Sukses

Gembyung, Seni Musik Tradisional Jawa Barat

Alat musik Jawa Barat ini terus dilestarikan, sehingga masih bertahan hingga kini.

Liputan6.com, Bandung - Gembyung merupakan salah satu seni musik tradisional Jawa Barat. Alat musik ini masih bertahan hingga sekarang.

Adapun wilayah persebaran alat musik ini meliputi Cirebon, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Subang, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Ciamis, hingga Kabupaten Garut. Alat musik Jawa Barat ini terus dilestarikan, sehingga masih bertahan hingga kini.

Mengutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, upaya pelestarian seni gembyung salah satunya dilakukan oleh Padepokan Seni Gembyung Dangiang Dongdo, Kabupaten Subang. Saat ini, mereka sedang membina generasi muda untuk belajar dan menyukai seni gembyung.

Penataan panggung untuk pertunjukan ini dibutuhkan ruangan yang cukup lebar. Selain itu, peralatan yang dibutuhkan juga cukup banyak.

Adapun beberapa upaya yang dilakukan untuk melestarikan gembyung, antara lain latihan rutin, pengemasan teknis pertunjukan, rias busana, penciptaan lagu-lagu, serta penciptaan pola tabuh baru. Dengan upaya tersebut, padepokan seni ini mampu mengangkat seni gembyung menjadi sebuah seni pertunjukan yang tak kalah dengan seni pertunjukan modern.

Gembyung termasuk ke dalam alat musik perkusi yang terbuat dari kulit dan kayu. Berdasarkan onomatopea, kata 'gembyung' berasal dari bunyi pola tabuh 'gem' yang ditabuh dan ditahan serta bunyi 'byung' yang ditabuh dan dilepas.

Sementara dari segi semiotik, 'gem' bermakna 'ageman' yang bearti ajaran, pedoman, atau paham yang dianut oleh manusia. Sedangkan 'byung' bermakna 'kabiruyungan' yang artinya kepastian untuk dilaksanakan.

Kesenian ini pertama kali berkembang pada masa penyebaran agama Islam. Pada saat itu, gembyung dimainkan oleh para santri pesantren yang dibimbing sesepuh pesantren dengan menggunakan waditra utama sebagai pengiring lagu. Waditra utama yaitu sejenis rebana yang disebut dengan terbang.

Iringan alat musik tersebut membuat lagu seolah semakin bernuansa sakral. Lagu yang dibawakan biasanya berbahasa Sunda buhun, di antaranya 'Assalamualaikum', 'Yar Bismillah', 'Salawat Nabi', 'Salawat Badar', 'Raja Sirai', 'Siuh', 'Rincik Manik', dan 'Éngko'.

Lantunan musik dan lagu dalam seni gembyung menjadi pedoman bagi para penari dengan melakukan gerak tari yang tidak berpola dengan iringan yang dinamis. Saat ini, kesenian gembyung di beberapa daerah di Jawa Barat lebih bervariasi, baik dari segi waditra, juru kawih, penari, maupun lirik lagunya.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.