Sukses

Pemanfaatan Kayu Berkelanjutan, Solusi Perubahan Iklim?

Berbagai peralatan dan perlengkapan dari kayu yang diperoleh dari sumber yang tidak berkelanjutan tentu berpotensi merusak kelestarian hutan dan berdampak terhadap perubahan iklim.

Liputan6.com, Tangerang - Kayu memang salah satu sumber daya alam paling serbaguna di dunia. Jika digunakan pada furnitur, interior, dan bahan bangunan, material kayu ini dapat tahan lama, dapat didaur ulang, indah, dan memiliki jejak karbon lebih rendah dibandingkan bahan lainnya.

Meningkatnya kesadaran akan manfaat kayu bagi lingkungan dan mencegah perubahan iklim, dikombinasikan dengan kemajuan teknologi dan manufaktur kayu telah menjadikan desain dan bangunan kayu yang tidak hanya memungkinkan tetapi juga aman dan hemat biaya.

Namun material kayu yang diperoleh dari sumber yang tidak berkelanjutan tentu berpotensi merusak kelestarian hutan dan berdampak terhadap perubahan iklim.  Himpunan Desainer Mebel Indonesia (HDMI), PRADITA University dan Forest Stewardship Council (FSC) menggelar seminar dengan tema “Mengenal Material Kayu Dari Sumber Yang Berkelanjutan Sebagai Solusi Iklim Bagi Desain Furnitur, Interior, dan Konstruksi” di Auditorium PRADITA University, Summarecon Sepong Tangerang.

Menurut Ira Samri, ketua HDMI, seorang desainer, arsitek, pembangun atau pengembang, perlu mengetahui mana saja material kayu yang digunakan berasal dari hutan yang dikelola secara bertanggung jawab. Para profesional itu juga harus mengetahui peraturan perundang-undangan terkait dengan perlindungan habitat satwa liar, melindungi sungai, danau, dan siklus kehidupan manusia dari dampak berbahaya akibat perubahan iklim. 

"Hari ini kami berkolaborasi dengan PRADITA University dan FSC Indonesia untuk edukasi yang tepat sasaran. Karena audience calon profesional di bidang ini," katanya.

Sementara itu, Prof. Dr. Ir. Richardus Eko Indrajit, Rektor PRADITA University, menyebutkan bahwa penggunaan kayu berkelanjutan sebagai solusi untuk perubahan iklim. Tentu ada beberapa aspek penting yang harus diperhatikan. Pertama, sumber kayu harus berasal dari hutan yang dikelola secara berkelanjutan, di mana penebangan dilakukan dengan mempertimbangkan regenerasi dan keanekaragaman hayati. Kedua, proses pengolahan kayu harus ramah lingkungan, minim penggunaan bahan kimia berbahaya, dan efisien dalam konsumsi energi.

"Ketiga, desain produk, baik dalam industri furnitur maupun konstruksi, harus mengutamakan prinsip keberlanjutan, mencakup durabilitas, kemudahan perbaikan, dan potensi daur ulang. Keempat, memperhitungkan aspek sosial, seperti mendukung ekonomi lokal dan memastikan praktek perdagangan yang adil. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, penggunaan kayu berkelanjutan tidak hanya membantu mengurangi dampak negatif terhadap iklim, tetapi juga membuka jalan bagi inovasi dan keberlanjutan dalam industri furnitur dan konstruksi," katanya.

Seminar digelar secara hybrid dan diikuti oleh anggota HDMI di Indonesia, Komunitas Arsitek dan desainer interior,  Pradita University. Ini sekaligus sebagai General Studium. Menghadirkan narasumber Prof. Dr. Ir. Naresworo Nugroho, MS : Dekan Fakultas Kehutanan & Lingkungan IPB University, Oktavianus Marti Nangoy : Anggota HDMI & Dosen PRADITA University, Hartono Prabowo, Technical Director of FSC Indonesia, David Lorenzo, Managing Director of HAFELE Indotama, Simon Petrus H S : Project Specifier Head of Sampoerna Kayoe

Hartono Prabowo, Technical Director FSC Indonesia, menjelaskan bahwa FSC memberikan jaminan bahwa material kayu yang digunakan berasal dari hutan yang dikelola dengan standar yang ketat.

"FSC menyeimbangkan kebutuhan seluruh pemangku kepentingan hutan dari sisi ekonomi, sosial dan ekologi sehingga hutan memberikan solusi untuk masalah iklim," katanya.

Prof. Dr. Ir. Naresworo Nugroho, MS, Dekan Fakultan Kehutanan dan Lingkungan IPB University, menyebutkan bahwa kayu untuk mebel dan bangunan merupakan material yang tahan lama dan ramah lingkungan selama menerapkan teknologi yang tepat. Tentu tidak mudah untuk mengubah pemahaman bahan baku kayu sebagai material yang kuat untuk mebel dan bangunan.

FSC adalah organisasi nirlaba yang menyediakan solusi pengelolaan hutan berkelanjutan. Saat ini, lebih dari 200 juta hektar hutan di seluruh dunia disertifikasi sesuai dengan standar FSC. NGO, konsumen, dan bisnis secara luas menganggap FSC sebagai sistem sertifikasi hutan yang paling ketat.

Standar pengelolaan hutan FSC didasarkan pada sepuluh prinsip inti yang dirancang untuk mengatasi berbagai faktor lingkungan, sosial dan ekonomi. Label FSC ditemukan pada jutaan produk berbasis hutan dan menjamin produk tersebut bersumber secara berkelanjutan, berasal dari hutan untuk konsumen.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini