Sukses

Hasil Panen Turun, Petani Cengkih di Gorontalo Akui Perubahan Iklim Itu Nyata

Desa yang berada di ketinggian kurang lebih seribu meter di atas permukaan laut (MDPL) itu, mulai mendapatkan dampak krisis iklim.

Liputan6.com, Gorontalo - Petani cengkih di Desa Dulamayo Selatan, Kabupaten Gorontalo memilih bertani komoditas lain demi mendapatkan uang. Pasalnya, tanaman cengkih yang menjadi sumber penghidupan mereka selama ini, produksinya menurun drastis.

Penyebab utamanya adalah cuaca yang saat ini tidak menentu. Desa yang berada di ketinggian kurang lebih seribu Meter di atas permukaan laut (MDPL) itu, mulai mendapatkan dampak krisis iklim.

Suhu udara yang begitu panas, curah hujan sedikit dan tidak teratur membuat pohon cengkih sulit untuk berbuah. Kalaupun berbuah, hasil panennya sangat sedikit ketimbang lima tahun lalu.

"Lima tahun lalu, kami di sini bisa panen raya cengkih. Sekarang, bisa berbuah saja sulit," kata Aman Umar salah satu petani cengkih.

Aman mengaku, selain bertani, saat ini dirinya harus nyambi membuka usaha lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dirinya sadar, berharap di perkebunan cengkih warisan orangtuanya sudah tidak mungkin.

"Kayaknya pohon cengkih ini sudah tidak adakan berbuah lagi selamanya. Cuaca panas adalah salah satu faktornya," ungkapnya.

Menurutnya, sudah berbagai upaya dilakukan mereka agar cengkih tersebut berbuah seperti dulu. Namun, apa yang mereka lakukan ternyata tidak mempan dan hanya membuang biaya.

"Sudah dilakukan berbagai cara, mulai dari pemupukan, penyemprotan tetap tidak berbuah, walaupun berbuah pasti hanya sedikit hasilnya," ujarnya.

Setelah dilakukan pengamatan beberapa bulan, ternyata penyebabnya adalah cuaca. Suhu panas yang terjadi beberapa tahun terakhir ini, tidak hanya menjadi penyebab cengkih enggan berbuah, akan tetapi banyak yang mati mengering.

"Ternyata penyebabnya adalah perubahan iklim. Dulu di Desa Dulamayo Selatan udaranya sangat dingin karena berada di ketinggian, saat ini sudah berbeda, karena perubahan iklim itu nyata sekali," imbuhnya.

Simak juga video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dampak Perubahan Iklim

Dampak perubahan iklim saat ini menurut Dosen Laboratorium Hidrologi dan Klimatologi Lingkungan, Fakultas Geografi UGM, Andung Bayu Sekaranom berakibat pada fenomena cuaca ekstrem di Indonesia yang cenderung meningkat. Ia memprediksi dampak perubahan iklim ini dalam rentang dua puluh tahun ke depan akan lebih parah.

“Diprediksi oleh banyak lembaga internasional bahwa suhu akan meningkat dan hawa panas di mana-mana di belahan bumi ini,” kata Andung dalam seminar yang bertajuk Prediksi Musim; Antara Variabilitas dan Perubahan Iklim, di ruang Auditorium Merapi Fakultas Geografi UGM Jumat 24 Maret 2023 lalu.

Andung mengatakan, peningkatan temperatur ini juga akan dialami oleh negara yang berada di daerah tropis dan subtropis. Selain itu negara itu juga  akan mengalami peningkatan curah hujan.

“Hingga tahun 2100 akan semakin tinggi tingkat curah hujan ada kaitannya dengan bencana sehingga perlu mitigasi,” katanya.

Andung mengaku terkendala keterbatasan data untuk menganalisis perubahan iklim dapat berpotensi pada perubahan cuaca ekstrem yang terjadi dalam jangka pendek. Namun ia mengaku penting adanya konfirmasi persepsi dengan data analisis itu.

“Kita butuh data lebih detail seberapa besar dampak dari perubahan iklim ini,” jelasnya.

Supari Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG Pusat, menjelaskan data layanan informasi cuaca di BMKG sendiri menggunakan data dari hasil observasi 42 radar,  113 meteorologi station, 102 upper air station, 14 marine meteorologi station, dan lebih 1200 Automatic Weather Station (AWS). Dari data observasi ini umumnya menyampaikan kondisi cuaca di permukaan, atmosfer, juga terkait kondisi angin, suhu, tekanan dan kelembaban udara.

Lalu tim melakukan asimilasi data dengan menggabungkan semua data pengamatan yang dikonversi menjadi sebuah model prakiraan.

“Hasil pemodelan cuaca dengan bentuk prakiraan berbasis dampak. Kemudian bisa memberikan informasi lebih lanjut dengan prakiraan dan dampak yang dihasilkan,” paparnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.