Sukses

Pesona Candi Kethek Jawa Tengah yang Cocok untuk Pencinta Ketenangan

Candi Kethek berada di Kabupaten Karanganyar, tepatnya di Kecamatan Jenawi Lereng Gunung Lawu.

Liputan6.com, Karanganyar - Candi Kethek merupakan salah satu peninggalan sejarah yang berada di daerah Jawa Tengah. Meski tidak sepopuler Candi Borobudur atau Candi Prambanan, Candi Kethek memiliki pesona dan sejarah tersendiri bagi Kerajaan Majapahit.

Candi Kethek berada di Kabupaten Karanganyar, tepatnya di Kecamatan Jenawi Lereng Gunung Lawu. Candi Hindu ini berada di ketinggian 1.500 mdpl, sehingga menjadi salah satu candi tertinggi di Pulau Jawa.

Dari temuan arca dan bentuk bangunan berupa punden berundak mirip piramida seperti halnya candi-candi di lereng barat Gunung Lawu, diduga Candi Kethek dibangun pada sekitar abad ke-15 hingga abad ke-16. Candi Kethek dibangun pada akhir kekuasaan Kerajaan Majapahit.

Candi Kethek memiliki empat teras berundak di mana masing-masing terasnya dihubungkan dengan tangga. Dari depan, bentuk bangunannya mirip piramida, tetapi tidak memiliki ruangan.

Teras keempat diperkirakan menjadi tempat berdirinya bangunan utama. Pada anak tangga paling bawah terdapat arca kura-kura, yang menjadi petunjuk corak keagamaan candi ini.

Arca kura-kura tersebut dikaitkan dengan cerita Samudramanthana dalam mitologi Hindu. Samudramanthana berkisah tentang pengadukan lautan susu menggunakan Gunung Mandara sebagai tongkat pengaduknya.

Hal ini dilakukan oleh para dewata bekerja sama dengan Asura (makhluk sejenis raksasa) untuk mendapatkan air keabadian, tirta amerta. Namun, dewa menggunakan tipu daya sehingga bisa mengambil amerta dari Asura.

Selain itu, cerita Samudramanthana dikaitkan dengan fungsi Candi Kethek sebagai tempat untuk meruwat atau membebaskan seseorang dari kesalahan (dosa).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rute Seperti ke Candi Cetho

Untuk sampai ke Candi Kethek, para wisatawan dapat menempuh rute yang sama seperti menuju Candi Cetho. Begitu sampai di Candi Cetho, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh kurang-lebih 300 meter.

Kondisi jalan yang harus dilalui secara umum cukup mudah dilalui karena tidak perlu melalui tanjakan yang berarti. Jalan setapak ini juga merupakan jalur pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho sehingga pengunjung kerap berpapasan dengan pendaki gunung.

Pertama jalan jalan akan menurun sampai ke sungai yang mengering. Setelah itu, kondisi jalan akan sedikit menanjak.

Meski demikian, Candi Kethek sudah tidak lagi jauh. Begitu sampai di ujung tanjakan, perjalanan pun akhirnya tiba di Candi Kethek.

Jalan setapak pun bercabang dua, yakni di sisi kanan dan kiri candi. Jalan yang terus berlanjut di sebelah kiri (luar area) candi merupakan jalur pendakian.

Pesona Candi Kethek adalah suasana yang teduh, hening dan menenangkan. Ditambah, candi ini berada di ketinggian sehingga udara segar akan langsung menyambut para wisatawan.

Candi Kethek sangat pas untuk mencari ketenangan. Para pendaki Gunung Lawu pun kebanyakan merasa nyaman ketika beristirahat di sini.

Ketika malam tiba, Candi Kethek masih difungsikan untuk kegiatan ritual adat, begitu juga dengan Candi Cetho. Biasanya sekitar pukul 17.00 WIB sampai matahari terbenam, Candi Cetho dan Candi Kethek sudah disterilkan dari wisatawan.

Harga tiket masuk Candi Kethek dibanderol mulai dari Rp 7.000 per orangnya. Candi Kethek dapat dikunjungi setiap hari, mulai pukul 08.00 hingga 17.00 WIB.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.