendala terbesar adalah kemalasan. Namun, jika hal itu datang, Sutardi selalu ingat tidak punya apa-apa dan tidak punya siapa-siapa.

Alhasil, ia kembali berjuang keras melawan kemalasan dan keraguan dengan keyakinan pasti bisa.

4. Bangun kualitas produk dan putar modal

Kualitas produk juga menjadi prioritas utamanya sebagai bagian dari bekerja tidak setengah-setengah alias totalitas. Terkait modal usaha, ia juga fokus memutar kembali 90 persen keuntungannya untuk mengembangkan usahanya.

Saat ini desainer Sutardi berhasil mengembangkan produk Farah Button hingga memiliki belasan toko di Yogyakarta, Bali, dan Tegal. Ia juga mengembangkan produk fesyen premium lewat merek STRD.

Kehadiran STRD berawal pada 2020. Ketika itu merasa perlu menciptakan sesuatu yang lebih eksklusif dengan meluncurkan koleksi terbatas Farah Button Pride.

Namun, seiring berjalannya waktu, pertanyaan tentang perbedaan antara Farah Button dan Farah Button Pride semakin meningkat.

“Itulah saat saya memutuskan untuk memberi kelahiran baru dengan mengubah namanya menjadi STRD," tutur Sutardi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.