Sukses

Selaras dengan Falsafah Bangsa, Akademisi Minta Masyarakat Terapkan Nilai Pancasila di Ruang Digital

Untuk meningkatkan literasi digital kepada masyarakat, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI menyelenggarakan Program Indonesia Makin Cakap Digital (IMCD) 2024 di Provinsi Bali secara darling. Hal itu sebagai komitmen pemerintah agar kualitas talenta dan cakap digital di Indonesia semakin baik.

Liputan6.com, Jakarta Untuk meningkatkan literasi digital kepada masyarakat, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI menyelenggarakan Program Indonesia Makin Cakap Digital (IMCD) 2024 di Provinsi Bali secara darling. Hal itu sebagai komitmen pemerintah agar kualitas talenta dan cakap digital di Indonesia semakin baik.

Dimoderatori oleh Putri Oktaviani, kegiatan diskusi kali ini mengangkat tema mengenai "Bersikap Kritis Terhadap Informasi di Ruang Digital”. Hal itu ditujukan, agar masyarakat semakin cerdas dan bijak dalam memilah informasi di ruang digital.

Akademisi Universitas Dr Soetomo, Meithiana Indrasari mengungkapkan pandangannya jika cakap digital dapat terlaksana dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Ia menilai hal itu sangat selaras dengan filosofi dan falsafah bangsa Indonesia.

"Melalui kolaborasi yang baik antara orang tua, pemerintah, dan masyarakat secara keseluruhan, diharapkan generasi muda dapat tumbuh sebagai pengguna internet yang beradab dan bijaksana di ruang digital," ungkap Meithiana Indrasari dalam webinar, Senin (26/2/2024).

Meithiana juga mengatakan, saat ini masyarakat dapat dengan mudah mengakses informasi yang tersebar luas di internet. Maka dari itu, dibutuhkan kemampuan berpikir kritis, agar sesorang tidak terjebak dalam informasi yang salah atau manipulatif.

"Akses yang lebih besar ke informasi dan sumber daya online memungkinkan generasi muda untuk terbiasa dengan proses mencari informasi dan mengevaluasinya secara kritis,"tambahnya.

Hal serupa juga diutarakan oleh Ni Kadek Sintya, seorang Accounting & Relawan TIK Provinsi Bali. Ia mengajak masyakarat untuk dapat memverifikasi informasi sebelum meneruskannya. Sehingga dapat terhidar dari konten yang mengandung hoaks atau kabar bohong.

Sebab, di dalam ruang digital manusia dari latar belakang yang berbeda dapat berinteraksi dan berkomunikasi. Dengan perbedaan latar belakang tersebut, dibutuhkan standar baru mengenai etika di ruang digital bagi seseorang.

"Harus selalu menyadari bahwa berinteraksi dengan manusia nyata di jaringan yang lain, bukan sekedar dengan deretan karakter huruf di layar monitor, namun dengan karakter manusia sesungguhnya,"ujar Ni Kadek Sintya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Gunakan Bahasa yang Sopan dan Tepat

Ia juga berpesan agar dalam menyampaikan pendapat di ruang digital dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa yang sopan dan tepat. Karena etika hadir untuk membuat manusia lebih bijak, sehingga tidak menimbulkan permasalahan dan perpecahan.

Pemahaman bahasa yang baik dan benar, juga sangat penting dalam upaya berekspresi di dunia digital. Hal itu harus dibuktikan dengan menggunakan kata yang sesuai kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar dan menghindari bahasa yang bersifat diskriminatif serta rasis.

"Gunakan pesan pribadi untuk kritik pribadi, berikan sumber informasi atau referensi dan fokus pada perilaku atau tindakan bukan pada kepribadian,"Ni Kadek berpesan.

Sementara itu, Anwar Sadat seorang Senior Product Manager juga meminta masyarakat untuk meninjau kembali sesuatu sebelum disampaikan di media sosial sehingga tidak berujung pada masalah. Salah satunya, tidak menyebarkan informasi palsu yang membuat kegaduhan.

Konflik di ruang digital ini dapat disebabkan hoaks, perundungan siber, dan tindak kejahatan pidana. Ia juga mengajak masyarakat lebih waspada dalam menggunakan layanan digital, dengan mengetahui sumber, rekam jejak, waktu, konteks, fakta dan bukti.

"Waspada akan membuat sesorang lebih aman di dunia digital dan selalu berpikir kritis sehingga tidak mudah percaya dengan semua yang didapat di internet,"Anwar Sadat mengakhiri.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini