Sukses

Bitule, Ubi Hutan Beracun yang Jadi Cadangan Makanan Gorontalo di Musim Kemarau

Ubi Hutan dengan nama latin Dioscorea hispida ini adalah jenis tumbuhan berumbi dari suku uwi-uwian. Umumnya bitule di Gorontalo digunakan sebagai olahan pangan.

Liputan6.com, Gorontalo - Bagi warga Provinsi Gorontalo, mungkin tidak asing lagi dengan bitule. Bitule sendiri merupakan ubi hutan yang terkenal sejak  zaman dulu. 

Ubi Hutan dengan nama latin Dioscorea hispida ini adalah jenis tumbuhan berumbi dari suku uwi-uwian. Umumnya bitule di Gorontalo digunakan sebagai olahan pangan.

Tanaman yang satu ini sangat mudah untuk ditemukan di areal hutan Gorontalo. Pertumbuhan yang begitu cepat, membuat pohon bitule bisa mencapai tiga sampai 4 meter. 

Biasanya, pohon bitule tumbuh di sekitar pohon besar di tengah hutan yang jarang terjamah oleh manusia. Tanaman ini memiliki batang berduri kecil, sehingga harus berhati-hati saat mencabutnya.

Menurut cerita warga Desa Ulanta, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango (Bonebol) Gorontalo, jika bitule dahulunya merupakan cadangan makanan terakhir alami saat terjadi paceklik akibat kemarau panjang.

"Gagal panen akibat kemarau, membuat warga desa dahulu paceklik. Nah, bitule ini merupakan pelarian mereka," kata Yahya Harun.

Selain itu, bitule juga merupakan makanan tambahan bagi warga desa menghemat beras. Biasanya, bitule merupakan makanan selingan selain nasi dan lauk.

"Tidak hanya musim kemarau, dulu masih serba sulit, bitule adalah makanan untuk menghemat agar beras tidak cepat habis," ujarnya.

 

SImak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bitule Beracun

Saat ini makanan tradisional ini tidak lagi dilirik. Banyak yang tidak menyangka jika makanan ini sebenarnya menyehatkan dan memiliki khasiat mengobati penyakit tertentu. 

Warga desa dahulu menjadikan bitule sebagai makanan utama pengganti beras bagi penderita diabetes. Itulah sebabnya, orang terdahulu yang sering mengonsumsi bitule memiliki umur yang panjang.

"Rendah karbohidrat dan lemak, bitule sangat manjur mencegah dan mengobati penyakit gula," katanya.

Meski berkhasiat, pengolahan bitule memiliki proses yang panjang. Jika tak diolah dengan baik, bitule akan menyebabkan keracunan bagi yang mengkonsumsinya.

Getah ubi bitule mengandung zat toksik yang dapat terhidrolisis hingga terbentuk asam sianida (HCN). Efek HCN yang dirasakan kala memakan ubi hutan tanpa pengolahan baik, akan merasakan, pusing, muntah darah.

Untuk pengolahan bitule, warga Gorontalo biasanya umbi diiris tipis dan direndam dengan air campuran tanah. Setelah itu, ubi bitule direndam selama berhari-hari dengan air garam, lalu dikeringkan. 

Tujuan perendaman tersebut, untuk menghilangkan getah beracun yang ada dalam ubi hutan itu. Setelah melalui proses tersebut, bitule sudah siap untuk dikonsumsi.

Biasanya, bitule diolah dengan cara direbus lalu dimakan dengan parutan kelapa. Selain itu ada juga yang digoreng lalu dicampurkan dengan gula aren.

"Mulai dari keripik hingga jadi nasi pengganti beras. Pada masa-masa paceklik,  bitule makanan alternatif pengganti beras," ia menandaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.