Sukses

Wagub Sumbar: Sudah Tidak Zamannya 'Bareh Solok' Dijual dengan Karung

'Bareh Solok tanak di dandang, dipagatok ulam pario'. Beras dari Solok yang dulu jadi idola, kini kehilangan popularitasnya.

Liputan6.com, Solok - Di Sumatera Barat, mungkin tak ada yang meragukan eksistensi beras Solok. Namanya wangi sama seperti aroma nasinya setelah ditanak.

Namun, "wangi" beras Solok tak begitu tercium ketika bersaing dengan produk beras yang dari luar daerah yang sudah dikemas dengan bagus dan berjejer di supermarket maupun pusat perbelanjaan lainnya.

Hal itu juga disoroti Wakil Gubernur Sumbar, Audy Joinaldy. Ia menyebut saat ini bukan zamannya lagi beras solok dijual dengan karung.

"Komoditas beras Solok harus diberikan perhatian khsusus di hilir," katanya ketika menghadiri panen raya di Kota Solok, Senin (27/9/2021).

Ia menyebut, sekarang bukan masanya lagi beras Solok dujual menggunakan karung, harus diganti dengan kemasan yang lebih baik dan menarik agar nilainya lebih tinggi.

"Dengan pengemasan yang lebih bagus, maka ekspansi pasar bisa dilakukan lebih luas sehingga akan menguntungkan petani," ujarnya.

Namun, menurut Audy, hal itu harus dikerjakan secara bersama-sama, mulai dari pemerintah hingga kelompok petani.

Selain pengemasan, ia juga melihat bahwa produksi beras Solok bisa digenjot. Salah satunya dengan intensifikasi lahan dan dukungan pemanfaatan teknologi serta alat mesin pertanian.

Audy menyebut Kota Solok bukan pada posisi sebagai daerah sentra beras di Sumbar, tetapi daerah satelit untuk mendukung produksi secara keseluruhan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Produksi 'Bareh Solok'

Sementara, Kepala Dinas Tanaman pangan, Holtikultura dan Perkebunan Sumbar, Syafrizal menyebut produksi Gabah Kering Giling (BKG) di Kota Solok meningkat dari tahun 2019 sebanyak 13.700 ton menjadi 16.200 ton pada 2020.

"Kenaikan itu berbanding terbalik dengan produksi pada beberapa daerah sentra beras di Sumbar yang menurun dari segi produksi," jelasnya.

Produksi masih bisa digenjot, terutama hingga akhir tahun untuk membantu menambah capaian produksi padi Sumbar pada 2021.

Ia menyebut hal ini masih memungkinkan karena dari 1.143 hektare lahan sawah di Kota Solok saat ini, baru 584 hektare yang sudah ditanami.

"Dalam momentum ini kami mengajak kelompok tani untuk segera menanami lahan tersebut untuk mendukung capaian produksi padi 2021," ujarnya.

3 dari 3 halaman

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.