Sukses

Bukan Kekurangan Makanan, Ini Penyebab Stunting Tertinggi di Cilacap

Liputan6.com, Cilacap - Sebanyak 10 desa menjadi lokus penanganan stunting di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Kesepuluh desa tersebut merupakan wilayah dengan prevelensi stunting tertinggi.

Adapun 10 (sepuluh) desa/kelurahan di Kabupaten Cilacap dengan jumlah stunting dan prevalensi tertinggi pada tahun 2021, yang ditetapkan melalui SK Bupati Cilacap Nomor: 440/12/16/Tahun 2021, yakni Desa Mandala Kecamatan Jeruklegi 12 anak (36,36%), Desa Kutasari Kecamatan Cipari 132 anak (35,58%), dan Desa Serang (Kecamatan Cipari) 91 anak (28,44%)

Kemudian Desa Pengadegan (Kecamatan Majenang) 52 anak (25,37%), Desa Caruy (Kecamatan Cipari) 77 anak (24,44%), Desa Sidasari (Kecamatan Cipari) 71 anak (24,15%), Desa Karangreja (Kecamatan Cipari) 52 anak (23,01%), Desa Cisuru (Kecamatan Cipari) 69 anak (21,43%), Desa Cipari (Kecamatan Cipari) 124 anak (20,70%), Desa Pegadingan (Kecamatan Cipari) 57 anak (19,79%).

“Dasar penentuan desa/kelurahan lokus stunting pada tahun 2021 tersebut adalah hasil penimbangan serentak (Pentak) pada Agustus 2021, di mana diperoleh data adanya balita yang mengalami stunting sebanyak 6.328 atau 4,94%”, kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Kabupaten Cilacap Sumbowo, dalam keterangan tertulis, dikutip Kamis (16/6/2021).

Menurut dia, hingga saat ini, Indonesia masih bermasalah dengan stunting. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2013 menunjukkan, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 37,2 persen. Sedangkan prevalensi stunting Kabupaten Cilacap sebesar 36,32 persen.

Pada 2018 prevalensi stunting di Kabupaten Cilacap mengalami penurunan menjadi 32,1 persen. Namun, prevalensi tersebut masih di atas angka nasional 30,8 persen dan di atas batas WHO 20 persen.

"Sehingga Kabupaten Cilacap masuk dalam salah satu prioritas penanganan stunting dari 100 Kabupaten tingkat nasional, dan 12 Kabupaten prioritas penanganan stunting di tingkat Provinsi Jawa Tengah," ucap dia.

 

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penyebab Stunting

Kepala Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Cilacap, Amin Muhtada mengatakan, berdasar studi lapangan, penyebab stunting atau bocah kerdil di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah yang dominan adalah kesalahan pola asuh, bukan karena kekurangan makanan.

Ppola asuh menjadi penyebab dominan berdasar sampling di sejumlah desa dengan kasus stunting tertinggi di Cilacap.

“Kurang makan itu porsinya justru paling rendah (penyebab stunting). Yang tertinggi itu adalah pola asuh. Bukan ekonomi, tapi pola asuh,” kata Amin.

Beberapa kasus yang ditemui, stunting terjadi pada anak dari keluarga berada. Namun, pengasuhannya diberikan kepada orang lain, seperti pembantu atau kakek-neneknya. Pola ini memunculkan relasi sosial dan keluarga yang membuat anak mengendalikan pengasuhnya. Anak cenderung tak terkontrol. Akibatnya, anak pun mengonsumi makanan tak bergizi.

“Kasus stunting yang sempat kita kunjungi di lapangan, sampling tentu, itu mereka berasal dari keluarga mampu. Yang jadi masalah adalah kesibukan orangtuanya. Karena kesibukan orangtuanya, sehingga pengasuhannya diberikan kepada orang lain,” Amin menjelaskan.

Penyebab lain stunting adalah ibu yang mengalami darah rendah pada masa hamil, serta kurangnya pemberias ASI pada bayi baru lahir hingga usia dua tahun. Faktor lain adalah lingkungan yang tak sehat. Adapun kekurangan makanan justru menjadi penyebab stunting terendah di antara beberapa faktor penyebab stunting lainnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.