Sukses

Upaya Wujudkan Pemilu 2024 yang Damai dan Sejuk Lewat Istigasah dan Zikir Akbar

Ikhtiar untuk menyejukkan Pemilu 2024 juga menjadi tanggung jawab semua orang, tidak hanya pemerintah. Nahdlatul Ulama Giliraja juga bertanggung jawab untuk meminimalkan potensi kerusuhan, permusuhan, dan disintegrasi masyarakat jelang dan pasca pemilu.

Liputan6.com, Madura - Paguyuban Lora dan Santri Madura menggelar istigasah dan zikir akbar dalam rangka mewujudkan Pemilu 2024 aman dan damai, Rabu (31/1/2024) siang. Kegiatan yang bertajuk ‘Deklarasi Ghiroh Lora-Santri Madura Mengawal Pemilu 2024 Aman dan Damai’ dihelat di Aula Pondok Pesanten Darul Ulum, Banmaleng, Sumenep, Jawa Timur.

Bekerja sama dengan Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Giliraja, Istighosah dan Dzikir Akbar digelar sebagai ikhtiar masyarakat, utamanya kalangan kiai dan santri, untuk mendorong kontestasi Pemilu 2024 damai dan sejuk. Dalam upaya penguatan kesadaran politik masyarakat, Paguyuban Lora dan Santri Madura bersama MWC NU Giliraja berkomitmen mengawal proses pemilu damai.

Kegiatan tersebut dihadiri sejumlah kiai yang sekaligus pengurus Mustasyar dan Syuriah MWC NU Giliraja, antara lain K. Mulyadi, KH. Ainur Rahman, K. Muhammad Adi Aziz, K. Abd. Halim Al A’la, K. Adam, dan K. Abd. Ghani. Selain itu, hadir sejumlah tokoh masyarakat, baik dari perangkat pemerintah hingga pengurus organisasi keagamaan di wilayah setempat.

Dalam sambutannya, Ketua Paguyuban Lora dan Santri Madura sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum, K. Adam menjelaskan, kegiatan istigasah ini memiliki dua tujuan utama. Pertama, istigasah dalam rangka memperingati Isra Mi’raj Nabi Muhammad dan Harlah ke-101 Nahdlatul Ulama.

“Kedua, dan tak kalah penting, istigasah dan zikir dalam rangka bermunajat untuk membawa suasana pemilu 2024 bebas dari keretakan sosial, disintegrasi dan perpecahan dalam masyarakat. Kita mengetuk jalur langit dengan harapan proses pemilu 2024 berjalan aman, sejuk, damai, dan berkualitas,” ujar K. Adam.

Menurut K. Adam, Pemilu 2024 merupakan proses politik dalam rangka memilih calon pemimpin eksekutif hingga legislatif. Tentu, pemilihan pemimpin akan selalu ada percik konflik. Namun begitu, lanjut dia, kedewasaan politik harus menguatkan masyarakat sebagai pemilih untuk tetap berpegang pada prinsip persaudaraan dan keadaban.

“Berbeda pilihan tentu saja boleh. Tetapi, dalam proses pemilu, perbedaan pilihan jangan sampai menjadi alasan permusuhan dan konflik horisontal dalam masyarakat. Menghargai pilihan politik dengan tetap mengedepankan keadaban, persaudaraan, dan welas asih,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua MWC NU Giliraja, Ach. Fauzan, menerangkan, ikhtiar untuk menyejukkan Pemilu 2024 juga menjadi tanggung jawab semua orang, tidak hanya pemerintah. Nahdlatul Ulama Giliraja juga bertanggungjawab untuk meminimalkan potensi kerusuhan, permusuhan, dan disintegrasi masyarakat jelang dan pasca pemilu.

“Kami mengajak semua orang, tokoh agama, pemangku kebijakan, masyarakat umum, untuk bersama-sama mengawal Pemilu 2024 besok tetap aman tanpa permusuhan. Kami berharap, kiai dan santri nahdliyyin di setiap dusun dan kampung mampu mengajak masyarakat untuk memilih dengan santun dan damai,” tuturnya.

Dalam proses politik yang tentu saja eskalasinya sudah makin tinggi ini, ia  berharap penyelenggara pemilu dan tokoh agama mampu mengedukasi masyarakat untuk tidak menggunakan isu SARA dalam pemilu.

"Bagaimana pun, isu ras dan agama mampu meretakkan keakraban bersaudara,” ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini