Sukses

Tari Cokek, Kesenian Betawi yang Lahir dari Akulturasi Budaya Tionghoa

Nama colek merupakan sebutan joget yang diucapkan oleh orang-orang Tionghoa.

Liputan6.com, Jakarta - Tari cokek merupakan sebuah kesenian khas Betawi. Pertunjukan rakyat Betawi ini memadukan tarian dan nyanyian yang dipentaskan oleh para wanita.

Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, pada zaman dahulu, tarian Betawi ini dipentaskan oleh para perempuan yang menjadi budak belian. Mereka akan berdandan dengan mengepang rambutnya dan mengenakan baju kurung.

Tarian ini ternyata juga merupakan bentuk akulturasi budaya Betawi dan Tionghoa. Nama colek merupakan sebutan joget yang diucapkan oleh orang-orang Tionghoa.

Beberapa orang juga ada berpendapat bahwa cokek adalah nama salah seorang bangsa Tionghoa, yakni Tan Cokek. Tan Cokek merupakan salah satu pemimpin grup kesenian tersebut yang sangat populer pada masanya.

Tarian ini bisa dipentaskan oleh perempuan dalam jumlah banyak maupun tunggal. Tari cokek umumnya diiringi dengan gambang kromong yang sekaligus menjadi hiburan masyarakat tertentu dalam kenduri China.

Keberadaan tari cokek juga menjadi salah satu bentuk kesenian tari pergaulan masyarakat setempat sebagai perpaduan antara nilai-nilai kebudayaan Betawi dengan luar Betawi, terutama hiburan para keturunan Tionghoa. Tari cokek biasanya dipentaskan dalam perayaan pernikahan, selamatan keluarga, atau hiburan lainnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bersifat Pergaulan

Sebagai hiburan kesenian yang bersifat pergaulan, tari cokek pun cukup populer dan berkembang di Jakarta dan daerah sekitarnya, seperti Bekasi dan Tangerang. Selain sebagai hiburan, tari cokek juga memiliki nilai-nilai luhur dan edukasi. Hal ini terlihat dari makna yang terkadung dalam setiap gerak tariannya, meliputi gerak keupat, mincid, obah taktak, baplang, kedet, dan goyang pinggul.

Gerakan penari yang saling menempelkan telunjuknya ke arah dada menggambarkan bahwa setiap orang harus menggunakan dan mengembangkan rasa, saling menghargai, toleransi, dan tolong menolong. Sementara para penarin yang saling menempelkan telunjuknya ke arah mulut menyimbolkan bahwa mulut merupakan alat yang sangat penting bagi kehidupan yang harus dijaga.

Makna-makna tersebut juga terlihat saat penari saling menempelkan telunjuk ke arah kening, telinga, bahu, dan perut. Pada bagian kening, gerakan ini menggambarkan sebuah peringatan dalam bertindak yang harus menggunakan pola pikir.

Adapun gerakan pada telinga mengingatkan bahwa telinga merupakan alat untuk memperoleh kebaikan, pengalaman, dan informasi yang bermanfaat. Sementara gerakan telunjuk pada bahu mengingatkan bahwa dalam bermasyarakat harus saling bahu-membahu untuk mencapai maksud tertentu.

Selanjutnya, gerakan tari cokek yang mengarahkan telunjuk ke bagian perut menyimbolkan bahwa perut harus diisi dan dijaga sebagai modal untuk berjuang. Kini, tari cokek tak hanya didominasi oleh warga keturunan Tionghoa saja, melainkan juga warga pribumi yang ikut berbaur.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.