Sukses

Awas Gangguan Penglihatan Anak yang Patut Diwaspadai

Dari data yang dikumpulkan oleh IROPIN pada 2023, 35 hingga 40 persen anak usia sekolah mengalami ganggauan penglihatan karena refraksi. Data tersebut mengalami peningkatan signifikan jika dibandingkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2012 yang mencatatkan prevalensi 24,7 persen.

Liputan6.com, Yogyakarta - Mata merupakan organ tubuh yang cukup penting bagi mansuia, sehingga menjaga kesehatan mata menjadi hal yang harus dilakukan. Terlebih pada anak-anak yang rawan mengalami gangguan penglihatan.

Gangguan penglihatan mata pada anak jarang terdeteksi oleh orang tua. Padahal, kasus gangguan penglihatan mata pada anak terus mengalami peningkatan.

Sekertaris Ikatan Profesi Optometris Indonesia (IROPIN) Kastam menduga kasus gangguan penglihatan pada anak usia sekolah akibat masa pandemi Covid-19.

"Mungkin karena program pendidikan jarah jauh setiap hari anak-anak di depan gadget, sehingga memicu peningkatan gangguan refraksi," kata Kastam di Yogyakarta, Jumat (22/09/2023).

Dari data yang dikumpulkan oleh IROPIN pada 2023, 35 hingga 40 persen anak usia sekolah mengalami ganggauan penglihatan karena refraksi. Data tersebut mengalami peningkatan signifikan jika dibandingkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2012 yang mencatatkan prevalensi 24,7 persen.

Agar lebih awas, ada beberapa gejala gangguan penglihatan pada anak yang patut diwaspadai orang tua berikut ini:

1. Sering mengucek mata

2. Sensitivitas terhadap cahaya

3. Menyipitkan mata saat melihat

4. Kesulitan membaca atau mengikuti pelajaran

5. Tidak dapat melihat objek dari kejauhan

6. Duduk terlalu dekat dengan TV

7. Prestasi Akademik Menurun

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jangan Sampai Terlambat Mendeteksi

Ketua Umum IROPIN Nova Joko Pamungkas mengatakan gangguan penglihatan diperparah dengan terlambatnya mendeteksi gangguan penglihatan pada anak.

"Jika dideteksi dari awal, anak yang mengalami refraksi tidak akan terganggu potensi akademiknya," kata Nova.

Ia juga menjelaskan gangguan pelinghatan yang kerap dipandang sebagai masalah sepele dapat memiliki dampak serius. Tidak hanya menganggu aktivitas anak sehari-hari, gangguan refraksi juga dapat menyebabkan kebutaan jika tidak ditangani.

Salah satu cara mencegah dampak gangguan penglihatan menahun adalah dengan menggunakan kacamata dengan tepat. Kacamata merupakan terapi untuk mengatasi gangguan refraksi.

Sayangnya, tidak sedikit orang tua yang kurang melek akan kebutuhan kacamata untuk anak-anak usia sekolah. Bukan hanya itu, anak-anak kurang mampu juga turut kesulitan untuk mengakses kacamata.

Selaras akan hal ini, IROPIN yang bekerja sama dengan OneSight EssilorLuxottica Foundation mengumpulkan 50.000 bingkai kacamata yang akan diberikan kepada anak-anak yang kurang beruntung di seluruh Indonesia. Donasi 50.000 bingkai kacamata untuk anak-anak Indonesia ini juga diakui oleh Museum Rekor Indonesia (MURI).

Penyerahan penghargaan resmi oleh MURI kepada IROPIN dan OneSight EssilorLuxottica Foundation berlangsung pada Pertemuan Ilmiah Tahunan pertama (PIT) IROPIN yang digelar di Yogyakarta pada Jumat (22/09/2023). Pada acara tersebut, lebih dari 1.100 optometris di Indonesia berkumpul untuk membahas inovasi terbarudalam manajemen perawatan dan pemeliharaan penglihatan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.