Sukses

Pakar Ungkap 3 Biang Kerok Banjir Solo

Banjir parah melanda Kota Solo pekan lalu yang membuat hampir seluruh wilayahnya terendam air.

 

Liputan6.com, Solo - Solo diterjang banjir parah pada pekan lalu yang mengakibatkan 4 dari 5 kecamatan di kota tersebut terendam air. Bahkan akibat banjir tersebut, Wali Kota Gibran menetapkan masa tanggap darurat selama 14 hari terhitung mulai 17 Februari 2023.

Terkait hal itu, Pakar Lingkungan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Prof Prabang Setyono mengatakan, Jumat (24/2/2023) mengatakan, setidaknya ada tiga penyebab banjir Solo.

"Salah satunya ketika pintu air di Waduk Gajah Mungkur dibuka ya wajar ketika debit air di Bengawan Solo meluap," katanya. 

Belum lagi, sedimentasi di Bengawan Solo sudah dalam klasifikasi sangat berat, sehingga kapasitas air menjadi lebih sedikit. Dengan demikian, ketika digelontor air dari hulu berdampak pada meluapnya sungai.

"Apalagi, Solo kan daerah cekungan," katanya.

Penyebab yang kedua, yakni intensitas hujan yang tinggi dengan durasi lama juga berdampak pada kejadian banjir tersebut. Prabang mengatakan resapan air di Solo belum optimal, karena ruang terbuka hijau tinggal kurang lebih 10 persen.

"Harusnya RTH (ruang terbuka hijau) 30 persen. Sedangkan penyebab ketiga adalah ada anak sungai yang mengalir dari Bengawan Solo, ada Kali Pepe dan Premulung. Hulunya dari Boyolali dan saat itu kan hujannya merata," katanya.

Sementara itu, lanjutnya, mengenai keberadaan bangunan di bantaran sungai. Solo merupakan kota yang sudah berusia tua, sehingga rencana tata ruang wilayah (RTRW) tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya (saat ini).

"Kalau RTRW yang sekarang itu kan bagaimana bantaran sungai 10 meter nggak boleh ada bangunan. Ini kalah, lebih dulu bangunannya," katanya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ego Sektoral

Selain itu, ego sektoral juga masih begitu terasa dalam menyikapi permasalahan banjir kemarin.

Mengenai pemeliharaan sungai dan bantaran yang tidak diperbolehkan dibangun, menurut dia, Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) punya peran penting sebagai leading sektor.

"Namun harus tetap kolaboratif, duduk bersama. BBWS itu untuk urusan sungainya, kalau RTRW dengan DPUPR," katanya.

Sebelumnya Kota Solo diterjang banjir pada Kamis (16/2/2023) atau tepat sepekan yang lalu. Sebanyak 21.846 jiwa terdampak dan 4.440 jiwa mengungsi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.