Sukses

Koba, Tradisi Bercerita dengan Lagu ala Masyarakat Riau

Tradisi ini bisa dilakukan oleh siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan.

Liputan6.com, Riau - Koba merupakan tradisi lisan yang dikembangkan oleh masyarakat Riau. Tradisi lisan ini berupa gestur bercerita yang disampaikan dengan gaya dinyanyikan.

Seseorang yang sedang berkoba biasanya disebut pengkoba atau tukang koba. Tradisi ini bisa dilakukan oleh siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan.

Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, koba umumnya berisi cerita dengan kisah yang menghibur. Karena disampaikan dengan gaya dinyanyikan, maka penyampaian koba juga diiringi dengan alat musik pengiring, yaitu babano.

Namun, tak semua koba diiringi dengan alat musik. Terkadang, koba hanya ditampilkan dengan nyanyian saja, tanpa musik pengiring.

Cerita yang disampaikan pengkoba pun beragam dan biasanya berisi tentang kehidupan, alam, manusia, hewan, makhluk halus dan makhluk ajaib, dewa, kesaktian, kayangan, ketampanan dan kecantikan, maupun keperkasaan. Karena merupakan bentuk tradisi yang menghibur, koba juga kerap diselingi kisah-kisah lucu.

Namun, satu hal yang pasti dalam cerita koba adalah adanya unsur pendidikan dan pengajaran mengenai adat dan sejarah. Tak hanya dinyanyikan, cerita yang disampaikan dalam koba juga berbentuk pantun, petatah-petitih, dan ungkapan tradisional yang dilagukan dengan irama tertentu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Punya Irama Dendang

Setiap koba juga memiliki irama dendangnya masing-masing. Masyarakat di wilayah Rokan (hulu dan hilir) terkenal dengan gaya rantau kopar yang mendayu dan merayu.

Sementara itu, masyarakat Bagansiapiapi (Rokan hilir) biasanya menggunakan gaya dendang dikei (zikir), gaya gila janda talak tiga, hujan panas, lebah mengirap, hujan gerimis, burung tiung, dan lainnya. Sebagian koba memerlukan ritual khusus ketika akan memulai dan mengakhiri.

Adapun bahasa yang digunakan dalam koba umumnya menggunakan bahasa Melayu logat Rokan, Lima Koto Kampar, Bengkalis, dan Rantau Kuantan (sekarang Kabupaten Kuantan Singingi). Tradisi lisan ini ditampilkan pada malam hari sesudah isya dan biasanya baru berakhir saat pagi.

Jika dalam satu malam cerita yang disajikan belum tamat, maka koba akan dilanjutkan pada malam berikutnya. Tak heran jika koba terkadang membutuhkan waktu hingga beberapa malam.

Dahulu, tukang koba adalah seorang profesional yang mengadakan pertunjukan di tempat-tempat keramaian, salah satunya di los-los pasar. Namun, kini penampilan koba lebih banyak bersifat undangan, baik di rumah-rumah perorangan maupun di perayaan tertentu.

(Resla Aknaita Chak)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini