Sukses

Tips Bercocok Tanam di Lahan Gambut Kalimantan Ala Kakek Slamet

Bercocok tanam di lahan gambut tidaklah mudah, sebab lahan gambut memiliki kandungan asam yang tinggi, sehingga membuat tanaman mudah mati. Namun hal itu tidak berlaku bagi Slamet Riyadi.

Liputan6.com, Palangka Raya- Bercocok tanam di lahan gambut tidaklah mudah, sebab lahan gambut memiliki kandungan asam yang tinggi, sehingga membuat tanaman mudah mati. Namun  hal itu tidak berlaku bagi Slamet Riyadi.

Petani transmigrasi berusia 73 tahun asal Tulung Agung, Jawa Timur ini berhasil menemukan cara bercocok tanam di lahan gambut. Tanah seluas 10 hektar yang berada di kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, ia jadikan bahan ujicoba pada tahun 2001 silam.

Berkat ketekunan dan kerja kerasnya, kakek ini berhasil menanam sayuran dan buah-buahan organik, seperti seperti jambu, aplpukat, kelengkeng, jeruk dan pepaya. Namun sayang, menanam sayuran organik ia hentikan lantaran pendstribusiannya yang sulit dan mudah layu ketika itu.

"Dulu sempet taman sayuran organik, namun ketika panen sulit pendistribusiannya dan sayuran tidak tahan lama, resikonyab terlalu besar," ungkap Slamet, Sabtu (17/9/2022).

Selain baik untuk kesehatan, tumbuhan organik juga tidak merusak kandungan protein tanah. Ia juga membagikan trik kepada para petani yang ingin mengolah lahan gambutnya agar menjadi lahan produktif.

"Cara pengelolaan tanah gambut dalam keadaan belukar itu ditabas (dipotong/dibersihkan), setelah dbuatkan parit keliling untuk perbatasan lahan, kemuan dibuatkan kembali parit tengah yang gunanya untuk mengeringkan lahan gambut," ujar Slamet.

Saksikan video pilihan berikut ini: 

 

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Agro Wisata

Ia juga bercerita jika petani di sini kendalanya adalah masalah pengelolaan parit. Baginya pengelolaan parit harus diutamakan, agar tanaman tidak terendam banjir akibat pengelolaan parit yang buruk.

"Karena lahan gambut ini kebanyakan kandungan zat asam sehingga tidak bisa hidup untuk tanaman, jadi harus pakai kapur untuk mengeluarkan zat asam tersebut. Untuk pertama kali mengapur dalam satu hektar paling tidak memerlukan 2 hingga 3 ton kapur, kalau untuk yang kedua kalinya cukup 1 ton saja," tambah slamet.

Tak disangka, kini kebun miliknya dijadikan argo wisata berbasis edukasi di Kota Palangkaraya. Selain itu disediakan juga saung dan arena bermain anak.Tak hanya sampai disitu, Slamet mengratiskan seluruh biaya masuk, mulai parkir, saung dan toilet, para pengunuung cukup membayar buah yang dipetik dari kebunnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.